Bola.com, Samarinda - Persipura Jayapura menang telak atas Pusamania Borneo FC dengan skor 3-0 dalam pekan ke-10 Torabika Soccer Champipnship presented by IM3 Ooredoo di Stadion Segiri, Samarinda, Jumat (15/7/2016).
Kemenangan ini membuat Mutiara Hitam kembali meraih sukses setelah pada pekan ke-9 kalah 0-1 di kandang Sriwijaya FC. Kemenangan tandang Persipura kali ini membuktikan Boaz Solossa dkk. bangkit dan kembali jadi raksasa di sepak bola Indonesia lewat ajang TSC.
Berikut rangkuman fakta menarik kebangkitan Persipura yang dirangkum Bola.com.
1. Start terburuk
Persipura sejatinya memulai kiprah di TSC kurang meyakinkan. Persiapan yang mepet dan pelatih baru membuat Persipura harus beradaptasi di tengah berjalannya TSC. Jadi laga pembuka TSC, Persipura kehilangan tiga angka saat bersua Persija Jakarta di Stadion Mandala, Jayapura. Padahal, Persipura terkenal dengan titel tim yang susah dikalahkan di kandang, sejak era ISL.
Baca Juga
Hingga pekan ketiga, Persipura belum pernah menang. Itu membuat Yoo Jae-hoon dkk. mencatatkan start terburuk sejak era ISL. Setelah ditahan imbang Persija, Persipura juga harus berbagi angka melawan Bali United dan kalah dari Semen Padang 0-2.
Namun, setelah pekan ketiga, perlahan tapi pasti anak asuh Jafri Sastra mampu kembali ke performa terbaik. Kebangkitan Persipura dimulai saat mengalahkan Persela Lamongan 1-0 di Stadion Surajaya, 23 Mei 2016. Setelah itu, Persipura baru sekali kalah saat bersua Sriwijaya FC pada pekan ke-9.
2. Pemain muda makin bersinar
Pada setiap musim, Persipura Jayapura selalu disorot soal regenerasi pemain. Saat ditangani Oswaldo Lessa pada Piala Jenderal Sudirman, Oswaldo memberi kesempatan kepada pemain U-21 untuk naik pangkat.
Mereka di antaranya, Osvaldo Haay dan Ronald Sesmot. Mereka belum tampil maksimal seiring kegagalan Mutiara Hitam pada ajang itu. Namun, pada ajang TSC, para pemain muda Persipura satu per satu mulai unjuk gigi.
Salah satu yang menonjol adalah Muhammad Tahir. Tahir gabung tim senior pada ajang Piala Bhayangkara, bersama Osvaldo Haay, Petrus Paitoni Towolom, dan Yance Wenda. Namun, sejauh ini baru M. Tahir yang penampilannya makin menanjak pada ajang TSC.
Racikan baru
3. Kedatangan Jafri Sastra
Jafri Sastra seolah membawa suasana baru di Jayapura. Ia menjadi pelatih Persipura pertama yang berasal dari Sumatra. Pada saat merekrut Jafri, manajemen Persipura yakin dengan karakter pelatih asal Payakumbuh, simpel dan sederhana.
Trofi Piala Jenderal Sudirman yang berhasil diraih Mitra Kukar saat ditangani Jafri Sastra membuat manajemen Persipura semakin optimistis. Soal adaptasi, Persipura sangat bersabar bila dibandingkan dengan Persib yang mengalami gejolak ketika ditangani Dejan Antonic.
"Pelatih yang cocok di Persipura adalah yang simpel, tidak perlu dengan metode rumit tapi jelas dan mengena. Terpenting adalah memahami karakter pemain, kekuatan individu, dan bisa mengangkat motivasi pemain muda," kata Sekretaris Persipura, Rocky Bebena.
Di tangan Jafri, Persipura memunculkan nama-nama baru yang menjadi ancaman lawan, seperti Riky Kayame, Nelson Alom, dan Muhammad Tahir. Meski sebenarnya tiga pemain itu warisan dari rekrutan era Oswaldo Lessa.
4. Faktor Boaz dan karisma pemain senior
80 persen kekuatan Persipura kali ini ada pada pemain senior. Boaz Solossa, Yoo Jae-hoon, Ricardo Salampessy, dan Bio Paulin. Memang, Persipura kurang garang di lini depan karena mengandalkan pemain yang sudah 'berumur', yakni Eddie Foday Boakay dan James Koko Lomell.
Penyerang terbaru mereka, Thiago Fernandes juga belum memenuhi harapan. Masih pemain-pemain lama yang menjadi motor serangan dan solidnya pertahanan Persipura.
Boaz Solossa mencatatkan satu momen penting yang memengaruhi kebangkitan Persipura di TSC, yakni saat melawan Persela Lamongan, 23 Mei di Stadion Surajaya. Boaz memberikan assist kepada gol tunggal yang dicetak Lukas Mandowen. Berikutnya, Boaz mencetak gol saat Persipura menekuk PS TNI 2-0 di Bogor.
Sponsored by: