Bola.com, Rio de Janeiro - Pebulutangkis ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad, mengaku telah belajar banyak dari kegagalan di Olimpiade London 2012. Dia pun berniat menebus kegagalan itu dengan merebut medali emas pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Pada Olimpiade London empat tahun lalu, Tontowi dan pasangannya, Liliyana Natsir, merupakan satu-satunya andalan Indonesia untuk meneruskan tradisi medali emas di olimpiade.
Besarnya tekanan sebagai tulang punggung skuat Merah-Putih membuat pasangan ini tak dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Langkah mereka dihentikan ganda China, Xu Chen/Ma Jin, di babak semifinal. Tontowi/Liliyana juga gagal menyumbang perunggu saat dikalahkan pasangan Denmark, Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen.
Baca Juga
“Saat itu kami memang berandai-andai banget, terlalu menggebu-gebu mau dapat emas. Kami menjadi harapan satu-satunya, masuk semifinal sendirian. Karena terlalu berharap, saat kalah di semifinal itu kami langsung down, padahal kami punya tugas lagi di perebutan perunggu,” cerita Tontowi, seperti dilansir situs resmi PBSI, Rabu (3/8/2016).
“Kami seharusnya fokus di satu demi satu pertandingan, dan kalau sudah kalah di semifinal, kami harus bisa fokus untuk pertandingan selanjutnya. Tetapi kami malah tidak bisa tampil baik di perebutan perunggu, padahal rekor kami melawan Nielsen/Pedersen lumayan bagus,” imbuh ayah Danish Arsenio Ahmad ini.
Tontowi mengaku telah banyak belajar dari kesalahan empat tahun lalu tersebut. Pemain kelahiran Banyumas, 18 Juli 1987 ini tak mau terjebak di situasi yang sama. Meskipun baru mengantongi satu gelar di tahun ini lewat Malaysia Terbuka Super Series Premier 2106, Tontowi/Liliyana masih menjadi pasangan ganda campuran terbaik negeri ini.
Pasangan ramuan pelatih Richard Mainaky ini tak hanya berjalan sendirian menuju Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Mereka didampingi Praveen Jordan/Debby Susanto, Juara All England 2016, yang bukan tak mungkin akan membuat kejutan.
Selain itu, Indonesia juga punya andalan di sektor lain seperti ganda putra yang diwakili pasangan rangking dua dunia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Ada juga ganda putri Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari juga berpeluang untuk meraih medali.
“Kondisi sekarang memang lebih baik, kita punya beberapa andalan, ini cukup berpengaruh juga. Saya merasa termotivasi, tidak mau kalah sama yang lain, ingin yang terbaik,” jelas Tontowi.
“Persiapan tahun ini sudah bagus, apalagi dengan adanya karantina di Kudus (Jawa Tengah), sangat membantu untuk menyegarkan pikiran,” ungkap Tontowi .
Jelang Olimpiade Rio, Tontowi memang terlihat lebih rileks dibanding sebelumnya. Ia sering berbagi cerita dengan Ahsan, keduanya memang dekat sejak sama-sama menjadi penghuni klub Djarum. Baik Tontowi maupun Ahsan menyandang target yang tak bisa dibilang ringan.
“Saya dan Ahsan memang dekat dari waktu di klub dulu. Kami sering sharing bareng seperti yang pernah Ahsan posting di Instagram. Waktu itu di Australia Terbuka Super Series 2016, kami kalah di babak awal, padahal dulu kami biasa pulang di akhir turnamen. Semoga di olimpiade kami bisa sama-sama berhasil,” tuturnya.
Meskipun tak lagi muda, Tontowi mengaku semangatnya masih tinggi untuk merebut emas di Rio de Janeiro. Usia bukanlah penghalang baginya.
“Harus dijaga mindset-nya, kalau mikirnya tua, fisik jadi gampang capek. Hidup ini penuh perjuangan, kalau kita mau sukses, kita harus berusaha, tidak boleh santai-santai. Di dalam diri saya, sebetulnya saya adalah pejuang keras, semoga saya bisa mewujudkan mimpi saya menjadi juara olimpiade,” imbuh Tontowi.