Bola.com, Solo - Saat PSSI mengumumkan Eduard Tjong sebagai pelatih timnas Indonesia U-19 proyeksi Piala AFF U-19 2016, tidak sedikit pihak yang meragukan kemampuan pelatih 44 tahun itu.
Salah satu penyebabnya, rekam jejaknya bersama klub-klub yang ditanganinya selama ini dianggap tidak cukup meyakinkan. Pelatih asal Solo itu tercatat sudah malang-melintang jadi pelatih klub di Tanah Air, semisal Persiba Bantul, Persis Solo, Persiram Raja Ampat, hingga PS TNI.
Namun, PSSI bergeming dengan menganggap Eduard merupakan pilihan terbaik. Selain memiliki ilmu kepelatihan mumpuni, keberadaannya yang lahir dari keluarga pesepak bola membuat pelatih berlisensi A AFC ini tepat untuk menggantikan Fachry Husaini di jabatan pelatih kepala Timnas U-19.
Baca Juga
Eduard Tjong juga menyambut tawaran itu dengan antusias kendati menyadari tugas yang diembannya tidak mudah. Ia juga mengaku siap dengan berbagai konsekuensi yang timbul setelah menerima jabatan ini.
Lewat wawancara Bola.com dengan sang pelatih, Edu menyampaikan berbagai hal, mulai kesiapannya jadi melatih Timnas U-19, tantangan yang dihadapinya, serta komentarnya soal pesaing di Piala AFF U-19 yang bergulir 11-24 September 2016 di Hanoi, Vietnam.
Di saat kandidat pelatih yang ditawari PSSI menolak, mengapa Anda bersedia menerima tawaran jadi pelatih Timnas U-19?
Simpel. Saat masih bermain, saya pernah bergabung dengan tim profesional serta Timnas. Saat jadi pelatih pun saya pernah menangani klub profesional. Nah, tinggal Timnas yang belum dan akhirnya kesampaian juga. Jadi, untuk melengkapi karier sekaligus ikut membawa Timnas bisa berjaya di kancah internasional.
Apakah Anda merasa beban jadi pelatih Timnas U-19 cukup berat karena persiapan mepet padahal tergabung di grup berat?
Beban pasti ada karena ini membawa nama bangsa. Namun, semua harus dijalani dengan rasa percaya diri dan yakin kita bisa meraih kesuksesan. Kita harus buktikan juga bisa memberikan prestasi.
Ada syarat khusus yang Anda ajukan ke PSSI saat menerima tawaran jadi pelatih Timnas U-19?
Tidak ada syarat. Kita semua satu tujuan ingin bekerja keras meraih prestasi. Baik saya maupun PSSI satu visi dan bekerja bersama-sama.
Bagaimana antisipasi Anda agar tidak terus-terusan dibandingkan dengan Timnas U-19 era Indra Sjafri?
Wajar jika masyarakat masih merindukan Timnas U-19 era Indra Sjafri karena banyak prestasi. Itu justru jadi motivasi saya untuk setidaknya menyamai prestasi 2014. Saya juga terus berkomunikasi dengan Indra Sjafri untuk minta masukan.
Kriteria pemain
Apa perbedaan melatih tim profesional dengan timnas kelompok usia?
Perbedaan lebih pada cara mencermati lawan. Kalau tim profesional kita banyak tahu lawan-lawannya karena sering bertemu atau mencermati lewat televisi. Tapi, kalau timnas harus banyak-banyak cari tahu karena biasanya informasi sangat minim.
Apakah Anda juga meminta masukan dari pelatih timnas U-19 sebelumnya?
Pasti. Pertama kali ditunjuk saya langsung telepon Fachry Husaini dan pelatih lain. Saya ingin mendapatkan informasi soal pemain-pemain yang mungkin bisa direkomendasi masuk ke timnas.
Pemain dengan kriteria seperti apa yang Anda butuhkan untuk Timnas U-19?
Saya ingin mempertahankan ciri khas selama ini dengan permainan cepat. Makanya saya ingin pemain yang punya kecepatan, daya juang tinggi, dan mau bekerja keras. Saya ingin menggembleng mereka agar punya daya tahan yang tinggi karena lawan yang dihadapi semuanya berat.
Bisa digambarkan proses seleksi pemain nantinya seperti apa?
Kalau berapa tahapnya, saya tidak tahu. Namun, 10 hari ke depan tim harus sudah terbentuk. Saat ini saya sudah punya 40 pemain untuk dikerucutkan jadi 30 pemain.
Seleksi pertama dan paling penting adalah V02Max pemain supaya kami punya pegangan dan selama pelatnas punya stamina oke. Setelah itu baru game dan asah strategi. Pokoknya kompleks, pagi fisik, siang dan sore pematangan strategi karena waktu sudah mepet.
Berapa uji coba yang Anda susun untuk Timnas U-19 sebelum ke Vietnam?
Rencana enam sampai tujuh uji coba dengan empat laga internasional yang dimainkan baik dalam maupun di luar negeri. Untuk lawan masih dimatangkan. Saat seleksi terakhir, akan melawan tim lokal dulu.
Ada alasan khusus mengapa Anda memilih Lilik Suheri dan Hermansyah sebagai asisten pelatih dan pelatih kiper?
Lilik Suheri sudah tahu saya saat berkerja bersama-sama di Bali Devata maupun Persires. Kalu Hermansyah dia sering tangani Timnas Indonesia. Sebenarnya saya ajak Hermain Kardiaman, namun dia fokus ke Pusamania Borneo FC. Lalu Benny Van Breklen di Persela Lamongan. Hermansyah saya rasa punya pengalaman segudang.
Permainan seperti apa yang kira-kira akan Anda terapkan untuk Timnas U-19?
Seperti saya bilang tadi, cepat dengan umpan bola-bola pendek akan jadi ciri khas yang terus dipertahankan. Makanya saya ingin pemain dengan fisik benar-benar kuat.
Seberapa jauh Anda memantau pesaing, siapa menurut Anda pesaing terberat di penyisihan grup nanti?
Seluruh lawan berat terutama Australia. Saya tidak ingin melihat satu per satu, namun siapapun lawannya mereka sudah persiapan jauh lebih lama daripada kami.