Bola.com, Jakarta - Alfred Riedl melakukan penyegaran besar-besaran saat memilih pemain yang mengikuti seleksi Timnas Indonesia buat keperluan tampil di Piala AFF 2016. Dari total 47 nama pemain yang dipanggil, mayoritas di antaranya pemain muda dan minim pengalaman internasional.
Banyak di antara pemain yang mengikuti dua tahap seleksi belum pernah memperkuat Timnas Indonesia senior. Pengalaman mereka membela negara sebatas level Timnas U-19 dan U-23.
Baca Juga
Teja Paku Alam (Sriwijaya FC), Bayu Pradana Andriatmo (Mitra Kukar), Ambrizal Umanailo (Persija), Rahmat Hidayat (Persib Bandung), contoh deretan pemain yang sama sekali belum pernah mencicipi skuat timnas senior. Mereka bakal berkolaborasi dengan bintang-bintang belia macam Evan Dimas, Putu Gede, Zulfiandi, serta Muhammad Hargianto, pilar-pilar Timnas Indonesia U-19 didikan Indra Sjafri yang sukses jadi jawara Piala AFF U-19 2013 silam.
Kisaran usia mayoritas pemain yang dipanggil relatif muda mulai 20 hingga 27 tahun. Jumlah pemain berusia di atas 30 tahun bisa dihitung dengan jari.
Alasan utama Alfred Riedl melibatkan banyak darah muda dengan pertimbangan ingin melakukan regenerasi. Ia ingin Indonesia tidak tergantung pada pemain-pemain yang itu-itu saja. Dengan waktu persiapan yang amat mepet (kurang dari empat bulan), situasi tersebut tidak terasa menguntungkan. Para pesaing akan dengan mudah membaca gaya bermain Timnas Indonesia.
Pelatih asal Austria tersebut juga ingin banyak pemain haus prestasi ada di skuatnya. Mereka diyakini akan melakukan segalanya untuk membuktikan kepantasan dirinya membela Tim Garuda.
Walau begitu, di antara deretan Young Guns di daftar seleksi Piala AFF 2016, tetap saja terselip sejumlah nama pemain beken yang matang jam terbang.
Berbekal pengalaman berlaga di laga-laga kompetitif internasional, kehadiran mereka bisa menjadi penyeimbang. Para pemain senior diharapkan bisa memompa semangat juang pemain-pemain muda usia. Mereka jadi percaya diri menjalani duel-duel sarat tekanan di perhelatan turnamen nanti.
Bola.com mencatat sekurangnya ada enam pemain berjam terbang tinggi membela Timnas Indonesia level senior. Siapa-siapa saja mereka dan seberapa besar pengaruh mereka di Tim Merah-Putih?
Boaz Solossa
Boaz Solossa pemain paling senior di skuat seleksi Timnas Indonesia Piala AFF 2016 saat ini. Striker Persipura Jayapura tersebut sudah memulai debut di Tim Merah-Putih level senior sejak Piala AFF 2004 silam.
Karier Boaz melesat setelah tampil memesona bersama tim Papua di PON Palembang 2004. Boaz yang kala itu belum bermain di klub profesional ditarik Peter Withe ke skuat Timnas Indonesia pada Piala AFF 2004.
Walau masih hijau pengalaman Boaz (yang saat itu baru berusia 17 tahun) dipilih sebagai starter. Ia jadi andalan lini depan berduet dengan Ilham Jayakesuma. Tim Merah-Putih menembus final turnamen yang kala itu masih bernama Piala Tiger sebelum dikalahkan oleh Singapura dengan agregat 2-5.
Boaz Solossa kian bertaji saat memulai karier profesional bersama Persipura Jayapura. Pada musim perdananya membela Tim Mutiara Hitam ia langsung mengoleksi gelar juara Liga Indonesia. Hingga saat ini ia tercatat tiga kali sebagai Top Scorer serta Pemain Terbaik kompetisi kasta elite (musim 2008-2009, 2010-2011, dan 2013). Di musim-musim tersebut Persipura sukses menjadi jawara.
Sayang, keberuntungan Boaz bersama Tim Garuda kurang bagus. Ia kerap kali absen di turnamen internasional karena cedera. Sepanjang kariernya penyerang sayap kelahiran Sorong, 16 Maret 1986 tersebut tiga kali patah kaki.
Momen paling menyesakkan dirasakan Boaz jelang Piala Asia 2007. Ia harus dicoret oleh Ivan Kolev di masa akhir pelatnas karena cedera patah kaki saat Indonesia beruji coba melawan Hong Kong. Padahal, saat itu sang pemain diproyeksikan sebagai andalan di lini depan.
