Mundari Karya Hadapi Situasi Sulit di Barito Putera

oleh Gatot Susetyo diperbarui 01 Sep 2016, 09:00 WIB
Wawancara Mundari Karya (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Banjarmasin - Mundari Karya mengaku tugasnya sebagai pelatih Barito Putera di pentas Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo 2016 sangat berat dan butuh kesabaran. Pasalnya, program regenerasi pemain muda yang dicanangkan manajemen terus mendapat kritikan pedas dari suporter baik saat Adam Alis Setyano dkk. tampil di Stadion 17 Mei Banjarmasin, maupun sindiran lewat media sosial.

Dari kacamata Mundari Karya, kritikan suporter hal lumrah terjadi di klub-klub sepak bola yang menginginkan tim idolanya selalu tampil gemilang di setiap laga yang dilakoni. Namun, kasus di Barito Putera dianggap sudah di luar batas kewajaran. Pasalnya, tim Laskar Antasari butuh proses untuk membangun tim tangguh yang di kemudian hari bisa bersaing dengan tim-tim papan atas di Indonesia. Berikut petikan wawancara Bola.com dengan Mundari Karya.

Putaran pertama Barito Putera finis di urutan ke-15 klasemen TSC. Bagaimana menurut Anda?

Jujur saja. Posisi klasemen bukan tujuan utama kami. Peringkat berapa pun, kami tetap mensyukuri. Meskipun secara profesional dan pribadi, pencapaian ini belum memuaskan. Misi utama kami bagaimana tim muda ini dapat pengalaman berharga di pentas tertinggi kompetisi Indonesia.

Advertisement

Posisi ini pasti tak memuaskan para suporter karena mereka menuntut tim idolanya berada di papan atas. Bagaimana menurut Anda?

Jika suporter berharap seperti itu, saya anggap wajar. Tapi mereka seharusnya juga realistis dan objektif melihat tim ini. Karena persiapan Barito Putera di TSC jauh dari ideal. Secara teknis, dengan persiapan minim tak mungkin bisa berada di papan atas. Selain itu, dengan mayoritas pemain muda, tim ini butuh kematangan permainan secara individu dan tim.

Ada cerita suporter mulai protes dengan prestasi saat ini. Tanggapan Anda seperti apa?

Protes mereka saya anggap mulai berlebihan. Seolah apapun yang saya lakukan terhadap tim ini selalu salah atau kurang di mata mereka. Padahal, seharusnya mereka menyadari tim ini dibangun bukan untuk tampil di TSC 2016 saja.

Seharusnya mereka paham dan mendukung kebijakan manajemen yang ingin membangun tim tangguh dengan meregenerasi di jajaran pemain. Program manajemen saya nilai bagus karena tim ini untuk mencapai prestasi emas dua atau tiga tahun mendatang.

Seharusnya suporter bersikap seperti Jakmania yang mendukung kebijakan manajemen dengan pemberdayaan pemain muda. Toh, Jakmania tetap setia dengan Persija. Padahal posisi Barito lebih baik dibanding Persija di klasemen TSC 2016.

 
2 dari 2 halaman

Tuntutan Mundur?

Apakah ada tuntutan dari suporter agar Anda mundur sebagai pelatih Barito Putera?

Kalau tuntutan secara terbuka belum ada. Tapi mereka melakukan dengan sindiran saat kami bertanding. Bagi saya pribadi, saya hanya menjalankan amanah atau wasiat dari almarhum bapak Sulaiman HB. Keluarga besar bapak Hasnuryadi Sulaiman juga memenuhi wasiat untuk membangun tim ini dari bawah.

Bagi saya, jika keberadaan saya tak bermanfaat bagi tim ini, saya siap bertanggung jawab. Sebenarnya peran saya sekarang hanya membangun fondasi bagi tim Barito yang kukuh. Selanjutnya, semua terserah kepada manajemen. Apakah saya masih dipertahankan atau tidak.

Bagaimana sebenarnya kebijakan manajemen?

Mereka tetap mendukung saya. Manajemen juga berhitung soal biaya membentuk tim jangka panjang. Jika mereka mau, manajemen bisa saja membeli pemain berbanderol mahal hanya sekadar mengejar gelar instan. Tapi menurut mereka itu tak realistis. 

Karena manajemen ingin kesinambungan masa depan Barito untuk jangka panjang. Barito Putera ini didanai dari bisnis keluarga. Jadi manajemen tak mau klub ini hanya berkibar sebentar, lalu mati lagi seperti yang dialami Barito beberapa tahun lalu.

Apakah Anda siap dengan risiko dihujat, ketika pertama kali diberi mandat membangun tim muda?

Saya sudah perhitungkan risiko itu. Makanya saya sudah siap risiko apapun terhadap semua cercaan itu. Di keluarga besar almarhum Sulaiman HB, saya sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Jadi tanggung jawab moral itu yang saya harus jalankan. Meskipun saya harus menanggung risiko secara pribadi dihujat atau dicaci maki.

Sejauh mana program peremajaan pemain ini hingga putaran pertama TSC?

Soal materi pemain muda sudah bagus. Tapi di sini, saya lebih menekankan pada karakter permainan khas Barito Putera yang agresif. Buktinya, produktifitas kami termasuk empat besar di antara 18 kontestan TSC.

Karakter tim itu sangat penting. Saya ingin punya pemain yang memiliki militansi. Mereka bergabung dengan Barito Putera bukan sekadar mencari nafkah. Tapi mereka harus punya rasa memiliki tim ini dengan hati, bukan materi. Militansi ini yang sekarang mulai luntur di klub-klub Indonesia. Saya lihat itu mulai dijalankan di PSM Makasar. Mereka berani memunculkan pemain muda. Ini sebenarnya yang juga dilakukan di Barito Putera saat ini.