Bola.com, Rio de Janeiro - Sebuah bus yang mengangkut sejumlah jurnalis di Olimpiade Rio 2016 terkena peluru nyasar pada Selasa (9/8/2016) malam waktu Brasil. Peluru tersebut membuat kaca bis pecah. Dua orang dilaporkan cedera, namun tidak ada korban jiwa maupun luka serius dalam insiden itu.
Baca Juga
Bus tersebut baru saja kembali dari venue basket wanita di daerah Deodoro saat insiden terjadi. Juru bicara komite Olimpiade 2016, Philip Wilkinson, belum melakukan konfirmasi terhadap saksi mata. Setelah kejadian, petugas keamanan segera melakukan investigasi.
Surat kabar harian Rio de Janeiro, O Globo, menulis ada penumpang yang mendengar suara tembakan. Namun panitia menyebutkan bahwa suara tersebut berasal dari batu yang dilempar ke arah bus.
Lee Michaelson, warga Curicica berusia 64 tahun, mengaku mendengar suara tembakan. "Dua tembakan dan hal itu berlangsung sangat cepat," kata Michaelson, seperti dikutip oleh HoopFeed.com.
"Sopir bisa hanya menyebutkan jangan cemas, itu hanya batu. Saya yakin tidak sedang berhalusinasi dan memang ada suara tembakan," tambah Michaelson.
Surat kabar Brasil lainnya, Estadao, melaporkan pada saat itu bis sedang melaju dalam kecepatan tinggi. Sehingga batu tidak mungkin bisa mengenai bus tersebut.
Tidak hanya kali ini saja insiden tembakan terjadi di Rio de Janeiro selama Olimpiade. Sebuah peluru sempat ditemukan di ruangan media arena pertandingan berkuda pada Sabtu (6/8/2016). Diduga peluru itu berasal dari senjata api yang ditembakkan ke arah balon udara milik polisi.
Dilansir dari The Guardian, Selasa (9/8/2016), menurut juru bicara panitia Olimpiade Rio 2016, Mario Andrada, kamera keamanan diduga merupakan target dari tembakan tersebut.
“Berdasarkan informasi dari pasukan keamanan, peluru tersebut berasal dari pemukiman yang berada jauh dari sini. Pelaku mengarahkan tembakannya ke balon udara yang membawa kamera. Sumber dari kementerian pertahanan menuturkan hasil temuan mereka mengindikasikan peluru tersebut sampai ke lokasi dengan kecepatan serta tenaga yang rendah,” papar Andrada.
Sumber: USA Today