Sempat menjadi bagian skuat Timnas Indonesia asuhan Benny Dollo di Piala AFF 2008, Boaz yang sedang berada di level permainan terbaik bersama klubnya tak terangkut dalam skuat Piala AFF 2010. Pelatih timnas saat itu, Alfred Riedl, menilai sang pemain indisipliner dengan mengulur-ulur waktu bergabung saat masa pelatnas.
Uniknya Alfred memanggilnya kembali pada Piala AFF 2014. Sayang Boaz gagal unjuk ketajaman di turnamen elite level Asia Tenggara. Indonesia tersingkir di fase penyisihan.
Kini bersama 46 pemain lainnya Boaz Solossa kembali dipanggil Alfred Riedl untuk mengikuti seleksi Timnas Indonesia buat keperluan tampil di Piala AFF 2016. Akankah pemain yang total tercatat 38 kali membela Indonesia di pentas internasional dengan koleksi delapan gol merubah peruntungannya?
Kurnia Meiga Hermansyah
Bakat Kurnia Meiga Hermansyah tercium membela Timnas Indonesia U-19 di Kualifikasi Piala AFC U-19 pada 2008. Ia jadi pemain kunci Arema Indonesia saat jadi kampiun Indonesia Super League 2009-2010. Sukses ini mengantarnya ke skuat Timnas Indonesia senior di Piala AFF 2010.
Di Piala AFF 2010, Meiga tidak langsung jadi penjaga gawang utama. Ia jadi pelapis kedua kiper kawakan, Markus Horison.
Namun selepas turnamen, ia naik kelas menjadi kiper bayangan Tim Garuda. Ia mulai sering turun sebagai palang pintu utama di laga-laga persahabatan atau kualifikasi Piala Asia dan Dunia.
Di sisi lain, ia menjalankan peran sebagai penjaga gawang nomor satu di Timnas U-23 SEA Games 2011 dan 2013. Di kedua event tersebut Indonesia jadi runner-up.
Walau berusia belia (kelahiran 7 Mei 1990) kiper berdarah Betawi tersebut punya kematangan layaknya kiper-kiper senior. Posisinya di timnas tak goyah walau pelatih Tim Merah-Putih berganti. Mulai dari Alfred Riedl, Wim Rijsbergen, hingga Jacksen F. Tiago.
Sejak 2010 hingga saat ini Kurnia Meiga tercatat sudah 10 laga membela Timnas Indonesia senior dan 23 pertandingan level U-23. Pada Piala AFF 2014 lalu, kiper binaan PS Urakan jadi kiper utama Indonesia, mengalahkan I Made Wirawan, yang usianya lebih senior dibanding dirinya.
Jika dalam kondisi bugar rasanya peran itu akan kembali dijalankan Meiga pada Piala AFF edisi 2016 ini.
I Made Wirawan
I Made Wirawan, terhitung terlambat punya kesempatan membela Timnas Indonesia. Penjaga gawang kelahiran Gianyar, 12 Januari 1981 itu, yang memulai karier profesional bersama Perseden Denpasar pada 2002 silam tersebut kalah ngetop dibanding Markus Horison, Ferry Rotinsulu, serta Jendri Pitoy.
Ya, berbeda dengan ketiga kiper tersebut, Made menghabiskan sebagian besar kariernya di klub-klub semenjana. Keputusannya pindah ke Persib Bandung pada musim 2012 membawa dampak besar terhadap peruntungan kariernya di timnas.
Ia langsung dipilih jadi kiper utama Tim Merah-Putih oleh Wim Rijsbergen saat mengarungi Kualifikasi Piala Dunia pada tahun 2013. Semenjak itu Made jadi pelanggan skuat Tim Garuda, bersama kiper muda Kurnia Meiga. Ia jadi bagian skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2014 silam.
Sekalipun usianya tak lagi muda (kini 35 tahun), I Made Wirawan terlihat tetap bisa mempertahankan level permainannya. Sukses Persib Bandung memenangi Indonesia Super League 2014 serta Piala Presiden 2015 tak lepas dari peran sang kiper membuat gawang Maung Bandung sulit dijebol.
Belakangan, performa Made tengah menurun. Langkah Persib tertatih-tatih di perhelatan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Namun, hal tersebut tak lantas membuat Alfred Riedl melewatkan nama Made dari barisan daftar pemain seleksi Timnas Piala AFF 2016. Dengan segudang pengalaman Made diyakini tetap salah satu kiper terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini.
Irfan Bachdim
Tampil memesona di Piala AFF 2010, sosok Irfan Bachdim Bachdim jadi sosok pelanggan Timnas Indonesia. Pemain blasteran Indonesia-Belanda kelahiran Amsterdam, 11 Agustus 1988 tersebut disukai pelatih-pelatih yang menukangi Tim Merah-Putih karena sikap disiplin serta semangat bekerja keras.
