Bola.com, Solo - Mitra Kukar sedang diselimuti tren negatif dengan menghuni papan tengah Torabika Soccer Championship (TSC) presented by IM3 Ooredoo. Posisi yang tidak sesuai ekspektasi itu membuat Subangkit memilih mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih kepala pada awal pekan ini.
Meski performa tim Naga Mekes naik-turun, ada satu pemain yang mulai menunjukkan performa stabil dan ciamik di Mitra Kukar. Pemain itu adalah gelandang sayap muda, Septian David Maulana.
Baca Juga
Pemain jebolan Timnas U-19 era Indra Sjafri itu dinilai tampil konsisten sepanjang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Pemain asal Semarang, Jateng, itu mampu jadi bintang terang di antara bintang Mitra Kukar termasuk para pemain impor seperti Rodrigo Dos Santos, Marlon Da Silva, Alan Leandro, serta Arthur Cuhuna.
Septian sudah mengoleksi tiga gol dan empat assist hingga saat ini. Torehan yang cukup produktif mengingat dia berposisi sebagai sayap. Performa moncer itulah membuatnya dipanggil Alfred Riedl mengikuti seleksi Timnas Indonesia proyeksi Piala AFF 2016.
Lalu apa yang membuat pemain jebolan PPLP Jateng itu tampil baik sejauh ini? Berikut petikan wawancara Bola.com dengan Septian David.
Performa Anda cukup impresif hingga pekan ke-13, apa kuncinya?
Sebagai pemain muda, saya ingin mengeluarkan kemampuan terbaik agar karier sepak bola saya semakin menanjak. Semangat masa muda jadi pedoman saya. Apalagi sekarang mendapat kepercayaan dari pelatih untuk selalu jadi starter, jadi permainan saya lebih berkembang. Kalau jarang main, saya biasanya gugup.
Anda sudah nyaman di posisi sekarang karena awalnya bermain sebagai penyerang murni?
Posisi ini sebenarnya saya dapat saat masih di Timnas U-19 setelah lolos seleksi. Padahal sejak dulu hingga sebelum seleksi saya bermain di penyerang utama. Setelah sering dipasang di sayap lama-lama saya merasa cocok. Apalagi sekarang banyak tim yang menggunakan satu penyerang tentu butuh performa yang lebih kuat lagi.
Persaingan di seleksi Timnas Indonesia
Bagaimana Anda melihat persaingan di Mitra Kukar? Siapa anutan Anda di tim?
Persaingan cukup ketat apalagi banyak pemain muda seangkatan, misal Yogi Rahardian dan Dinan Javier. Lalu di posisi sayap banyak pemain-pemain bagus seperti Anindito Wahyu, Hendra Bayauw, Ronald Semot. Namun, semua berjalan adil karena pemain senior juga selalu memberi semangat untuk pemain muda. Kalau panutan saya lebih ke mas Bayu Pradana karena dia kapten dan saya sering ngobrol bersama.
Tanggapan Anda soal kehadiran kembali Jafri Sastra?
Hadirnya coach Jafri Sastra mudah-mudahan bisa mengulang sukses saat Piala Jenderal Sudirman. Coach Jafri pelatih pintar dan tahu kapan memasukkan pemain pengganti. Beliau juga punya banyak strategi untuk dijalankan di laga kandang maupun tandang.
Bagaimana cara Anda melepas rindu dengan keluarga karena harus berpisah dengan mereka di usia muda?
Saya selalu menelpon keluarga di Semarang setiap saat. Biasanya video call dengan adik. Kalau pas bertanding di Jawa, keluarga sering nonton. Itu jadi tambahan semangat buat saya.
Soal seleksi Timnas Senior, bagaimana Anda melihat persaingan dengan pemain senior? Ada persiapan khusus?
Cukup berat karena banyak pemain hebat di posisi sayap. Kalau persiapan khusus tidak ada, hanya saat liburan menambah jadwal latihan sendiri seperti tendangan bebas dan penyelesaian akhir.
Indonesia masuk grup berat di Piala AFF. Bagaimana pendapat Anda tentang peluang lolos?
Peluang Indonesia tentu sangat besar karena bagaimana juga punya nama besar dan sejarah panjang di Piala AFF. Meski persiapan terlambat, dengan banyaknya pemain berkualitas di Tanah Air tentu akan cepat menyatu dan adaptasi. Insya Allah bisa mengatasi persaingan.
Apa ambisi terdekat dan terbesar Anda dalam karier sepak bola?
Ambisi terbesar ingin membawa Timnas Indonesia senior berprestasi baik di kancah ASEAN maupun Asia bahkan dunia. Terdekat saya ingin lolos seleksi terlebih dulu. Untuk di level klub, saya ingin terus mengembangkan diri karena mumpung masih muda.