Galang dan Imanuel Bagi Ilmu dan Memori dari Akademi Rossi

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 31 Jul 2016, 13:50 WIB
Pebalap muda Yamaha Indonesia, Galang Hendra Pratama (kiri) dan Imanuel Putra Pratna. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Jakarta - Sudah hampir sebulan, Galang Hendra Pratama dan Imanuel Putra Pratna, meninggalkan akademi milik Valentino Rossi, VR46 Riders Akademi, di Tavulia, Italia. Ternyata, kenangan dan pengalaman selama berada di sana masih melekat kuat di benak kedua pebalap muda Yamaha Indonesia tersebut.

Advertisement

Bukan hanya mendapat ilmu teknik di lintasan maupun bagaimana mengasah skill, Galang dan Imanuel juga mendapat banyak pelajaran berharga lain, salah satunya soal kepercayaan diri. Mereka juga masih terkenang dengan keseruan bersama para pebalap di VR46 Riders Academy yang semuanya masih muda dan berbakat.

Apa yang dibicarakan Galang dan Imanuel dengan para pebalap di Akademi Balap Rossi tersebut? Apakah mereka sempat bercakap-cakap dengan Valentino Rossi?  Semuanya masih tersimpan rapi dalam memori kedua pebalap asal Jakarta (Imanuel) dan Yogyakarta (Galang) itu.

Berikut wawancara Bola.com dengan Galang dan Imanuel di kantor redaksi Bola.com, awal pekan ini: 

Apa pengalaman paling berkesan selama berada di Italia? 

Imanuel: Yang paling diingar saat di motor ranch (milik Rossi). Kami berlatih dari siang sampai malam, rasanya capek banget. Terus waktu mencoba Americana (Flat Track Americana) ada pengalaman tak terlupakan. Saat itu pas capek, kebetulan juga kacamata kelilipan debu, sehingga kelillipan. Pas debunya hilang, saya buka mata dan ternyata pas waktunya belok. Saya coba belok tapi tidak bisa, akhirnya masuk jurang. Bukannya dibantuin saya malah ditertawakan. 

Galang: Rasanya paling senang bisa belajaar sama Vale dan anggota VR46 Riders Academy. Kami diajari trik-trik menguasai motor, terutama di flat track, untuk menguasai motor saat kondisinya tak stabil. Ilmu yang didapat di situ sangat berpengaruh jika diterapkan di aspal, dalam kondisi apapun motor bisa dikuasai.

 

Imanuel Pratna, Yamaha Rider. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Selain Teknik untuk balapan, ilmu apa yang didapat dari Italia?  

Imanuel: Kami tak cuma dapat pelatihan skill, tapi juga diajari bagaimana selalu semangat dan punya kepercayaan diri lebih. Bagaimanapun itu sangat penting karena saat balapan memang butuh kepercayaan diri tinggi. 

Galang: Selain teknik saya juga diajari disiplin serta bagaimana punya mental untuk menghadapi kejuaraan Asia Road Racing. Mereka mengajarkan bagaimana supaya punya hati dan mental juara. 

Sempat berbincang dengan Valentino Rossi? 

Imanuel: Ngobrol sama Valentino Rossi cuma sebentar banget. Dia cuma tanya bagaimana di Italia dan latihannya bagaimana. Saya jawab di sini enak banget dan saya bangga bisa berada di sana.

Galang: Yang paling senang ya ngobrol dengan Rossi. Vale bilang kami punya mental untuk jadi world champion, itu jadi modal untuk ke depan, melangkah jauh ke jenjang internasional.

Di antara para pebalap VR46 Riders Academy, siapa yang diidolakan? 

Imanuel: Kalau saya suka (Francesco)Bagnaia. Bawa motornya saya suka. Dia agresif tapi perhitungan. Kalau yang seru hampir semuanya, Lorenzo Baldassari, Franco Morbidelli, Nicolo Bulega dan lain-lain. 

Galang: Saya suka Niccolo Antonelli. Pasa bisa duduk di sebelahnya, saya merasa sangat bahagia. Suatu saat nanti ingin satu race, bisa bertarung langsung dengannya di sirkuit. 

Siapa di antara mereka yang paling pendiam?

Imanuel: Luca Marini. Dia yang paling jarang ngobrol dengan kami.

Galang: Luca biasanya ikut Valentino terus. 

Apa biasanya yang diperbicangkan dengan para pebalap tersebut? 

Imanuel: Ha..ha..ha. Ya tidak jauh-jauh dari itu. 

Ternyata, mereka suka berbincang tentang pacar atau gebetan masing-masing saat sedang bersantai-santai dengan para pebalap VR46 Riders Academy.

Galang Hendra, 10 Maret 1999 di Yogyakarta. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Setelah dari sana, kalian jadi tahu atau tidak kelebihan dan kekurangan diri sendiri? 

Imanuel: Kekurangan saya masih terlalu banyak memikirkan orang lain. Jadi sifat sehari-hari terbawa ke balapan. Saya harus mulai belajar tak lagi terlalu memikirkan perasaan orang lain saat balapan, harus bisa mengutamakan diri sendiri. Kalau kelebihannya, saya lebih tinggi daripada Galang (sembari tertawa). 

Galang: Kekurangan saya di bagian memutuskan buat overtaking, masih kurang. Tapi semenjak dua seri terakhir plus ditambah pengalaman ke Akademi Balap Valentino Rossi, mental untuk memutuskan kapan harus overtaking semakin tambah besar. Kalau kekurangan biar orang lain yang menilai. 

Berita Terkait