Bola.com, Jakarta - Menjelang Piala AFF 2016 pelatih Timnas Indonesia, Alfred Riedl, dipusingkan dengan pemilihan penyerang murni yang bakal jadi amunisinya dalam menghadapi persaingan di turnamen sepak bola paling elite di ASEAN itu. Tidak banyak pemain di posisi penyerang yang memikat nakhoda asal Austria itu.
Hal itu bisa dipahami karena ketersediaan stok striker murni yang ada saat ini di pentas sepak bola nasional. Bisa dibilang opsi sang pelatih di lini depan Tim Merah-Putih tidak banyak. Bandingkan misalnya dengan pemain di posisi sayap atau bek, bahkan kiper sekalipun yang cenderung melimpah jumlahnya.
Keterbatasan penyerang murni yang tajam bisa terlihat dalam Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo. Daftar pencetak gol terbanyak dalam turnamen jangka panjang ini didominasi pemain asing. Hanya Ferdinand Sinaga (PSM) dengan koleksi tujuh gol serta Irsyad Maulana (Semen Padang), dan Rudi Widodo (Bhayangkara Surabaya United) yang menyeruak dalam daftar dengan koleksi masing-masing lima gol hingga pekan ke-15.
Baca Juga
Jumlah itu jauh tertinggal dengan top scorer sementara, Luis Junior (Barito Putera) yang mengemas 12 gol atau striker Semen Padang, Marcel Sacramento, yang punya torehan 11 gol. Terlebih dari tiga pemain lokal yang masuk deretan pengoleksi gol terbanyak itu, tidak semuanya berposisi striker murni. Semisal Irsyad dan Ferdinand, yang bermain melebar ke sisi sayap.
Para penyerang lokal maupun naturalisasi yang dalam beberapa tahun belakangan jadi sorotan seperti Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, Cristian Gonzales, Greg Nwokolo, hingga Sergio van Dijk hingga saat ini justru melempem. Dari nama-nama itu, hanya Boaz yang mendapat panggilan mengikuti seleksi Timnas Indonesia.
Kondisi ini cukup membuat miris karena Indonesia pernah memiliki sederet penyerang tajam dari masa ke masa, tak terkecuali saat Tim Garuda turun di Piala AFF. Secara khusus, sejak Piala AFF (sebelum 2008 bernama Piala Tiger) digulirkan pertama kali 20 tahun lalu (1996), Indonesia kerap menempatkan strikernya di deretan pengoleksi gol terbanyak turnamen itu kendati sejauh ini Indonesia belum pernah sekali pun menjuarai Piala AFF.
Siapa saja bomber tajam Indonesia yang pernah mengukirkan namanya sebagai pencetak gol terbanyak di Piala AFF? Berikut daftarnya.
Gendut Doni (2002)
Pada Piala AFF 2000 yang berlangsung pada 5-18 November 20 di Thailand, Gendut Doni Christiawan keluar sebagai top scorer dengan koleksi lima gol. Gendut Doni tidak sendirian berstatus sebagai top scorer karena ia berbagi penghargaan Golden Boot bersama striker tuan rumah, Worrawoot Srimaka.
Lima gol koleksi Gendut Doni itu dicetak dalam tiga pertandingan. Rinciannya tiga gol dicetak pada penyisihan Grup A saat Indonesia ditundukkan Thailand 1-4 (satu gol) dan dua gol dilesakkan pemain kelahiran Salatiga, Jateng, itu saat Indonesia menggulung Myanmar 5-0. Kemudian dua gol lagi tercipta di semifinal saat Indonesia berhadapan dengan Vietnam.
Gol kedua Gendut Doni di laga kontra Vietnam ini jadi salah satu yang paling berkesan sepanjang keikutsertaan Indonesia di ajang Piala AFF. Sebelum mencetak gol di menit ke-120 yang menyudahi perlawanan Vietnam sekaligus mengantar Tim Merah-Putih ke final, eks pemain PSIS dan Pelita Jaya itu membobol gawang Vietnam menit ke-32.
Semifinal ini cukup mendebarkan karena terjadi kejar-mengejar gol hingga babak perpanjangan. Gendut Doni muncul sebagai pahlawan dengan golnya di menit ke-120 itu. Indonesia pun melangkah ke final bertemu Thailand.
Di final, pasukan Indonesia yang kala itu dilatih Nandar Iskandar kalah dengan skor mencolok, 1-4. Pada Piala AFF edisi ketiga ini Nandar Iskandar memainkan pakem 3-5-2 dengan menempatkan Gendut Doni di lini depan bersama Kurniawan Dwi Yulianto.
Bambang Pamungkas (2002)
Dua tahun berselang dari Piala AFF 2000, Indonesia kembali menempatkan pemainnya sebagai pencetak gol terbanyak. Pada Piala AFF 2002, penghargaan sepatu emas jatuh pada Bambang Pamungkas. Bermain di depan publik sendiri di Jakarta, Bambang Pamungkas tampil menggila dengan menorehkan delapan gol.
Di fase penyisihan Grup A, Bepe, sapaan akrabnya, mengukir tidak hanya hat-trick namun juga quattrick. Pemain kelahiran Getas, Semarang, itu mencetak trigol kala Indonesia menghempaskan Kamboja 4-2. Selepas itu ia menambah satu gol saat Tim Garuda bermain 2-2 kontra Vietnam. Empat gol dalam satu pertandingan dibukukan predator bernomor punggung 20 itu, saat Indonesia menggilas Filipina 13-1.
