Bola.com, Jakarta - Keberhasilan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menang pada laga final di Olimpiade Rio 2016, Rabu (17/8/2016), membuat Indonesia kembali menyabet medali emas. Hingga saat ini, ada tujuh medali emas yang didapat oleh Indonesia sepanjang keikutsertaan di Olimpiade.
Baca Juga
Semua medali emas tersebut berasal dari cabang bulutangkis. Hal tersebut membuktikan pebulutangkis Indonesia memiliki kualitas hebat untuk bersaing di level dunia.
Kualitas para atlet bulutangkis itu tak lepas dari peran pelatih yang memoles mereka dalam latihan. Tercatat ada tujuh pelatih bulutangkis yang sukses membawa anak didiknya meraih medali emas buat Indonesia di Olimpiade. Siapa saja mereka? Ini dia:
Tong Sin Fu
1. Tong Sin Fu
Om Tong, begitu dia biasa disapa oleh anak didiknya. Tong Sin Fu adalah pelatih Alan Budikusuma, peraih medali nomor tunggal putra di Olimpiade Barcelona 1992.
Tong adalah pelatih asal China yang lahir di Lampung. Ia punya nama Indonesia Fuad Nurhadi. Saat muda, ia pindah ke China dan baru kembali ke Indonesia di sekitar tahun 1980-an untuk melatih para pebulutangkis nasional Indonesia.
Tangan dingin Tong menghasilkan jagoan bulutangkis di nomor tunggal putra yang merajai pentas dunia pada era tahun 80-an akhir hingga pertengahan 90-an. Selain Alan yang menjadi juara Olimpiade 1992, Indonesia masih punya Joko Supriyanto, Ardy Wiranata, Hermawan Susanto, hingga Haryanto Arbi. Mereka bergantian menang di turnamen papan atas dan membuat Indonesia disegani oleh lawan-lawan.
Ironisnya, setelah lama bermukim di Indonesia dan berjasa menghasilkan sejumlah pebulutangkis hebat, Tong akhirnya kembali ke China dengan membawa rasa kecewa. Ia patah arang karena permohonannya untuk menjadi WNI tak kunjung terkabul.
Sekembalinya ke China, Tong tetap melatih. Lin Dan yang menjadi salah satu pebulutangkis tunggal putra hebat adalah salah satu anak didik dari Tong. Tangan dingin dari Tong Sin Fu membuatnya amat disegani hingga kini, di China maupun Indonesia.
Liang Chiu Sia
2. Liang Chiu Sia
Liang Chiu Sia adalah pelatih dari Susy Susanti, peraih medali emas nomor tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992. Chiu Sia lahir di Cirebon pada 9 September 1950 dan hidup di Indonesia hingga SMP.
Ia kemudian menikah dengan pria asal Hongkong dan akhirnya menjadi warga negara Hongkong. Liang adalah kakak kandung dari pebulutangkis ganda putra legendaris Indonesia, Tjun Tjun. Berpasangan dengan Johan Wahyudi, Tjun Tjun pernah menjuarai turnamen All England sebanyak enam kali pada tahun 70-an. Pada pertengahan tahun 80-an Liang diminta PBSI untuk menangani sektor tunggal putri.
Hasilnya, Indonesia sempat memiliki pebulutangkis tangguh di sektor tunggal putri. Susy Susanti, Sarwendah Kusumawardhani, dan Elizabeth Latief adalah contoh tunggal putri yang menjadi anak didik Liang.
Beberapa tahun yang lalu Liang sempat kembali ke Pelatnas Cipayung untuk menangani nomor tunggal putri Indonesia yang tak lagi bisa berjaya setelah era Susy berakhir. Namun kiprah Liang tak lama karena PBSI memutuskan untuk tak memperpanjang kontraknya.
Christian Hadinata
3. Christian Hadinata
Christian Hadinata adalah legenda hidup bulutangkis Indonesia. Ia menjadi pemain tangguh di sektor ganda. Pada masa jayanya, tahun 70-an, Christian sukses bermain di nomor ganda putra dan ganda campuran.
Tak hanya sukses saat bermain, ketika pensiun dan menjadi pelatih, Christian menghasilkan pemain yang juga tangguh. Pemain yang dihasilkan oleh Christian sesuai dengan spesialisasinya, yaitu ganda putra.
