Bola.com, Madrid - Saat dua raksasa tradisional La Liga melalui perjalanan mulus, Atletico Madrid justru tersendat. Real Madrid dan Barcelona menuai dua kemenangan pada awal musim 2016-2017. Sedangkan Los Rojiblancos kehilangan empat poin berharga.
Penampilan Atletico Madrid menjadi atensi tersendiri bagi publik Spanyol. Bukan karena performa hebat, melainkan aksi melempem pada dua partai pertama La Liga musim ini. Mereka kehilangan empat angka setelah menuai dua hasil imbang.
Pada laga pembuka musim, Atletico Madrid hanya menuai satu poin kala menjamu Alaves di Stadion Vicente Calderon. Kecerobohan lini pertahanan membuat kemenangan yang sudah ada di depan mata, lenyap.
Atletico Madrid sempat unggul pada menit ke-93 melalui penalti Kevin Gameiro. Sayang, dua menit berselang, alias tepat waktu habis, Alaves membalas melalui Manu Garcia. Lalu jornada 2, tim promosi Leganes berhasil menahan imbang tanpa gol.
Dua hasil imbang tersebut membuat Atletico Madrid mencatat sejarah terburuk pada era kepelatihan Diego Simeone. Berikut 5 hal yang dianggap menjadi penyebab penurunan performa rival sekota Real Madrid tersebut.
Lini Depan Melempem
1. Lini Depan Melempem
Penampilan Atletico Madrid pada dua laga awal sangat berbeda dengan performa mereka sepanjang musim lalu. Bersua lini pertahanan Alaves dan Leganes, armada Diego Simeone seperti kehilangan akal.
Padahal, statistik mengungkapkan, Los Colchoneros melakukan 37 tembakan. Sayang, jumlah tersebut tak sepadan dengan hanya satu gol yang tercipta, itu pun berasal dari tendangan penalti!.
Kedatangan pemain sekaliber Kevin Gameiro ternyata tak mempertajam lini depan. Begitu juga dengan pesona Antoine Griezmann, yang tampil hebat di Piala Eropa 2016, namun tak bergigi pada dua laga terakhir.
Tak hanya Griezmann, beberapa pemain juga tak sebagus musim lalu. Augusto Fernandez kurang kokoh. Gabi, Koke dan Saul NIguez, kurang variatif. Kevin Gameiro dan Fernando Torres juga gagal sebagai pendobrak deadlock.
Oblak Tak Maksimal
2. Oblak Tak Maksimal
Sepanjang musim lalu, Jan Oblak tampil kokoh di bawah mistar gawang Atletico Madrid. Ia tak hanya cekatan, tapi juga mampu menjadi koordinator lini belakang. Sayang, komunikasi pada 2 laga terakhir tak berjalan lancar.
Walhasil, tak jarang bola-bola berbahaya dari Alaves dan Leganes, datang tanpa bisa terantisipasi dengan baik. Performa Oblak seperti tak menggambarkan kalau dirinya adalah penerima trofi Zamora musim lalu, lambang penjaga gawang terbaik.
Jelek pada 45 Menit Pertama
3. Jelek pada 45 Menit Pertama
Musim lalu, catatan statistik menunjukkan Atletico Madrid mampu menguasai pertandingan dalam 90 menit. Dominasi mereka hanya kalah dari Barcelona dan Real Madrid.
Semua itu mendadak menghilang pada dua partai awal. Alaves dan Leganes bisa leluasa menguasai pertandingan, dan membuat pergerakan para pemain Atletico Madrid, menjadi terbatas. Kondisi itu terjadi terutama pada babak pertama.
Reaksi usai rehat juga tergolong tak maksimal. Pada sisi ini, lawan tergolong sudah mapan. Hal itu ditambah dengan level akurasi tembakan yang tak maksimal. Statistik mengungkapkan, dari total 21 tembakan pada dua partai, hanya 6 yang tepat sasaran.
Gaitan Belum Maksimal
4. Gaitan Belum Maksimal
Fans Atletico Madrid memiliki asa tinggi kala Nicolas Gaitan datang. Banderol 25 juta euro atau sekitar Rp 325 miliar, memberi harapan permainan anak asuh Diego Simeone semakin variatif dan agresif.
Sayang, situasi tersebut justru tak terjadi. Gaitan gagal memanfaatkan waktu bermain yang diberikan. Corak permainan Gaitan belum maksimal dan cenderung kikuk kala satu lapangan dengan Gabi, Saul Niguez, Koke dan Tiago Mendes.
Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone percaya, momentum Gaitan belum datang. Eks Benfica ini hanya butuh menit bermain lebih banyak agar bisa tampil ke kondisi terbaik. "Saya yakin dalam 3-4 pertandingan ke depan Gaitan akan mempertontonkan fungsinya di lapangan. Ia akan membuat kami semakin menggigit," tegasnya.
Sumber: Marca.com
Baca Juga