Bola.com, Jakarta - Kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Oreedoo telah berjalan 16 pekan. 358 gol tercipta dimana 58% diantaranya dicetak oleh pemain yang berposisi sebagai striker atau minimal seorang winger. Siapakah duet ujung tombak tertajam di sepak bola tanah air saat ini?
Baca Juga
Apakah sang top scorer sementara, Luis Carlos Junior dengan lesakan 12 gol buat Barito Putera termasuk di dalamnya? Berikut analisisnya:
Hilton Moreira dan Beto Goncalves (Sriwijaya FC)
Dua pemain ini sudah ‘punya nama’ di sepak bola Indonesia sebagai penyerang yang tajam dan acap kali menjadi pilihan Utama di masing-masing tim. Di Sriwijaya FC, Hilton digeser sedikit ke sayap kiri dalam formasi 4-2-3-1. Sejauh ini, hasilnya cukup brilian.
Hilton berhasil mencetak tujuh gol dan mencatatkan satu assist. Apabila ditambah dengan perolehan gol milik Beto sebagai ujung tombak terdepan, total gol pasangan ini berjumlah 15 gol, yang berarti 60 persen dari seluruh gol Laskar Wong Kito.
Kombinasi jumlah gol keduanya termasuk yang terbaik saat ini. 2,1 peluang per pertandingan lahir dari kaki dua pemain ini. Sriwijaya FC sangat beruntung memiliki duo Samba ini. Di dalam kotak penalti, Laskar Wong Kito punya Beto yang punya catatan 20 persen konversi gol.
Sedangkan di luar kotak penalti, ada Hilton Moreira yang merupakan satu-satunya striker yang berhasil mencetak tiga gol jarak jauh hingga pekan ke-16.
Thiago Furtuoso dan Rudi Widodo (Bhayangkara Surabaya United)
Terdapat satu striker lain selain Beto Goncalves yang paling sering melewati lawan yang mencoba berduel dengannya. Striker tersebut adalah Thiago Furtuoso Dos Santos, yang sudah 17 kali sukses melewati lawan dari 30 percobaan.
Salah satu contohnya adalah ketika aksi dribelnya membelah pertahanan Persija sebelum menciptakan assist bagi rekan duetnya, Rudi Widodo.Tidak banyak tim yang dianugerahi pemain tinggi besar yang memiliki kemampuan dribel luar biasa seperti Thiago.
Baik Thiago maupun Rudi sama-sama memiliki catatan konversi gol yang cukup baik (15 persen). Catatan konversi gol Rudi ini bahkan merupakan salah satu yang terbaik diantara seluruh pemain lokal, utamanya yang berposisi sebagai penyerang. Tidak heran jika Bhayangkara Surabaya United berada di empat besar tim yang paling banyak mencetak gol saat ini.
Marcel Sacramento dan Nur Iskandar (Semen Padang)
Satu lagi pemain Brasil yang masuk dalam daftar ini adalah ujung tombak Semen Padang, Marcel Silva Sacramento, yang saat ini sudah mengoleksi 11 gol. Yang membuat pemain bernomor punggung 8 ini spesial adalah gol-golnya yang sering menjadi gol pembuka.
Sebanyak 45 persen gol miliknya merupakan gol pembuka alias tercipta saat skor kedua tim masih 0-0. Catatan kehebatannya masih bertambah lagi dengan kemampuan konversi golnya yang mencapai 38 persen, yang merupakan angka tertinggi di TSC 2016.
Lantas bagaimana dengan Nur Iskandar?
Ia memang hanya mencetak dua gol sejauh ini. Namun, pasangan ini tampak serasi satu sama lain, terutama dalam hal kerja sama mencetak gol. Nur Iskandar telah mencatatkan lima assist sampai dengan pekan ke-16, yang 60 persen di antaranya diberikan kepada Marcel Sacramento Silva. Sementara itu, satu gol Nur Iskandar sendiri juga tercipta berkat umpan matang dari Marcel kepadanya.
Herman Dzumafo dan Dendi Sulistyawan (Persela Lamongan)
Dapat dikatakan, duet ini adalah duet kejutan di daftar ini, terutama jika melihat posisi Persela Lamongan di klasemen saat ini yang terpuruk di jajaran papan bawah.
Namun, jika melihat jumlah gol yang diciptakan Laskar Joko Tingkir dan siapa saja pencetak gol mereka, kedua pemain ini punya ciri yang sama dengan duet striker lainnya.
Sama-sama berkontribusi besar dalam perolehan gol tim dan fasih bermain sebagai penyerang, terutama dalam penggunaan pola dua striker.
Sebanyak 47 persen gol Persela berasal dari keduanya. Hal ini terbantu oleh kemampuan konversi gol milik Dendi yang mencapai 15 persen, sama dengan catatan milik duo striker Surabaya United.Dengan dukungan dari Dzumafo yang berada di jajaran lima besar terbanyak untuk urusan shot on target maupun jumlah tembakan keseluruhan, dua pemain ini menjadi tumpuan utama liniseranga Persela.
Keduanya juga bekerja sama dengan cukup baik. Terbukti, tiga dari tujuh gol yang mereka ciptakan berasal dari assist satu sama lain. Menjelang paruh kedua musim, Herman Dzumafo diputus kontrak oleh manajemen Persela. Pelatih kepala Sutan Harharah punya pekerjaan rumah besar untuk mencari pengganti yang sepadan. (Octavery Krisnandana)