Bola.com, Jakarta - Piala AFF 2016 tidak hanya jadi ajang pertempuran para pemain untuk unjuk kualitas demi melejitkan kiprah di seantero regional Asia Tenggara serta memberikan kontribusi maksimal pada negara masing-masing. Piala AFF juga jadi ajang para pelatih beradu taktik dan kemampuan menyusun strategi.
Sama halnya pemain, prestasi terbaik dari ajang dua tahun sekali ini bisa membuat gengsi maupun catatan karier seorang pelatih naik begitu membawa tim yang dilatihnya memenangi Piala AFF 2016.
Pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, dipastikan juga tak mau kalah bersaing dengan pelatih-pelatih tim lawan. Pelatih asal Austria itu dipastikan sudah bersiap untuk unjuk gigi.
Secara khusus, buat Alfred Riedl, Piala AFF bukan turnamen baru mengingat pada 2010 serta 2014 ia sudah menakhodai Timnas Indonesia pada dua edisi Piala AFF itu. Sebelum berkiprah di Indonesia, Alfred juga pernah menukangi Laos serta Vietnam.
Baca Juga
Untuk Piala AFF edisi kali ini, Alfred bakal berduel lagi dengan dua pelatih yang juga jadi lawannya di Piala AFF 2014, yakni Kiatisuk Senamuang (Thailand) dan Thomas Dooley (Filipina). Terlebih, undian menempatkan tiga pelatih ini pada grup yang sama pada fase penyisihan, Grup A. Ditambah lagi dengan keberadaan Singapura yang punya pelatih anyar, V. Sundramoorthy.
Sementara sisanya, posisi pelatih kepala di Malaysia, Vietnam, dan Myanmar sudah berganti. Ketiga negara itu tergabung di Grup B bersama pemenang dari fase kualifikasi.
Kali ini Bola.com mengajak pembaca untuk mengulik pelatih timnas pesaing yang jadi lawan Alfred Riedl dalam adu taktik di Piala AFF nanti. Di luar tiga pelatih di Grup A yang harus dihadapi Alfred di penyisihan, Bola.com juga mengulas tiga pelatih di Grup B karena bila Indonesia lolos ke semifinal, dipastikan akan berhadapan dengan salah satu dari mereka.
Siapa saja enam pelatih itu? Berikut daftarnya:
Thomas Dooley
1. Thomas Dooley
Thomas Dooley menangani Timnas Filipina jelang Piala AFF 2014, tepatnya pada Februari 2014. Sejak awal, Federasi Sepak Bola Filipina (PFF) tampak sangat yakin dengan kemampuan pelatih asal Amerika Serikat ini dalam mengarahkan Philip Younghusband dkk.
Status sebagai mantan pemain timnas AS pada era 90-an yang cukup mentereng, ia bermain penuh di semua pertandingan yang dijalani tim AS di Piala Dunia 1994, membuatnya tak kesulitan menjalankan peran sebagai pelatih. Para pemain juga terlihat mudah memahami instruksi yang diberikan pelatih yang pernah membela Bayern Leverkusen dan Schalke 04 itu.
Kontrak setahun ketika itu langsung ditambah PFF setelah melihat tangan dinginnya mampu membuat the Azklas tampil memesona di Piala AFF 2014, meski lagi-lagi langkah Filipina terhenti di semifinal.
Sejak dilatih Dooley, Filipina mencatatkan kemajuan yang mengesankan dan bahkan mencapai peringkat terbaik semenjak bergabung dengan FIFA pada 1930. Pada Mei 2016, negara yang warganya lebih menyukai tinju dan basket ini mampu nangkring di ranking ke-115 dan jadi yang paling tinggi di antara negara ASEAN lain. Prestasi itu langsung diganjar PFF dengan memperpanjang kontrak Dooley selama dua tahun ke depan pada Juni 2016.
Dalam menjalankan tugasnya, pelatih yang semasa aktif bermain sebagai sweeper ini tidak bekerja sendirian. Ia didukung penuh PFF yang menyediakan fasilitas yang diperlukannya dalam melatih. Semisal, mendapatkan alat dan program terbaru dari Match Analysis yang diakui Dooley sebagai salah satu resep keberhasilannya sejauh ini bersama the Azkals.
Di sisi lain, dari 33 pertandingan yang dijalani timnas Filipina dalam semua event baik resmi maupun persahabatan sejak 2014, Dooley mencatatkan rekor menang 14 kali, imbang enam kali, dan kalah pada 13 pertandingan. Secara khusus, ia masih menungguli rekor pertemuan dengan Alfred Riedl setelah pada penyisihan Grup A Piala AFF 2014 Dooley menggasak Indonesia, yang ketika itu dilatih Alfred, dengan skor 4-0.
