Bola.com, Jakarta - Sejak dipertandingkan di Olimpiade pada tahun 1992 Barcelona, cabang bulutangkis kerap menyumbang medali emas buat kontingen Indonesia. Cabang olah raga tepok bulu ini bahkan menjadi penyumbang medali emas pertama untuk kontingen Merah Putih yang ikut serta dalam Olimpiade sejak tahun 1952.
Baca Juga
Atlet bulutangkis Indonesia rutin mempersembahkan emas sejak Olimpiade Barcelona 1992 hingga Beijing 2008. Sayang tradisi emas itu akhirnya terhenti pada Olimpiade London 2012.
Hingga kini, total ada enam medali emas yang diperoleh oleh para jagoan bulutangkis Indonesia di kancah Olimpiade. Siapa saja peraih medali emas tersebut? Berikut para pahlawan olah raga Indonesia yang meraih medali emas di ajang Olimpiade:
Alan Budikusuma
1. Alan Budikusuma
Alan Budikusuma menjadi salah satu atlet yang berhasil menyumbangkan medali emas untuk kontingen Indonesia sepanjang sejarah keikutsertaan di Olimpiade sejak tahun 1952. Medali emas Alan itu diraih di nomor tunggal putra pada Olimpiade Barcelona 1992.
Alan menghadapi lawan yang relatif ringan dalam perjalanan awal di Olimpiade. Ia hanya dihadang oleh Koh Leng Kang (Singapura), Sompol Kukasemkij (Thailand), dan Andrey Antropov (Rusia) di tiga laga awal. Selanjutnya, Alan menyingkirkan Kim Hak-yun (Korsel) dan Thomas Stuer-Lauridsen (Denmark) pada babak berikutnya.
Pada laga final, pebulutangkis asal Surabaya ini menghadapi rekan sesama Indonesia, Ardy Wiranata. Persaingan sengit berlangsung pada pertandingan ini dan Alan berhasil memenangkan medali emas setelah unggul dengan skor 15-12 dan 18-13.
Alan yang sebetulnya tak diunggulkan karena prestasinya sebelum Olimpiade tak terlalu gemilang, akhirnya meraih sukses. Nama Alan tercatat selamanya sebagai salah satu peraih medali emas pertama untuk Indonesia di ajang multievent paling prestisius ini.
Susy Susanti
2. Susy Susanti
Susy Susanti adalah ratu bulutangkis andalan Indonesia pada tahun 90-an. Semua gelar turnamen bergengsi pernah diraih dan Susy menyempurnakan pencapaiannya dengan meraih medali emas nomor tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992.
Perempuan kelahiran Tasikmalaya ini melewati babak pertama dengan status bye. Setelah itu Susy melewati lawan-lawannya dengan relatif mudah sejak babak kedua hingga perempat final.
Susy baru menemui lawan dengan kualitas sepadan ketika bertemu Huang Hua di semifinal. Penampilan yang prima kemudian membuat Susy menang telak, 11-4, 11-1. Pada partai puncak, Susy menekuk Bang Soo-hyun (Korsel) dengan skor 5-11, 11-5, 11-3. Hasil ini membuat Indonesia membawa pulang dua medali emas dari kancah Olimpiade Barcelona 1992, hal yang tak bisa lagi diulangi hingga sekarang.
Uniknya, dua medali emas itu disumbangkan oleh Alan Budikusuma dan Susy Susanti yang kala itu merupakan pasangan kekasih. Prestasi itu membuat mereka dijuluki sebagai pasangan emas. Alan dan Susy kemudian menikah dan hidup bahagia hingga sekarang.
Rexy Mainaky/Ricky Subagja
3. Rexy Mainaky/Ricky Subagja
Pada cabang bulutangkis, Indonesia sejak dulu dikenal sering memiliki ganda putra yang tangguh. Bukti tersebut kemudian terpampang pada ajang Olimpiade yang digelar setiap empat tahun sekali.
