Bola.com, Jakarta - Ada banyak aspek yang harus dilihat saat menentukan siapakah pemain yang paling berkualitas dalam sebuah turnamen atau kompetisi. Untuk posisi bertahan, misalnya, terdapat minimal 5-6 aspek yang dapat memengaruhi penilaian. Keunggulan terhadap satu aspek belum dapat dianggap sebagai nilai pasti kualitas pemain.
Hingga gameweek 14 Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Oreedoo, ada beberapa bek yang penampilannya menonjol di antara yang lain. Secara khusus, performa apik itu bisa jadi hasil kerja samanya dengan rekan di lini belakang.
Baca Juga
Nah, kali ini Labbola mencoba melihat empat duet pemain belakang terbaik sampai dengan pekan ke-14 TSC 2016. Siapa saja mereka? Berikut analisisnya:
Fachruddin Wahyudi-Mauricio Leal (Sriwijaya FC)
Keduanya berperan dalam keberhasilan Sriwijaya FC berada di peringkat ke-3 klasemen dengan catatan hanya kebobolan 9 kali. Angka ini merupakan yang terbaik kedua saat ini. Mereka jarang melakukan kesalahan saat memotong umpan lawan dengan memilih langsung melakukan sapuan. Itulah alasan mengapa angka intersep mereka tidak begitu tinggi.
Postur tubuh keduanya yang tergolong tinggi memungkinkan mereka dapat membuang bola hasil umpan silang lawan dengan mudah. Sementara apabila berduel dengan lawan, keduanya tidak segan untuk bermain keras dengan menghentikan lawan dengan sebuah pelanggaran. Pilihan cara ini dapat dimengerti mengingat Fahcruddin Wahyudi Aryanto dan Mauricio Leal akan kesulitan apabila harus beradu lari dengan striker lawan.
Semen Padang
Handi Hamdan–Cassio de Jessus (Semen Padang)
Kemampuan bek-bek tengah Semen Padang sebenarnya sudah terlihat sebelum TSC 2016 dimulai. Palang pintu Semen Padang cenderung agresif saat memotong umpan pemain lawan. Rataan tekel sukses mereka berbanding lurus dengan jumlah pelanggaran yang mereka lakukan. Ini mengindikasikan tingginya jumlah tekel yang mereka upayakan dalam satu pertandingan.
Banyaknya tekel memang cukup berisiko bagi seorang bek tengah. Namun, faktanya kemampuan tersebut masih cukup efektif untuk dilakukan di kompetisi ini. Yang membuat mereka spesial adalah kemampuan mereka dalam menahan tembakan maupun umpan silang lawan. Tidak heran jika gawang Semen Padang termasuk dalam 3 besar tim yang paling sedikit menerima tembakan tepat sasaran dan kebobolan oleh lawan.
Persipura
Ricardo Salampessy-Bio Paulin (Persipura)
Persipura terkenal akan permainan menyerang mereka lewat bek sayap yang aktif bergerak ke depan. Namun, tetap saja tim lawan seolah kesulitan menembus pertahanan Tim Mutiara Hitam, terutama apabila dihadapkan pada dua pemain ini.
Perubahan permainan Persipura di era Jafri Sastra yang lebih seimbang semakin menunjukkan kualitas keduanya. Tidak terlalu banyak melepaskan tekel dan memilih menunggu saat yang tepat. Ini merupakan salah satu ciri bek berpengalaman yang dapat dengan cermat mengambil keputusan dalam setiap situasi.
Tingginya angka akurasi tekel mereka sedikit banyak terbantu oleh Ricardo Salampessy yang pernah bermain sebagai bek sayap. Bagaimanapun, seorang bek sayap dituntut memiliki tekel akurat untuk menghentikan pemain sayap lawan.
Arema Cronus
Hamka Hamzah-Goran Ganchev (Arema)
Jumlah tekel yang minim tidak menjamin bahwa bek tersebut adalah bek yang buruk. Selalu ada kemungkinan pemain tersebut memilih pendekatan lain. Membayangi lawan dan memojokkannya adalah salah satunya. Fenomena tersebut semakin terlihat pada duet ini.
Dibandingkan ketiga duet lain di atas, keduanya seolah tidak menonjol dari segi statistik perorangan. Tetapi, lihat statistik tim selama mereka bermain. Arema Cronus kebobolan paling sedikit dan paling jarang menerima tembakan pemain lawan. Dalam statistik individu pun, secara keseluruhan, terlihat bahwa statistik mereka sebenarnya selevel dengan tiga duet lainnya. Hanya minim di rataan tekel dan sapuan.
Tetapi, apa gunanya tekel kalau lawan bisa dipaksa melakukan kesalahan sendiri. Juga, bagaimana mungkin angka sapuan mereka akan tinggi, mengingat lawan-lawan Arema sejauh ini kesulitan untuk sekedar melepaskan umpan ke kotak penalti Arema?