V. Sundramoorthy
2. V. Sundramoorthy
Jelang Piala AFF 2016, beban berat ada di pundak V. Sundramoorthy. Pelatih anyar Singapura ini harus mampu membawa timnya unjuk diri sesuai status tim sebagai pengoleksi juara terbanyak (empat kali) bersama Thailand.
Faktanya, pelatih yang akrab disapa Sundram ini terbilang harus beradaptasi dengan the Lions. Ia masih mencari komposisi serta strategi terbaik timnya melalui laga uji coba. Sejauh ini, sejak ia duduk di kursi panas pelatih pada akhir Mei 2016, ia baru membawa dua kemenangan. Itu pun, salah satunya melawan tim kampus kala beruji coba di Jepang. Empat pertandingan pada turnamen maupun uji coba lain berakhir dengan kekalahan.
Secara khusus, pelatih 50 tahun ini belum pernah head to head dengan Alfred Riedl, kendati kariernya sebagai pelatih sudah cukup lama .Sundram tercatat pernah jadi pelatih Young Lions dan LionsXII.
Eks pemain FC Basel ini juga jadi pelatih timnas Singapura U-23 di SEA Games 2013 dan jadi asisten pelatih timnas senior di era Bernd Stange. Bahkan, sebelum Stange ditunjuk jadi nahkoda the Lions, Sundram sempat menjabat sebagai pelatih sementara selepas Radojko Avramovic tak lagi melatih Izwan Mahbud dkk.
Sebelum ditunjuk jadi pelatih kepala the Lions dengan kontrak setahun, Sundram merupakan pelatih Tampines Rovers. Sebagai catatan, Sundram merupakan pelatih lokal pertama di timnas Singapura dalam 16 tahun terakhir. Pelatih lokal terakhir yang membesut The Lions adalah Vincent Subramaniam, yang duduk di kursi panas pada pada 1998-2000.
Kiatisuk Senamuang
3. Kiatisuk Senamuang
Tak pelak lagi, Kiatisuk Senamuang merupakan pelatih paling disegani di lingkungan ASEAN saat ini. Bukan karena ia paling senior, namun torehan impresifnya sejauh ini bersama timnas Thailand yang membuat ia jadi lawan terkuat yang harus dihadapi Alfred Riedl.
Kiatisuk, pelatih termuda dari jajaran pesaing Alfred Riedl, baru memulai karier kepelatihannya pada 2006. Pada 2013 pelatih yang juga legenda sepak bola di Negeri Gajah Putih itu didaulat jadi pelatih timnas menggantikan Winfried Schaefer yang berstatus caretaker. Kiatisuk, yang juga populer dengan julukan Zico, mengemban tugas tidak hanya melatih timnas senior namun juga timnas U-23.
Kendati jam terbangnya belum sebanyak pelatih timnas lain, pelatih 43 tahun ini mampu meramu talenta-talenta pemain terbaik yang ada di Thailand jadi satu tim yang solid dan mumpuni. Alhasil, Kiatisuk sudah mampu mempersembahkan prestasi cukup lumayan.
Di bawah komandonya, Thailand U-23 sukses menyabet medali emas di SEA Games 2013 dan 2015, kendati pada SEA Games 2015 ia mendelegasikan tugasnya ke sang asisten pelatih. Kemudian, pada Asian Games 2014 finis di urutan keempat setelah gagal mengalahkan Irak pada perebutan medali perunggu.
Untuk timnas senior, pencapaian tertinggi sejauh ini adalah membawa Adisak Krisorn cs. melaju ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2018 zona Asia. Mereka berkesempatan tampil di Piala Dunia Rusia 2018 bila pada putaran ketiga, finis di urutan pertama atau kedua. Pengoleksi 70 gol dari 131 pertandingan untuk timnas Thailand ini juga membawa timnya memenangi King's Cup 2016.
Di kancah Piala AFF, Kiatisuk jadi satu-satunya yang mampu mengawinkan gelar juara Piala AFF saat masih jadi pemain dan pelatih, saat membawa Thailand memenangi Piala AFF 2014. Alfred Riedl tentu wajib berhati-hati saat meladeni taktik yang akan diterapkan Kiatisuk. Sejauh ini keduanya belum pernah berduel secara langsung karena saat Piala AFF 2014, Indonesia dan Thailand berada di grup terpisah, dan Timnas Indonesia yang dilatih Alfred Riedl gagal ke semifinal.
Nguyen Huu Thang
4. Nguyen Huu Thang
Selain V. Sundramoorthy, Vietnam juga baru saja menunjuk pelatih baru untuk mempersiapkan timnas di Piala AFF 2016. Pada 3 Maret 2016, Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) memperkenalkan Nguyen Huu Thang sebagai pelatih kepala menggantikan Toshiya Miura.
Sebelum berkarier sebagai pelatih, Nguyen Huu Thang merupakan bek timnas Vietnam pada era 90-an. Ia tampil di Piala AFF (dulu bernama Piala Tiger) 1998 dan bermain di SEA Games 1995 dan 1997. Sementara kiprahnya sebagai pelatih, termasuk jadi nahkoda Hanoi T&T dan Song Lam Nghe An di liga Vietnam.
