Awaydays: Suporter Perantau dan Tradisi Tur Tandang Aremania

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 10 Agu 2016, 11:20 WIB
Awaydays: Suporter Perantau dan Tradisi Tur Tandang Aremania. (Bola.com/Rudi Riana-Vitalis Yogi Trisna)

Bola.com, Jakarta - Pertandingan PS TNI kontra Arema Cronus di Stadion Pakansari, Bogor, Minggu (31/7/2016) ditonton oleh 9.000 orang. Sebanyak 70 persen penonton atau sekitar 6.000 orang adalah pendukung Singo Edan, Aremania.    

Lawatan arek Malang dengan jumlah anggota mencapai ribuan merupakan yang kedua sepanjang TSC bergulir, setelah partai tandang melawan Persela Lamongan. Pada laga tandang Arema sebelumnya, jumlah suporter yang mendukung tak mencapai ribuan karena digelar di Tenggarong melawan Mitra Kukar dan PSM di Makassar.   

Aremania dalam tur tandang ke Bogor (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna-Rudi Riana)

Dirigen Aremania, Yuli Sumpil, tak pernah bisa mengontrol jumlah Aremania yang ingin melakukan perjalanan tandang. Apalagi bila lokasi pertandingan mudah dijangkau dan dekat dengan daerah yang menjadi tempat merantau para arek Malang. 

“Saya tak pernah bisa mengontrol berapa jumlah Aremania yang ingin tur tandang. Simpel saja alasannya, karena Aremania ada di mana-mana,” kata Yuli Sumpil.

Sebagai contoh pada tur tandang ke Bogor, koordinator tur sudah mendata jumlah akhir pendaftar tur menjelang keberangkatan. Tapi pada hari H pertandingan, ada saja yang berangkat sendiri dengan naik kendaraan umum atau pribadi.

Advertisement

Belum lagi, daerah Jabodetabek juga menjadi kantung Aremania di luar Malang Raya. Sangat mudah bagi mereka untuk menuju Bogor dan menonton aksi Cristian Gonzales dkk. Dari Jakarta dan sekitarnya, rombongan Aremania menggunakan metromini, minibus, mobil dan sepeda motor. Sementara yang dari Malang dan Jateng naik kereta api, minibus, dan mobil.

Sebagai catatan, di wilayah Jabodetabek, ada ribuan arek Malang yang merantau untuk bekerja maupun sekolah. Markas Aremania Jakarta berada di Bulungan, Jaksel. Sementara tempat ngumpul Aremania wilayah Banten ada di kawasan industri Jatake, Tangerang.

“Aremania Bogor ada sekitar 400 orang. Dari Malang sekitar 800-an, justru yang terbanyak dari Jakarta, Tangerang, Karawang dan ada juga dari wilayah Jawa Tengah,” kata Koordinator Aremania Bogor, Sam Idur (Rudi).

Selaiknya perjalanan tandang, para Aremania harus menyisihkan uang hasil kerja atau tabungan. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang rela menjual barang seperti ponsel atau perhiasan.

Ryuji Utomo saat merayakan gol bersama Aremania pada laga Torabika SC 2016 melawan PS TNI di Stadion Pakansari, Bogor, Minggu (31/7/2016). (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Menurut Yuli, kisah pengorbanan seperti itu sudah biasa terjadi di kalangan suporter. Apalagi, Aremania punya tradisi menjalani tur tandang dengan tertib dengan modal sendiri, termasuk budaya membeli tiket yang sudah mengakar semenjak tahun 1990-an. Bahkan, Yuli pun punya cerita pengorbanan terbesar untuk menjalani tur tandang dengan menjual cincin untuk pacarnya.

"Sampai kapan pun suporter terutama Aremania akan berkorban demi Arema. Jual ponsel, gadaikan laptop, itu sudah jadi hal biasa. Kami menikmatinya sebagai bukti kecintaan kepada Arema," tutur Yuli.

Tak hanya pengorbanan materi. Suporter yang mengikuti perjalanan tandang sudah tahu risiko menghadapi ancaman serangan dari kelompok suporter lain yang kebetulan memiliki hubungan kurang harmonis. Bus dilempar batu sudah biasa terjadi bila melewati jalan yang mempertemukan dengan suporter rival.

2 dari 2 halaman

Filosofi Awaydays

Awaydays: Suporter Perantau dan Tradisi Tur Tandang Aremania. (Bola.com/Rudi Riana-Vitalis Yogi Trisna)

Ada sebuah filosofi dalam perjalanan tandang Aremania. Yuli Sumpil menyebutnya dengan satu kalimat "Yang kenal jadi dekat, yang tak kenal jadi kenal". Ribuan Aremania yang datang dari daerah berbeda memang memanfaatkan awaydays untuk bersilaturahmi. 

Saat pertandingan di Jakarta, Bogor, dan Kalimantan, arek Malang yang merantau akan berkumpul, saling mengenal, dan silaturahmi. "Mungkin juga banyak yang dapat jodoh saat bertemu dengan sesama Aremania. Pokoknya romantis lah dan seru sekali dalam perjalan tandang," ucap Yuli.

Ujian Aremania pada laga tandang di Bogor bertambah saat Arema akhirnya kalah 1-2 dari tim tuan rumah. Kecewa pasti, karena Arema datang melawan PS TNI dengan modal pemain berpengalaman baik asing maupun lokal, sementara PS TNI hanya mengandalkan pemain lokal dan mayoritas berusia muda.

Namun, bukan Aremania kalau mengamuk bila tim kesayangan mereka kalah. Tradisi lain Aremania adalah tetap memberi dukungan kepada tim meski kalah. Bagi mereka, pemain membutuhkan hiburan dan semangat dari suporter saat mengalami kekalahan.

Aremania mengibarkan bendera Merah-Putih di Stadion Pakansari, Bogor. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna-Rudi Riana)

Kesan positif ini sudah banyak diakui. Terbukti Aremania mendapat sanjungan dari Polresta Solo saat Arema kalah dari Sriwijaya FC pada babak semifinal Piala Presiden di Stadion Manahan, Solo. Ribuan Aremania di Solo pulang dengan tertib meski timnya gagal ke final.

Kemudian, Aremania mendapat gelar suporter terbaik pada ajang Piala Jenderal Sudirman. Penyelenggara turnamen itu menangkap satu momen bagus ada setiap laga Arema. Selalu ada kreativitas dan tertib meski Arema kalah.

Hal yang sama terjadi di Bogor. Aremania bernyanyi sepanjang pertandingan tanpa lelah meski akhirnya skuat Milomir Seslija kalah. Aremania juga akrab dengan pendukung PS TNI yang berasal dari berbagai kesatuan TNI. Momen ini memberikan semangat tersendiri kepada pemain Arema karena pada beberapa laga kandang di Malang, jumlah penonton mulai menurun.

"Aremania luar biasa bagi saya. Saya tak pernah absen merekam video mereka ketika menyambut pemain turun dari bus atau masuk bus," kata gelandang Arema, Raphael Maitimo.

"Saya harus memberikan empat jempol buat Aremania. Saya tunggu lagi di partai tandang selanjutnya."