Bola.com, Rio de Janiero - Pengalaman pahit dirasakan kontingen Nigeria di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Kesulitan dana membuat mayoritas atlet terpaksa menggunakan seragam lama.
Hal itu terlihat dari beberapa cabang yang diikuti para atlet Nigeria. Dari atletik misal, Olu Olamigoke, harus mengenakan baju yang dipakainya saat Kejuaraan Dunia, Maret lalu.
Seperti yang dilansir BBC, beberapa seragam atlet Nigeria baru tiba di Brasil pada hari ke-13 Olimpiade. Kebanyakan, atlet-atlet dari negara Afrika tersebut sudah menyelesaikan pertandingan masing-masing.
Baca Juga
"Kami kecewa sekaligus malu. Kami harus menggunakan seragam lama saat Kejuaraan Dunia," sebut salah satu atlet yang dirahasiakan namanya kepada BBC.
Usut punya usut, Pemerintah Nigeria ternyata begitu ketat mengeluarkan anggaran dana. Dalam berita yang dimuat Vanguard, Pemerintah Nigeria menggelontorkan 1,7 juta dolar AS untuk keikutsertaan para atlet di Olimpiade 2016. Namun, dana tersebut cair secara bertahap.
"Uang untuk Olimpiade 2016 sangat diperketat Menteri Olahraga Nigeria. Mereka mengeluarkan secara berkala," kata salah satu ofisial Nigeria.
Pada ajang kali ini, Nigeria mengirimkan 75 atlet. Namun, negara terpadat di Benua Afrika itu belum menghasilkan satu pun medali.
Peluang terbesar Nigeria mendapatkan medali datang dari tim sepak bola putra. Meski takluk dari Jerman pada semifinal, Nigeria masih akan berjuang meraih medali perunggu saat berhadapan dengan Honduras.
Tim sepak bola putra Nigeria juga memiliki pengalaman pilu dalam keikutsertaan di Olimpiade 2016. Mereka baru tiba di Brasil, hanya beberapa jam sebelum pertandingan pertama melawan Jepang.
Krisis yang dialami Nigeria membuat beberapa orang bersedia mengulurkan bantuan. Bahkan, dokter bedah plastik asal Jepang, Katsuya Takasu, menjanjikan bakal memberikan setiap pemain Nigeria sebesar 10.000 dolar AS jika mampu meraih medali perunggu pada cabang sepak bola.
"Nigeria telah banyak berkorban untuk sampai di Brasil. Orang-orang dengan semangat luar biasa itu harus mendapat motivasi besar untuk melakukan hal-hal di luar akal sehat mereka," tutur Takasu.
Sumber: BBC