Sejauh ini pelatih 44 tahun itu mencatatkan tiga kemenangan, sekali hasil imbang, dan sekali kalah dari lima partai yang dijalani timnas Vietnam sejak ditanganinya. Dalam waktu singkat itu, Huu Thang sudah berhasil mempersembahkan gelar juara Aya Bank Cup 2016, yakni turnamen segiempat yang diikuti Vietnam, Hong Kong, Singapura, dan Myanmar sebagai tuan rumah.
Lantaran baru kali pertama menjabat pelatih kepala timnas, Nguyen Huu Thang belum pernah berhadapan dengan Alfred Riedl. Laga uji coba Indonesia kontra Vietnam yang sedang dijajaki PSSI bisa jadi pertemuan pertama kedua pelatih itu. Tentu, dengan syarat pertandingan persahabatan sebagai pemanasan Piala AFF 2016 ini tidak urung digelar.
Gerd Zeise
5. Gerd Zeise
Nama Gerd Zeise mulai dikenal publik sepak bola Indonesia sejak ia menukangi timnas U-19 Myanmar pada 2013. Ketika itu tim asuhan Seize tampil memesona di Piala AFC U-19 2014 hingga berhasil mendapat tiket bermain di Piala Dunia U-20 2015. Sebaliknya, Indonesia U-19 yang kala itu dilatih Indra Sjafri, terbenam di fase penyisihan Grup B.
Zeise sempat menghiasi pemberitaan media Tanah Air lantaran pernah mengutarakan niatnya melatih di Indonesia pada pertengahan tahun 2014. Kendati gagal melanjutkan kecemerlangan di Piala Dunia U-20, posisi Zeise tetap aman. Bahkan ia ditunjuk Federasi Sepak Bola Myanmar (MFF) melatih timnas senior menggantikan Radojko Avramovic yang baru setahun menduduki kursi pelatih pada Oktober 2015.
Pelatih asal Jerman ini memang sudah tidak asing dengan sepak bola Myanmar karena pada 2011 ia tercatat sudah jadi pelatih tim kelompok usia muda di negara yang dulu bernama Birma itu. Gerd Zeise juga belum pernah berhadapan dengan Alfred Riedl karena pada Piala AFF 2014, Myanmar masih ditangani Radojko Avramovic.
Di tangan pelatih 63 tahun itu, dari lima pertandingan yang dijalani timnas Myanmar hingga awal Agustus 2016 ini, Kyaw Ko Ko dibawanya memenangi satu pertandingan, dua pertandingan berakhir dengan hasil imbang dan dua laga lainnya diakhiri dengan kekalahan.
Ong Kim Swee
6. Ong Kim Swee
Dari lima lawan Alfred Riedl di Piala AFF 2016, penggemar sepak bola Indonesia mungkin paling hafal dengan sosok satu ini. Ya, Ong Kim Swee bisa dibilang punya "sejarah" yang tak pendek dengan sepak bola Indonesia. Hal itu mengacu pada karier melatihnya selama ini di timnas Malaysia.
Sebelum resmi menjabat sebagai pelatih kepala timnas Malaysia pada 18 Januari 2016 dengan durasi kontrak dua tahun, Ong Kim Swee dikenal sebagai pelatih timnas Malaysia U-23.
Salah satu prestasinya, ia membawa anak asuhannya merebut medali emas SEA Games 2011 mengalahkan Timnas Indonesia U-23 lewat adu penalti mendebarkan di depan puluhan ribu fans tuan rumah yang memadati Stadion Utomo Gelora Bung Karno, Jakarta.
Selama empat tahun, pelatih yang kini berusia 45 tahun itu, jadi arsitek timnas U-23 hingga pada September 2015 ia ditunjuk jadi pelatih sementara timnas senior senior menggantikan Dollah Salleh yang mundur. Bersamaan dengan masa kontraknya yang habis sebagai pelatih timnas U-23, Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) akhirnya memilih eks pemain era 90-an ini jadi pelatih kepala timnas senior.
Lantaran baru kali ini jadi pelatih kepala tim Harimau Malaysia, Ong Kim Swee belum pernah beradu strategi dengan Alfred Riedl. Sementara dari catatan yang ada, dari delapan laga uji coba atau persahabatan maupun partai resmi sejak dilatih Kim Swee, Januari lalu, timnas Malaysia memenangi tiga laga di antaranya, sementara tiga laga lain berakhir imbang, dan dua kali kalah.
Baca Juga
3 Penggawa PSBS yang Menonjol dalam Kebangkitan Mereka di BRI Liga 1: Semakin Nyaman Berkreasi
Deretan Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia yang Sebaiknya Main di Piala AFF 2024: Ngeri-ngeri Sedap Kalau Gabung
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?