Adalah ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky yang menjadi pembuka jalan nomor andalan Indonesia ini untuk unjuk gigi di Olimpiade. Ricky/Rexy menjadi andalan Indonesia dengan meraih gelar bergengsi Asian Games (1994, 1998), Juara Dunia (1995), All England (1995, 1996). Pasangan yang berbeda karakter ini melengkapi gelar mereka setelah meraih medali emas di Olimpiade Atlanta 1996.
Ricky/Rexy menjalani laga final yang cukup mendebarkan dalam usahanya meraih medali emas. Lawan yang dihadapi adalah wakil Malaysia, Cheah Soon Kit /Yap Kim Hock. Aroma persaingan sejak jaman dulu sebagai negara serumpun membuat ketegangan di laga final terasa berlipat.
Ricky/Rexy sempat kalah 5-15 di set pertama. Keadaan kemudian berbalik, Ricky/Rexy mampu unggul 15-13 di set kedua dan menutup set ketiga dengan skor 15-12 untuk memastikan medali emas buat Indonesia.
Candra Wijaya/Tony Gunawan
4. Candra Wijaya/Tony Gunawan
Pelatih ganda putra yang juga pemain legendaris Indonesia, Christian Hadinata, ingat betul bagaimana kerasnya Candra Wijaya dan Tony Gunawan dalam berlatih saat bersiap tampil di ajang Olimpiade Sydney 2000. Menurut Christian, Candra dan Tony kerap kali hadir paling dulu dan pulang belakangan saat latihan guna menambah porsi latihan sendiri.
Kerasnya latihan mereka akhirnya terbayar dengan kesuksesan meraih medali emas. Pada laga final, Candra/Tony menang atas wakil Korsel Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung dengan skor 15-10, 9-15, 15-7.
Uniknya, keduanya punya kemampuan beradaptasi dengan partner lain. Candra pernah sukses saat berduet dengan Sigit Budiarto. Sementara Tony juga sempat menjadi andalan Indonesia kala berpasangan dengan Halim Haryanto.
Taufik Hidayat
5. Taufik Hidayat
Setelah sempat menguasai nomor tunggal putra di tahun 90-an, Indonesia mengalami paceklik pemain. Taufik Hidayat kemudian muncul sebagai jagoan Indonesia di nomor bergengsi tersebut.
Taufik sebetulnya dikenal sebagai pemain yang kerap menimbulkan kontroversi. Prestasinya di lapangan berbanding lurus dengan kisahnya di luar lapangan. Mulai dari kritik dan komentarnya yang pedas pada pengurus PBSI, kisah cinta dengan atlet dan selebritas, gaya hidupnya yang glamor, hingga perkelahian membuat Taufik dikenal sebagai bad boy.
Salah satu prestasi terbaik Taufik adalah saat ia berhasil meraih medali emas di Olimpiade Athena 2004. Dalam perjalanan menuju final, Taufik cukup beruntung karena lawan bebuyutannya, Lin Dan, tumbang sebelum mencapai babak puncak. Pada laga final, Taufik menang atas Shon Seung-mo (Korsel) dengan skor 15-8, 15-7.
Markis Kido/Hendra Setiawan
6. Markis Kido/Hendra Setiawan
Pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan meneruskan kejayaan Indonesia pada nomor ganda putra di Olimpiade Beijing 2008. Kido/Hendra menyapu lawan berat mereka satu demi satu sejak babak perempatfinal untuk memastikan gelar juara dan menyabet medali emas.
Pada babak perempat final, Kido/Hendra menang dari lawan bebuyutan yang lebih sering mengalahkan mereka, Koo Kien Keat/Tan Boon Heong (Malaysia) 21-16, 21-18. Kemudian di semifinal, giliran Lars Paaske/Jonas Rasmussen yang dibekuk 21-19, 21-17. Puncak penampilan Kido/Hendra terjadi di final kala mereka menang atas andalan tuan rumah Cai Yun/Fu Haifeng 12-21, 21-11, dan 21-16
Medali ini adalah emas terakhir yang bisa diraih Indonesia di ajang Olimpiade. Pada Olimpiade London 2012, tradisi meraih emas ini akhirnya terputus. Kini, pasangan Kido/Hendra telah berpisah. Hendra sekarang berpasangan dengan Mohammad Ahsan dan kembali mewakili Indonesia di ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016.