Saat pemain-pemain top Tanah Air memilih menolak bergabung Timnas Indonesia di Piala AFF 2012, karena kasus dualisme kompetisi, Irfan tetap mau dengan sukarela bergabung membela negara.
Irfan yang bisa bermain di tiga posisi sebagai gelandang sayap, gelandang serang, serta penyerang ini selalu menunjukkan komitmen mengikuti aktivitas latihan timnas, sekalipun dirinya berkiprah di luar negeri.
Selepas membela Persema Malang, Irfan yang gusar melihat konflik sepak bola nasional, hijrah ke Thailand memperkuat Chonburi FC pada 2013. Ia kemudian digaet klub Jepang, Ventforet Kofu, pada musim 2014. Kini, ia masih merumput di negeri sakura bersama Consadole Sapporo.
Kekecewaan dirasakan Irfan Bachdim pada Piala AFF 2014. Namanya terpental di pengujung seleksi karena cedera. Ia terlihat amat antusias mengetahui Alfred Riedl memasukkan namanya ke daftar skuat Timnas Indonesia seleksi Piala AFF 2016. Semenjak 2010 Irfan tercatat 23 kali membela Indonesia di berbagai ajang internasional dengan koleksi enam gol.
Achmad Jupriyanto
Achmad Jufriyanto, yang mulai meretas karier profesional bersama Persita Tangerang pada 2005 namanya tak pernah terlewatkan di Timnas Indonesia junior level U-17, U-19, hingga U-23.
Ia sempat menempa ilmu di Belanda dan Argentina saat membela Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2006 dan SEA Games 2007. Uniknya walau dinilai berbakat karier Jupe (nama panggilan sang pemain) di level Timnas Indonesia senior terhitung terlambat. Ia baru dilirik pada tahun 2013.
Jacksen F. Tiago, yang menjadi pelatih caretaker Timnas Indonesia, suka dengan gaya bermain Jupe yang bisa bermain di dua posisi sebagai stoper serta gelandang bertahan. Pemain kelahiran Tangerang, 7 Februari 1987 tersebut selalu jadi pilihan utama saat Tim Garuda berlaga di Kualifikasi Piala Asia 2014.
Di era Alfred Riedl, Jupe juga jadi pilihan utama. Setelah mengantar Persib jadi yang terbaik di Indonesia Super League 2014 sang pemain masuk jajaran skuat Indonesia di Piala AFF 2014.
Ia juga dipanggil oleh Aji Santoso, untuk membela Timnas Indonesia U-23 di Asian Games 2014. Jam terbang tinggi Jupe terlihat dari koleksi capnya yang sudah menembus angka 15 pertandingan sejak 2013.
Samsul Arif
Samsul Arif Munip memulai debut di ajang internasional untuk pertama kali saat melawan Iran di ajang Kualifikasi Piala Dunia 2014 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 14 November 2011. Saat itu Indonesia kalah 1-4.
Striker kelahiran Bojonegoro, 14 Januari 1985 tersebut terhitung terlambat mendapat kesempatan membela negara. Di posisi bermainnya bercokol penyerang-penyerang top macam Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, Cristian Gonzales, yang lebih diminati oleh pelatih-pelatih yang menukangi timnas.
Kesempatan Samsul berlaga di level persaingan internasional terbuka setelah mencuatnya kasus dualisme PSSI dan kompetisi. Klub-klub yang berseberangan dengan PSSI menolak melepas pemain-pemain terbaiknya memperkuat Timnas Indonesia. Samsul yang membela Persibo Bojonegoro, klub pendukung PSSI yang tampil di kompetisi Indonesia Primer League (IPL), berkesempatan mengisi kekosongan skuat timnas.
Samsul jadi pilar utama Tim Merah-Putih besutan Nilmaizar yang serba minimalis di ajang Piala AFF 2012. Dengan materi pemain hanya bersumber dari kompetisi IPL, timnas gagal melalui babak penyisihan. Walau begitu Samsul jadi salah satu pemain yang punya rapor bagus di sepanjang turnamen.
Samsul, menunjukkan kalau dia bukan striker kelas semenjana. Hingga saat ini ia telah mengoleksi 12 cap dengan torehan sebuah gol.
Karier Samsul sendiri kian bersinar saat memutuskan bergabung di Arema Cronus pada tahun 2013. Ia bisa bersaing dengan penyerang-penyerang top berbanderol mahal macam Alberto Goncalves, Cristian Gonzales, serta Greg Nwokolo.
Saat ini di Persib Bandung, ia jadi pemain paling produktif di TSC 2014 dengan koleksi 4 gol. Lebih produktif dibanding Sergio van Dijk atau Juan Belencoso yang digadang-gadang jadi mesin gol utama Tim Maung Bandung.