Bola.com, Manchester - Efek kedatangan Josep Guardiola belum memberi perubahan signifikan pada performa Manchester City saat di lapangan. Pada laga uji coba terakhir, mereka harus menelan kekalahan dari Arsenal dengan skor 2-3, di Gothenburg, Swedia.
Kekalahan juga hinggap ke kubu The Citizens saat mereka bersua Bayern Munchen dengan skor 0-1 (20/7/2016). Hasil imbang didapat kala bertemu Borussia Dortmund (1-1) di Shenzhen, China (28/7/2016). Satu-satunya kemenangan datang saat membekap klub asal Skotlandia, St Johnstone dengan skor 3-0.
Baca Juga
Kondisi tersebut membuat Josep Guardiola harus bekerja keras untuk memecahkan ragam masalah. Berikut ini 5 kondisi negatif yang wajib diwaspadai Guardiola usai laga pramusim.
Armada Tua
1. Kesanggupan Armada Tua
Keberadaan Josep Guardiola di Etihad Stadium sejalan dengan taktik anyar. Seperti biasa, Guardiola lebih mengutamakan pergerakan pemain dengan aliran bola yang dinamis. Artinya, butuh pemain yang tak hanya memiliki modal intelejensia tinggi, melainkan juga fisik yang bagus.
Di sini kondisi bahaya muncul. Para pemain senior bakal mendapatkan masalah besar. Solusi praktis bisa tercipta jika Guardiola mengalah demi para pemain seperti Yaya Toure, Pablo Zabaleta ataupun Aleksander Kolarov.
Tiga pemain tersebut, beserta beberapa pemain lain yang musim lalu kedodoran dalam hal fisik, akan menjadi masalah tersendiri bagi Guardiola. Mereka harus bekerja sangat keras untuk menyamakan energi dengan level ala Guardiola. Walhasil, sisi egois tak akan pernah mendapat toleransi.
Situasi Mental
2. Perubahan Mental
Guardiola memiliki disiplin tinggi, baik saat latihan maupun kala melihat anak asuhnya berlaga. Tak perlu heran untuk melihat reaksi Guardiola jika armadanya tak bermain sesuai harapan.
Kondisi itu pula yang diyakini bakal menjadi pertanyaan besar di Manchester City. Sepanjang sejarah kesuksesan bersama Barcelona dan Bayern Munchen, kepala Pep Guardiola selalu berisi kebutuhan pemain dengan mentalitas tinggi.
Guardiola terkenal sebagai pelatih yang tak terlalu suka melakukan negosiasi dengan pemain. Baginya, bekerja keras adalah kunci utama, dan itu akan berpengaruh pada mental di lapangan.
Sementara situasi di Manchester City, terutama sejak pramusim, belum menggambarkan apa yang sebenarnya diinginkan Guardiola. Para pemain muda bakal menjadi fokus sang manajer, setidaknya agar bisa melapis para pemain inti.
Raheem Sterling
3. Keraguan Terhadap Sterling
Beberapa media di Inggris memberi sorotan khusus terhadap Raheem Sterling saat Josep Guardiola bersedia menjadi manajer Manchester City. Sang penggawa timnas Inggris tersebut diprediksi bakal kesulitan beradaptasi dengan corak strategi ala sang arsitek baru.
Masalah terbesar bagi Sterling adalah kebiasaannya bermain terlalu melebar. Padahal, Guardiola berharap semakin banyak pemain yang bisa melakukan penetrasi dan bergerak lebih dominan di depan pertahanan musuh.
Bek Tengah
4. Rentan di Posisi Bek Tengah
Kebobolan enam gol dalam 4 partai pramusim bukan hal bagus bagi persiapan Josep Guardiola bersama Manchester City. Satu titik rentan terletak pada area bek tengah. Saat ini, pilihan terbaik ada pada duet Nicolas Otamendi dan Eliaquim Mangala. Sayang, nama terakhir lebih banyak tak konsisten.
Guardiola bisa tersenyum setelah manajemen bisa mendatangkan sosok John Stones, yang dinilai mampu menjadi benteng tangguh. Bagi Guardiola, sebenarnya Man City masih memiliki Aleksander Kolarov dan Tosi Adarabioyo. Namun, nama terakhir terkendala usia yang masih 18 tahun. Sedangkan Kolarov masih dibutuhkan pada posisi full-back kiri.
Situasi tersebut menjadi alasan utama kekhawatiran fans terkait situasi pada area bek tengah. Apalagi Guardiola punya hasrat tinggi untuk berprestasi di Liga Champions musim depan.
Kelemahan Joe Hart
5. Inkonsistensi Joe Hart
Berbekal kondisi bek yang kurang ideal, faktor kiper menjadi sangat krusial. Penjaga gawang utama Manchester City, Joe Hart dianggap tak sesuai dengan sistem kerja Guardiola.
Hart dianggap memiliki banyak kekurangan, terutama dalam mengantisipasi serangan yang mengarah ke tiang dekat. Hal lain, Hart dianggap masih terlalu banyak melakukan kesalahan fatal, meski tak jarang bermain brilian.
Sumber: Berbagai sumber