Bola.com, Jakarta - Keberhasilan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menyabet emas di ajang Olimpiade Rio 2016 membawa aura positif bagi para junior mereka di Pelatnas Cipayung. Semuanya terpacu mengikuti jejak ganda campuran peringkat ketiga dunia tersebut.
Pada Olimpiade Rio 2016, Indonesia diwakili dua ganda campuran, yaitu Tontowi/Liliyana dan Praveen Jordan/Debby Susanto. Namun, Liliyana dan Debby disebut-sebut bakal segera gantung raket. Lalu bagaimana pergeseran kekuatan ganda campuran Indonesia usai Olimpiade? Siapa yang bakal diprioritaskan?
Baca Juga
Di luar dua pasangan olimpian Tontowi/Liliyana dan Praveen/Debby, ada sembilan pasangan yang berstatus anggota tim nasional ganda campuran. Mereka adalah Ronald Alexander/Melati Daeva Octavianti, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika, Riky Widianto/Gloria Emanuelle Widjaja, Hafiz Faisal/Shela Devi Aulia, Edi Subaktiar/Richi Puspita Dili, serta Rafiddias Akhdan Nugroho/Masita Mahmudin.
Pada lapisan pemain muda ada pasangan Yanthoni Edy Saputra/Marsheilla Gischa Islami, Rinov Rivaldy/Vania Arianti Sukoco, serta Andika Ramadiansyah/Angelica Wiratama.
“Mengenai siapa yang layak menjadi penerus Owi/Butet, saya sudah punya pandangan. Namun saya memberikan kesempatan enam pasangan ini berkompetisi untuk menjadi pasangan ganda campuran selanjutnya yang bakal diproyeksikan,” kata pelatih kepala ganda campuran pelatnas, Richard Mainaky, seperti dilansir situs PBSI, Selasa (30/8/2016).
Dua pemain utama dikabarkan bakal gantung raket. Liliyana yang merasa usianya sudah tak lagi muda. Dia sudah menyatakan Rio 2016 adalah olimpiade terakhir untuknya. Sedangkan Debby berencana melepas status lajang di pengujung tahun ini.
“Debby memang akan menikah setelah Olimpiade Rio, hingga saat ini saya masih mencari sosok yang paling pas buat pasangan Praveen. Pemain seperti Praveen itu butuh pasangan yang pintar memancing. Pasangan Praveen akan diambil dari keenam pemain putri yang sekarang ada di tim ganda campuran,” beber Richard.
“Soal Butet yang ingin gantung raket, ini biar menjadi bagian saya. Saya dan Kedeng (Nova Widianto- Asisten Pelatih Ganda Campuran), tahu bagaimana meng-handle Butet supaya jangan pensiun dulu,” sambungnya.
Jika melihat perkembangan para pelapis Tontowi/Liliyana, pasangan Ronald/Melati punya peluang besar. Pasangan juara Taiwan Terbuka Grand Prix 2015 ini menjadi sparring Tontowi/Liliyana selama menjalani karantina di Kudus (Jawa Tengah) dan Sao Paulo (Brasil). Pasangan Alfian/Annisa pun sering disebut untuk menjadi penerus Tontowi/Liliyana. Apalagi pasangan ini membuat kejutan dengan menjadi salah satu dari delapan ganda campuran papan atas di Indonesia Terbuka Super Series Premier 2016. Meskipun baru dipasangkan, Riky/Gloria juga layak diperhitungkan.
Akankah terjadi perubahan kombinasi pasangan di sektor ini? Mungkinkah Tontowi dan Liliyana dipisahkan demi mengangkat pemain-pemain muda?
“Owi/Butet masih terikat kontrak hingga akhir tahun ini. Selanjutnya? Sebagai penyegaran, kami akan manfaatkan keahlian Owi/Butet untuk membimbing pemain-pemain muda. Komposisi pasangannya belum bisa saya sebutkan, saya masih melihat dulu kompetisi keenam pasangan ini, yang mana yang layak untuk terpilih,” jelas Richard.
Richard juga menambahkan kinerjanya sebagai pelatih tak lepas dari dukungan jajaran pengurus PBSI. “Prestasi ini adalah buah dari sistem pembinaan tepat yang didukung pengurus PBSI. Hasilnya, kita berhasil meraih milestone di individu seperti Asian Games, All England, Kejuaraan Dunia dan puncaknya di Olimpiade Rio. Mungkin di beregu masih belum, itu karena kekuatan tiap sektor belum merata,” kata Richard Mainaky.