Bola.com, Jakarta - Pebalap Repsol Honda, Marc Marquez, mengejutkan banyak orang dengan memuncaki klasemen sementara pebalap pada tengah musim MotoGP 2016. Setelah merampungkan sembilan seri, dia unggul jauh atas dua rider Yamaha, Jorge Lorenzo dan Valentino Rossi, masing-masing dengan margin 48 poin dan 59 poin.
Baca Juga
Jika menengok performa Honda pada tes pramusim 2016, sulit membayangkan Baby Alien bisa berada pada posisi seperti sekarang. Honda saat itu terbelit berbagai masalah, terutama kesulitan beradaptasi dengan sistem elektronika baru dan ban Michelin. Performa juara dunia 2013 dan 2014 tersebut jauh dari meyakinkan. Alhasil, Marquez pun dianggap bakal sulit bersaing dengan Lorenzo dan Rossi.
Perlahan, Marquez membuktikan prediksi tersebut salah. Alih-alih terseok, pebalap Spanyol tersebut malah semakin berkibar menebar ancaman kepada dua rival terberatnya tersebut. Dia menjadi satu-satunya pebalap yang konsisten meraih poin pada setiap balapan musim ini.
Marquez kini paling difavoritkan menjadi kandidat juara dunia 2016. Apa kunci hingga Baby Alien mampu berada di posisi terdepan dan punya kans terbesar dalam pacuan juara dunia 2016?
Berikut ini lima alasan yang menyebabkan Marquez layak jadi favorit juara musim ini:
1
Realistis
Sosok Marquez musim ini sangat berbeda dibanding pada tahun lalu. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah caranya berpikir realistis. Pada musim 2015, Marquez harus menghadapi fakta kesalahan demi kesalahan menjadi rutinitas baginya. Dia berulang kali jatuh karena terlalu ngotot dan kurang cermat menghitung kemampuannya. Kali ini, pebalap berusia 23 tahun tersebut telah belajar banyak.
Pengalaman pada musim lalu membuat Marquez berubah jadi lebih kuat dan cermat. Hal itu dibuktikan dengan pencapaiannya sepanjang sembilan balapan MotoGP 2016.
Marquez lebih cermat menganalisis situasi saat balapan, salah satunya pada MotoGP Assen. Dia seolah membiarkan Jack Miller juara dan memilih finis di urutan kedua. Marquez tak mau mengambil risiko terjatuh jika terlalu ngotot mengejar Miller, apalagi saat itu Rossi sudah terjatuh dan Jorge Lorenzo tercecer jauh di belakang.
Satu-satunya kesalahan Marquez pada musim ini adalah saat terjatuh di Le Mans. Namun, Baby Alien masih bisa mendulang satu poin setelah finis di urutan ke-13. Kematangan itu dipastikan bakal jadi modal berharga bagi Marquez untuk menghadapi paruh kedua musim ini.
2
Keberuntungan
Marc Marquez dinaungi keberuntungan besar pada musim 2016. Namun, keberuntungan tak datang begitu saja. Keberuntungan biasanya datangnya beriringan dengan kerja keras.
Salah satu keberuntungan terbesar Marquez bisa dilihat di GP Jerman. Pria Spanyol tersebut sempat terjatuh pada sesi pemanasan, namun tak terluka dan bisa ikut balapan. Motornya yang rusak juga bisa diperbaiki dengan cepat oleh kru Honda.
Perjudian terbesar kedua terjadi saat hujan yang turun di sirkuit mulai reda. Marquez masuk pit lebih awal, sehingga sempat tercecer di belakang. Ternyata, taktik itu malah berujung gemilang. Dia menjuarai GP Jerman untuk tujuh kali beruntun. Sebaliknya, Rossi dan Lorenzo terseok-seok di belakang.
Keberuntungan serupa tak menaungi Rossi dan Lorenzo. The Doctor tertimpa sial ketika mesin motornya jebol di Mugello, sedangkan Lorenzo mengalami crash dengan Andrea Iannome di GP Catalunya. Insiden-insiden itu sangat membantu Marquez meraih posisi puncak dan kini unggul cukup jauh atas Rossi dan Lorenzo. Jika keberuntungan terus memayungi Marquez, maka Rossi dan Lorenzo bakal sangat sulit mengudetanya dari puncak klasemen.
