Didesak Mundur oleh Suporter Persegres GU, Ini Respons Liestiadi

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 18 Agu 2016, 06:30 WIB
Liestiadi, mengungkap sejumlah penyebab prestasi Persegres Gresik United terus melorot di TSC 2016. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Gresik - Akhir-akhir ini desakan Liestiadi lengser mulai bermunculan dari Ultras Mania. Ini menyusul prestasi Persegres Gresik United di ajang Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo yang terus melorot. Capaian ini di bawah ekspektasi Ultras yangberharap tim berjulukan Laskar Joko Samudro itu minimal bertengger di papan tengah klasemen.

Menanggapi tuntutan tersebut, Liestiadi tak mau berkomentar banyak. “Saya no comment. Saya sudah bekerja keras untuk tim ini, begitu juga pemain. Bukan kapasitas saya menjawab tuntutan mereka,” ujar Liestiadi pada Bola.com pada Rabu (17/8/2016).

Beberapa Ultras boleh saja tak puas, namun mereka seharusnya juga menilik awal tim ini terbentuk hingga beberapa persoalan yang dialami tim ini selama Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo berjalan.

Advertisement

Seperti diketahui, tim ini dibangun dengan dana yang sangat minim dibanding tim-tim peserta TSC 2016 lainnya. Dengan dana yang relatif sedikit, Liestiadi tidak bisa membeli pemain kategori bintang. Bahkan sang CEO Persegres GU, Bagoes Cahyo Yuwono saat itu menyatakan, bahwa manajemen hanya mampu membeli pemain non-bintang tapi mau bekerja keras alias ngotot.

Ia juga menyebutkan, dengan modal seminim itu, manajemen sadar diri dan tidak bisa membebani sang pelatih dengan target tinggi. Apalagi, di akhir TSC 2016 ini tidak ada tim yang degradasi. “Yang penting Persegres Gresik United bukan juru kunci,” ujar Bagoes kala itu.

Liestiadi sendiri pernah berujar, harga empat pemain inti Persegres Gresik United setara dengan satu pemain cadangan Sriwijaya FC. Dengan asumsi harga Airlangga Sucipto yang sebesar Rp 500 juta, berarti pemain inti Persegres berada di kisaran Rp 100 juta sampai Rp 125 juta.

Belum lagi di awal musim, hingga saat ini badai cedera silih berganti menerpa pemain inti, salah satunya Sasa Sezevic. Usai memenangi laga kontra Persela 1-0, pemain asal Serbia itu harus absen selama Sembilan pekan. Selama Sasa absen, beberapa pemain juga bergantian tumbang.

Kala Sasa baru kembali, giliran Patrick da Silva dibelit cedera. Menyusul Ghozali Siregar dan Eduardo da Conceicao Maceil. Bahkan nama terakhir itu harus pulang kampung karena cedera yang menderanya cukup parah.

Liestiadi sendiri bukan pelatih kacangan yang berilmu dangkal. Pengalaman sang arsitek tak sebatas bersama klub saja. Tercatat, ia pernah menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-22 mendampingi Widodo C Putro dan Tim Merah-Putih di Kualifikasi Piala Dunia 2014 mendampingi Wim Rijsbergen dan Aji Santoso.

Kendati begitu, Liestiadi tak mau membela diri. Ia menyerahkan semua keputusan kepada manajemen. Sebab Liestiadi merasa tak perlu menjelaskan kondisi timnya sehingga capaian timnya hingga saat ini belum membaik. Ia juga merasa tak perlu menunjukkan perjalanan kariernya. “Biar orang tahu sendiri bagaimana kondisi tim ini, dan siapa saya,” sebut Liestiadi.