Bola.com, London - Sam Allardyce resmi ditunjuk sebagai pelatih tim nasional Inggris pada Jumat (22/7/2016). Pria berjuluk Big Sam ini akan meneruskan pekerjaan Roy Hodgson yang gagal memberikan prestasi kepada The Three Lions pada Piala Eropa 2016.
Baca Juga
Pelatih berusia 61 tahun ini dinilai sebagai sosok yang tepat untuk menangani Inggris untuk menghadapi pertadingan kualifikasi Piala Dunia 2018. Tawaran ini tidak disia-siakan oleh Big Sam yang memimpikan menangani skuat Tiga Singa.
Sebelumnya pada 2006, Allardyce merupakan satu di antara kandidat pelatih Inggris untuk menggantikan Sven-Goran Eriksson. Namun jabatan tersebut jatuh ke tangan Steve McClaren karena Allardyce gagal mempresentasikan rencananya.
Sam Allardyce telah berkecimpung di dunia manajerial sejak 1991, ketika menjadi pemain merangkap pelatih di klub Irlandia, Limerick. Kariernya mulai menanjak ketika menangani Bolton Wanderers selama delapan tahun.
Namun selama berkarier, dia hanya pernah menangani klub-klub papan tengah atau klub dari Divisi Championship (divisi satu). Pria bernama lengkap Samuel Allardyce itu juga tak pernah membawa klub yang diasuhnya terutama di Inggris meraih gelar juara.
Sebagai seorang manajer sepak bola, Sam Allardyce tidak terlepas dari kontroversi. Berikut ini 7 kontroversi Big Sam:
1
1. Menjual pemain andalan untuk meningkatkan fasilitas klub
Pada 2000, Sam Allardyce yang menangani Bolton Wanderers di kompetisi Championship, rela menjual Eidur Gudjohnsen dan Claus Jensen dengan total harga 8 juta poundsterling (Rp 137,63 miliar). Alih-alih untuk membeli pemain baru, Big Sam justru menggunakan uang tersebut untuk meningkatkan fasilitas tim dan memperkerjakan staf tim baru.
2
2. Filosofi 'Moneyball'
Sam Allardyce merupakan satu contoh manajer yang sukses menerapkan filosofi 'moneyball' milik Billy Beane. Allardyce menganalisis statistik dari pemain-pemain yang sudah tidak dilirik oleh klub-klub besar dan mengajaknya bergabung dengan Bolton. Big Sam mendatangkan Youri Djorkaeff, Fredi Bobic, Stig Tofting, Jay-Jay Okocha, Ivan Campo, Emerson Thome, Stelios Giannakopoulos, Kevin Davies, Gary Speed, dan Fernando Hierro untuk mendongkrak performa The Wanderers.
3
3. Meminta pengubahan hukuman kartu merah
Newcastle United yang diasuh Allardyce menelan kekalahan 0-3 dari Sunderland. Satu di antara tiga gol Sunderland dicetak melalui titik putih menyusul pelanggaran Fabricio Coloccini terhadap Steven Fletcher.
Setelah pertandingan, Allardyce meminta peraturan pelanggaran terhadap orang terakhir dikaji kembali. Sebab, hukuman penalti sudah cukup dan tidak perlu ditambah kartu merah.
"Peraturan tersebut sangat menyedihkan. Penalti sudah cukup tidak perlu ditambah kartu merah. Pertandingan antara sebelas melawan sebelas lebih menghibur daripada harus mengorbankan satu orang pemain," jelas Allardyce.
4
4. Konflik dengan BBC
Pada September 2006, BBC menayangkan program mengenai korupsi di sepak bola Inggris. Pihak BBC mengaku mempunyai bukti kalau Sam Allardyce mendapatkan uang sogokan untuk menerima pemain di klubnya. Allardyce menyangkal berita tersebut dan mengancam akan menuntut BBC.
5
5. Konflik dengan pemilik Bolton
Menjelang akhir musim 2006-2007, hubungan Allardyce dengan pemilik Bolton, Phil Gartside, memburuk. Allardyce menuntut Gartside memberikan dana lebih untuk transfer pemain agar bisa membawa Bolton menembus Liga Champions.
Namun Gartside menolaknya. Allardyce pun mengundurkan diri dari posisi manajer klub dengan menyisakan dua pertandingan pada musim tersebut.
6
6. Konflik dengan pemilik West Ham United
Allardyce menangani West Ham United pada periode 2011 hingga 2015. Pada musim perdananya, dia mengantarkan The Hammers meraih tiket promosi ke Premier League.
Tampil kembali di Premier League sejak musim 2012-2013, Allardyce membuat West Ham tampil atraktif dan memainkan sepak bola menyerang. Pada akhir musim 2014-2015, pemilik West Ham memutuskan untuk tidak memperbarui kontrak Allardyce. Big Sam mengeluarkan komentar kalau pemilik klub adalah orang yang tidak pandai bersyukur.
"Pemilik West Ham berpikir kalau The Hammers bisa lolos ke Eropa dan meraih piala, dan itu bukanlah alasan mereka ketika mempekerjakan saya kali pertama. Mereka tidak menghargai apa yang sudah saya lakukan untuk klub ini. Saya memperbaiki West Ham dan membawa mereka ke Premier League. Namun saya tidak bisa jika dituntut untuk lolos ke Eropa dengan skuat yang saya miliki," ungkap Allardyce.
7
7. Meninggalkan pemusatan latihan Sunderland di Austria
Sebelum menerima peran barunya sebagai pelatih tim nasional Inggris, Allardyce masih berstatus sebagai manajer Sunderland, klub yang dia selamatkan dari jurang degradasi pada musim 2015-2016.
The Black Cats menjalani kegiatan pramusim di Austria, namun Allardyce secara mendadak meninggalkan training camp dan kembali ke Inggris untuk bertemu dengan perwakilan FA.
Tiga minggu sebelum bergulirnya Premier League, Sunderland terpaksa mencari manajer pengganti untuk menangani klub. Hingga akhirnya, The Black Cats menunjuk David Moyes sebagai pengganti Sam Allardyce.
Sumber: Berbagai Sumber