Bola.com, Jakarta - Persija Jakarta kembali menorehkan rekor negatif pasca kekalahan telak 0-3 dari Madura United pada pekan ke-12 Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo, Minggu (24/7/2016).
Selain menjadi tim pertama yang gagal mencetak gol dalam 6 pertandingan beruntun, tim asuhan Paulo Camargo juga menjadi tim pertama yang gagal mencatat tembakan ke gawang pada dua laga beruntun.
Dua catatan minor itu terjadi kala Persija takluk dari Madura United dan 0-1 dari Persiba Balikpapan pada pekan ke-10. Situasi ini membuat Persija mengalami penurunan penampilan jika dibandingkan dengan awal musim TSC 2016.
Baca Juga
Apa saja sebenarnya yang menjadi penyebab tumpulnya taring Macan Kemayoran? Berikut analisis dari Labbola:
Minim Kreasi dari Lini Tengah
Semenjak ditinggal Robertino Pugliara, Persija belum pernah menemukan sosok playmaker handal dengan imajinasi tinggi yang mampu mengkreasi serangan dengan baik. Hingga TSC 2016 dimulai, tidak ada ‘otak serangan’ mumpuni di lini tengah Persija, yang lebih sering diisi oleh pemain-pemain bertipe destroyer seperti Amarzukih dan Hong Soon-hak.
Strategi serangan Persija terbilang monoton dengan mengandalkan bola-bola panjang yang diarahkan ke penyerang tunggal yang mudah dibaca lawan. Sejauh ini, Persija baru mencetak 5 gol. Selain gol penalti Ismed Sofyan, empat gol Persija tercipta dari skema serangan sayap.
Dari 12 pertandingan yang sudah dilalui, rata-rata penciptaan peluang Persija berada di angka 5.3 atau hanya unggul tipis dari PS TNI yang mencatat 4.4 peluang per laga. Pemain Persija yang masuk dua besar penciptaan peluang adalah pemain yang beroperasi di sektor sayap, yakni Ismed Sofyan (12), dan Ambrizal Umanailo (11). Hal ini menjadi bukti bahwa ‘dapur serangan’ Persija kekurangan kreativitas.
2
Penyerang Mandul
Absennya pengatur serangan di lini tengah berimbas pada mandulnya lini serang Persija. Produksi tembakan penyerang Persija tergolong buruk. Trio Bambang Pamungkas, Jose Guerra, dan Rachmad Affandi total melepas 23 tembakan, yang hanya 7 diantaranya yang mengarah ke gawang.
Jika dirata-rata, angka tembakan ke gawang per pertandingan Persija hanya 2.7, yang merupakan angka terendah ketiga setelah Perseru (2.5) dan PS TNI (2.6). Namun demikian, baik Perseru dan PS TNI sama-sama sudah mencetak lebih banyak gol hingga pekan ke-12.
Dalam kondisi seperti ini, Persija justru harus melepas Jose Guerra yang masih berkutat dengan cedera. Selain itu, ada kemungkinan top skorer Persija di Liga Super Indonesia 2014, Ramdani Lestaluhu, juga akan hengkang. Pembenahan skuat baru dapat dilakukan saat jeda paruh musim. Jika tidak ada perubahan strategi, jangan heran jika rapor lini serang Persija terus memburuk.
Kehilangan Dukungan dari Pemain Ke-12
Sudah jatuh tertimpa tangga. Pepatah tersebut cocok disematkan kepada Persija saat ini. Di tengah keterpurukan akibat rangkaian hasil buruk, Bambang Pamungkas dkk. harus menerima kenyataan tidak bisa bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno, yang sedang menjalani proses renovasi jelang Asian Games 2018. Hingga akhir musim TSC 2016, Persija terpaksa menepi ke kota lain untuk menjalani partai kandang.
Bukan itu saja, pasca kerusuhan suporter pada laga melawan Sriwijaya FC (24/6/2016), pendukung Persija dihukum tidak boleh menggunakan atribut. Minimnya dukungan para fans membuat kondisi psikologis para pemain sedikit terganggu yang berpengaruh terhadap performa mereka di atas lapangan.