Peraih medali emas ganda putra di Olimpiade Atlanta 1996, Ricky Subagdja/Rexy Mainaky, adalah salah satu anak didik Christian yang sukses. Ganda tangguh Eddy Hartono/Rudy Gunawan juga menjadi salah satu contoh hasil polesan pria yang akrab disapa dengan panggilan Koh Chris itu.
Hingga tahun 2000-an, Koh Chris masih aktif menemani para pebulutangkis untuk berlatih di pelatnas Cipayung. Baginya, mencari keringat dengan menjadi sparring partner pemain pelatnas, yang usianya lebih pantas untuk menjadi cucu, adalah obat awet muda. Kini Koh Chris lebih banyak aktif di klub PB Djarum sebagai pemandu bakat yang mencari bibit pemain.
Herry Iman Pierngadi
4. Herry Iman Pierngadi
Herry IP berkiprah sebagai pelatih ganda putra di pelatnas Cipayung pada tahun 1990-an hingga 2008. Ia mengantar pasangan Candra Wijaya/Tony Gunawan meraih medali emas di Olimpiade Sydney 2000.
Selain Candra/Tony, Herry IP juga membidani ganda kelas dunia milik Indonesia seperti Candra Wijaya/Sigit Budiarto dan Flandy Limpele/Eng Hian.
Pelatih yang punya hobi memelihara burung ini yang memoles Hendra Setiawan dan M. Ahsan. Sejak ditangani Herry IP, Hendra/Ahsan meraih berbagai gelar juara bergengsi seperti Kejuaraan Dunia dan All England. Sayang, di ajang Olimpiade Rio 2016 Hendra/Ahsan gagal total dan tak lolos dari babak penyisihan.
Mulyo Handoyo
5. Mulyo Handoyo
Peraih medali emas nomor tunggal putra di Olimpiade Athena 2004, Taufik Hidayat, punya karakter yang unik. Meski punya segudang prestasi, ia juga kerap melakukan tindakan ataupun mengeluarkan komentar yang kontroversial.
Mulyo Handoyo adalah salah satu orang yang bisa bekerja sama dengan Taufik. Dengan sentuhan cara melatih yang tepat, Mulyo bisa membuat Taufik mengeluarkan seluruh kemampuannya di lapangan saat berlaga.
Saat Mulyo tak dipilih menjadi pelatih di pelatnas PBSI, Taufik sempat ngambek. Ia mengancam bakal pindah ke Singapura untuk mengikuti Mulyo. PSBI kemudian melunak dan menuruti permintaan Taufik. Duet Mulyo dan Taufik akhirnya mempersembahkan medali emas buat Indonesia di Athena 2004.
Sigit Pamungkas
6. Sigit Pamungkas
Sigit Pamungkas adalah pelatih yang mengantar ganda putra Markis Kido/Hendra Setiawan menjadi juara Olimpiade Beijing 2008. Sigit sudah menangani Kido/Hendra sejak di level klub Jaya Raya.
Meski tak terlalu sukses ketika menjadi pemain, Sigit membuktikan diri bisa menghasilkan pemain hebat macam Kido dan Hendra. Bersama Sigit sebagai pelatih, Kido/Hendra juga pernah menjadi Juara Dunia 2007 dan meraih emas Asian Games 2010.
Richard Mainaky
7. Richard Mainaky
Richard Mainaky dikenal sebagai pelatih spesialis ganda campuran. Medali perak yang diraih Trikus Harjanto/Minarti Timur di Olimpiade Sydney 2000 dan Nova Widianto/Liliyana Natsir di Olimpiade Beijing 2008 menjadi bukti tangan dingin Richard sebagai pelatih ganda campuran.
Pria asal Ternate itu punya intuisi jitu saat memadukan pemain. Salah satu contoh keberhasilannya adalah saat memadukan Liliyana, yang ditinggal pensiun Nova, dengan Tontowi Ahmad. Hasilnya, duet Tontowi/Liliyana meraih sejumlah gelar bergengsi seperti Juara Dunia dan All England.
Puncak pencapaian Richard sebagai pelatih adalah saat ia mendampingi Tontowi/Liliyana meraih medali emas Olimpiade Rio 2016. Prestasi itu terasa sempurna karena di dua kesempatan sebelumnya pada laga final Olimpiade 2000 dan 2008, anak asuhnya hanya kebagian medali perak.