Laga kontra Filipina ini juga jadi salah satu momen terbaik Tim Merah-Putih tidak hanya di ajang Piala AFF namun juga sepanjang kiprah Indonesia di pentas internasional. 13 gol yang diceploskan jadi salah satu skor terbesar yang pernah diukir Indonesia dalam sebuah pertandingan. Apalagi jika melihat perkembangan Filipina saat ini, skor 13-1 itu mungkin akan sulit terulang lagi.
Kontribusi Bepe lewat golnya di Piala AFF 2002 tidak berhenti di situ. Di semifinal, gol tunggal striker Persija ini memupus harapan Malaysia melaju ke final. Timnas yang ketika itu dilatih Ivan Kolev akhirnya berhadapan dengan Thailand di laga puncak. Namun lagi-lagi, Indonesia harus mengakui keunggulan lawan lewat adu penalti setelah di waktu normal kedua tim bermain 2-2.
Di depan puluhan ribu fans Merah-Putih yang memadati Stadion Utama Gelora Bung Karno, Bambang Pamungkas jadi salah satu eksekutor penalti yang sukses menjalankan tugasnya. Namun, keberuntungan tidak berpihak pada Indonesia karena Thailand akhirnya memenangi penalti dengan skor 4-2 dan mempertahankan gelar juara.
Sebagai catatan, lini depan Indonesia di Piala AFF edisi keempat ini termasuk jadi salah satu yang tersubur. Duet Bepe di lini depan, Zaenal Arif, tak kalah tajam dengan menceploskan enam gol.
Ilham Jaya Kesuma (Piala AFF 2004)
Indonesia berhasil mempertahankan gelar Golden Boot tiga kali beruntun. Setelah Gendut Doni (Piala AFF 2000) dan Bambang Pamungkas (Piala AFF 2002), pada Piala AFF 2004 yang digelar di Vietnam (Grup A) dan Malaysia (Grup B), 7 Desember 2004-16 Januari 2005, Indonesia punya Ilham Jaya Kesuma.
Ilham jadi salah satu pemain muka baru pilihan pelatih Peter Withe. Duetnya bersama Boaz Solossa di Timnas Indonesia, yang juga muka baru, termasuk duet paling disegani lawan. Ilham mengemas tujuh gol sementara Boaz empat gol. Kurniawan Dwi Yulianto ikut menyumbang lima gol.
Tujuh gol Ilham tercipta di fase penyisihan Grup A melawan Laos (2 gol, skor akhir 6-0), Vietnam (satu gol, skor akhir 3-0), dan Kamboja (tiga gol, skor akhir 8-0). Di semifinal melawan Malaysia, Ilham kembali menyumbang gol, tepatnya satu gol saat Tim Garuda menjalani leg kedua kontra Malaysia di Stadion Bukit Jalil.
Pertandingan itu berakhir dengan kemenangan Indonesia 4-1 dan untuk ketiga kali secara beruntun, Tim Merah-Putih melaju ke final dengan agregat gol 5-3. Bomber berdarah Palembang itu absen mencetak gol di final melawan Singapura yang berjalan dengan sistem kandang-tandang. Di partai puncak, Indonesia kalah dengan agregat 2-5, namun Ilham tetap menyabet predikat pencetak gol terbanyak.
Budi Sudarsono (2008)
Setelah absen menempatkan pemainnya sebagai penerima penghargaan sepatu emas pada Piala AFF 2007, Indonesia pada Piala AFF edisi selanjutnya (Piala AFF 2008) kembali merebut gelar itu melalui Budi Sudarsono.
Penyerang yang terkenal dengan julukan Si Piton itu membukukan empat gol untuk jadi Top Scorer Piala AFF 2008 yang berlangsung di Indonesia (Grup A) dan Thailand (Grup B), 5-28 Desember 2008.
Keran Gol Budi dimulai saat Indonesia menang 3-0 atas Myanmar di penyisihan Grup A. Pundi-pundi gol pemain kelahiran Kediri, 19 September 1979 langsung melonjak berkat hat-trick yang dicetaknya ketika Tim Garuda mengalahkan Kamboja 4-0. Namun, tiga gol itu jadi yang terakhir diceploskan Budi di Piala AFF 2008 meski tim asuhan pelatih Benny Dollo ini masih bermain di semifinal.
Meski begitu, torehan itu tetap jadi yang terbanyak pada Piala AFF edisi ketujuh. Hanya eks pemain Persik Kediri dan Persija Jakarta itu tidak sendirian merebut gelar Golden Boot. Penyerang Singapura, Agu Casmir, serta Teerasil Dangda (Thailand).
Vietnam akhirnya merebut gelar juara Piala AFF 2008 setelah di partai puncak mengalahkan Thailand dengan agregat gol 3-2. Sementara langkah Indonesia dihentikan Thailand di semifinal dengan agregat gol 1-3.
Di Piala AFF 2008 ini, Budi Sudarsono kembali berduet dengan Bambang Pamungkas. Duet ini pernah disegani lawan saat turun di Piala AFF 2002. Tampil dengan skema 4-4-2, duet Budi-Bepe total mengemas enam gol karena Bepe mencetak dua gol sepanjang Piala AFF 2008.