3
Kompak dengan Tim
Marquez tak mungkin berada di posisi teratas tanpa dukungan tim yang kompak dan mumpuni. Setiap pebalap sangat membutuhkan atmosfer nyaman di dalam box. Mekanik Marquez juga sangat memahami karakter, kekurangan, serta kelebihan pebalap Spanyol tersebut. Marquez dan timnya punya rasa saling percaya. Faktor inilah yang kemungkinan membuat taktik nyeleneh di Sachsenring Jerman, mampu memunculkan hasil maksimal.
Di sisi lain, para rival tak memiliki hal serupa. Sebagai contoh, Valentino Rossi dengan keras kepala mengabaikan instruksi timnya untuk masuk pits lebih awal pada MotoGP Jerman. Padahal, jika menuruti perintah tim, kemungkinan The Doctor bisa juara atau minimal naik podium. Contoh lainnya terjadi pada Dani Pedrosa. Saat ingin mengganti motor, para mekanik malah belum menyiapkan motor kedua bagi Pedrosa.
Jika keharmonisan di dalam tim Marquez terus dipertahankan, jalan menuju gelar juara dunia bakal terbuka lebar.
4
Yamaha Melempem
Marc Marquez bukan hanya tampil brilian, tapi juga mampu memanfaatkan ketidakberuntungan yang menaungi Yamaha. Kondisi ini benar-benar di luar prediksi jika menilik hasil pada sesi pramusim. Saat itu Lorenzo terlihat sangat perkasa dan Rossi beradaptasi sangat baik dengan ban Michelin maupun sistem elektronika yang baru.
Sayangnya, Yamaha gagal memaksimalkan keuntungan teknik tersebut dan malah direcoki berbagai masalah yang ditangani dengan buruk. Kepindahan Lorenzo ke Ducati ditangani kurang elegan, sehingga sang pebalap sudah mengumumkan keputusannya saat musim 2016 baru saja berjalan.
Situasi tersebut ternyata sangat memengaruhi performa Lorenzo sekaligus Yamaha. Di sisi lain, Valentino Rossi tak bosan melakukan kesalahan. Pengoleksi sembilan gelar juara dunia tersebut sudah tiga kali gagal finis dalam sembilan balapan. Ini menjadi rekor yang sangat buruk bagi pebalap yang sedang mengejar gelar juara dunia untuk kali ke-10.
Jika Yamaha tak segera berbenah, Marquez tinggal menunggu waktu untuk mendekap gelar juara dunia MotoGP untuk kali ketiga.
5
Kinerja Apik Honda
Honda benar-benar bekerja keras menyediakan motor terbaik bagi Marquez. Motor Honda yang sekarang sangat cocok untuk gaya membalap Baby Alien. Bahkan Marquez terang-terangan memuji motornya dengan kata-kata "motor terbaik yang saya miliki di MotoGP". Situasi ini bahkan memicu kecemburuan pebalap-pebalap Honda lainnya.
Dani Pedrosa terang-terangan menuding pengembangan motor Honda hanya terpusat kepada Marquez, alias disesuaikan dengan kebutuhan dan karakter Baby Alien. Tudingan Pedrosa ini memang langsung dibantah petinggi Honda, namun tak menghilang begitu saja.
Motor Yamaha sebenarnya tak kalah perkasa. Namun, motor Yamaha malah kerap bermasalah. Salah satunya saat mesin motor Rossi jebol di GP Italia. Sedangkan pada dua balapan terakhir, motor Lorenzo tak kompetitif.
Bukti keperkasaan motor Honda sangat kasat mata. Marquez telah menang kali dan delapan kali naik podium. Jika mampu mempertahankan statistik apik tersebut, Marquez tak akan terbendung menuju gelar juara MotoGP 2016.
Sumber: Autobild