Ikut Tes Polisi, Pemain BSU Latih Disiplin dan Cukur Habis Rambut

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 10 Agu 2016, 21:42 WIB
Lima pemain Bhayangkara Surabaya United mengikuti pendidikan kepolisian di Pusdik Brimob Watukosek, Mojokerto. (Bola.com/Fahrizal Arnas)

Bola.com, Surabaya - Lima pemain Bhayangkara Surabaya United menjalani pendidikan polisi di Pusdik Brimob Watukosek, Mojokerto sejak 7 Agustus 2016. Mereka adalah M. Hargianto, I Putu Gede Juni Antara, Sahrul Kurniawan, Wahyu Subo Seto, dan M. Fatchu Rochman.

Tak ubahnya calon anggota polisi lainnya, mereka juga wajib menjalani semua prosedur yang ada. Tak ada keistimewaan bagi mereka. Rambut kelimanya haru plontos, mengenakan baju dan sepatu polisi dengan mengenakan perlengkapan komplet selama menjalani aktivitas pendidikan.

"Semuanya rela kami lakukan supaya bisa jadi anggota Polri," kata Putu.

Sebetulnya, pendidikan resmi dibuka pada Rabu (10/8/2016). Latihan berat sebagai calon anggota Polri juga baru dimulai. Beruntung, Putu dan keempat rekannya itu mendapat dispensasi untuk meninggalkan barak.

Advertisement

Sesuai dengan janji Polri, calon anggota polisi yang membela klub diberi dispensasi untuk merapat ke tim masing-masing dua hari sebelum bertanding.

“Saat mengikuti pendidikan semua diperlakukan sama. Keistimewaan kami hanya boleh latihan bersama klub, dan dua hari sebelum main kami diizinkan bergabung dengan klub,” tutur Hargianto, pemain Bhayangkara SU lainnya.

Mereka mengaku kehidupan mereka selama pendidikan sangat berbeda dengan sebelumnya, baik di klub maupun di rumah. Selain harus disiplin dalam berbagai hal, mereka juga harus menaati aturan yang berlaku. “Misalnya saat makan, kami semua makan bersama di ruangan besar dengan duduk di meja ramai-ramai. Jamnya pun ditentukan,” ujar Hargianto menceritakan.

Kesempatan mereka bisa menikmati fasilitas lebih baik hanya saat latihan bersama Bhayangkara SU. Mereka bisa minum selain air putih dan memakan roti yang disediakan oleh klub.

Soal betah atau tidak menjalani pendidikan Polri, mereka mengaku tak masalah. Meski berat karena semua serba teratur, mereka yakin semua ada hikmahnya. “Kami syukuri saja. Bersakit-sakit dahulu, nanti pasti akan indah pada waktunya,” kata Subo.