Beny Wahyudi, Kisah Anak Gawang Arema Mengejar Mimpi di Timnas

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 01 Sep 2016, 10:00 WIB
Lebih Dekat Beny Wahyudi, bek sayap Arema Cronus. (Bola.com/ Foto: Vitalis Yogi Trisna-Grafis Adreanus Titus).

Bola.com, Malang - Tak perlu menjadi pemain bintang untuk disebut sebagai legenda di Arema. Bagi Aremania, jiwa singo yang loyal dalam diri seorang pemain lebih mahal harganya. Semua itu ada dalam diri Beny Wahyudi, bek kanan Arema Cronus yang pada musim ini tampil konsisten.

Sebagai arek Malang, Beny mencintai Arema bukan karena profesinya sebagai pemain. Laiknya anak-anak muda Kota Apel, nama Arema telah tertanam di benaknya semenjak kecil.

Delapan belas tahun yang lalu, Beny adalah anak gawang yang bertugas memungut bola dalam pertandingan Arema di Stadion Gajayana pada akhir era 1990-an. Pada waktu itu, Beny merupakan pesepak bola belia yang dibina SSB Arema.

Beny lahir dari keluarga petani dari Turen, Kabupaten Malang, 20 Maret 30 tahun yang lalu. Selain bersekolah, masa kecilnya dihabiskan untuk bermain sepak bola. Kebetulan, rumahnya juga dekat dengan Stadion Talok, hanya butuh lima menit menuju stadion itu.

Advertisement

Perjalanan Beny beranjak menuju SSB Arema. Sekolah sepak bola yang berdiri pada 11 Agustus 1996 itu terletak di jantung Kota Malang. Tak banyak pemain Arema musim ini yang benar-benar berasal dan dididik dari Malang. Dari SSB Arema, kakak angkatan Beny yang kini masih aktif di klub adalah bek anyar Persiba Balikpapan, Hermawan.

"Saya kira banyak ya pemain sepak bola yang berawal dari anak gawang. Bagi saya, jadi anak gawang saat Arema bertanding sangat membanggakan. Saya bisa lebih dekat melihat pemain kebanggaan Arema seperti Pak Kuncoro, Pak Joko (Joko Susilo). Kadang hal kecil bisa memotivasi saya dan ingin terus bermain sepak bola supaya bisa seperti mereka," ucap Beny saat berbincang dengan Bola.com di Bogor, sebelum Arema menjalani laga tandang melawan PS TNI.

Beny juga memperkuat Arema U-18 dan U-19. Tim tersebut kini berada dalam naungan Akademi Singo Edan. Itu sebabnya Beny menjadi ikon pembinaan sepak bola yang dilakukan oleh Arema, bersama AhmadAlfarizi dan Sunarto yang merupakan jebolan Akademi Arema.

Puncak karier Beny pada ajang PON 2008 di Kalimantan Timur. Tahun sebelumnya, Beny memperkuat Jatim pada Pekan Olahraga Mahasiswa (Pomnas) Beny terpilih dalam skuat PON Jatim, bersama Juan Revi, Rendi Irwan, Munhar, dan yang lain. Jatim sebagai tim yang punya tradisi bagus di cabang sepak bola kembali meraih medali emas, setelah mengalahkan Papua 1-0.

Bek sayap Arema Cronus, Johan Alfarizi dan Benny Wahyudi (kanan), saat berada di Hotel Lor In Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/7/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Beny memperlebar sayap lewat ajang POM ASEAN 2008 di Kuala Lumpur, Malaysia. Skuat Indonesia saat itu di antaranya Beny Wahyudi, Feri Ariawan, Juan Revi, Hendro Siswanto, Jaya Teguh Angga. Kontingen Indonesia menempati peringkat empat dan tim sepak bola menyumbangkan medali perunggu.

"Saya merasakan puncak karier saat memperkuat PON Jatim tahun 2008. Itu prestasi terbesar saya setelah meraih medali emas dan setelah itu saya pun dikontrak Arema. Bagi saya itu bukan sebuah hal yang mudah mengingat Arema adalah tim besar di ISL dan selalu memiliki pemain bintang," kata Beny.

Bergabung dengan Arema, bukan berarti karier Beny mulus begitu saja. Dia harus membuktikan kepada Arema bahwa dia layak. Beny pun melewati dua klub lebih dahulu sebelum menjadi bagian tim Singo Edan. Tahun 2005, Beny memperkuat Persekabpas Pasuruan dan musim berikutnya di Persekam Metro FC Malang dan Persewangi Banyuwangi.

"Tidak mungkin bisa langsung masuk Arema kalau belum dilihat prestasinya. Saya bersyukur masuk PON lalu mendapat perhatian dari Arema," tegasnya.

2 dari 3 halaman

Buah Kesabaran

Lebih Dekat Beny Wahyudi, bek sayap Arema Cronus. (Bola.com/ Foto: Vitalis Yogi Trisna-Grafis Adreanus Titus).

Butuh kesabaran untuk mendapatkan kursi di sebuah tim yang dihuni banyak pemain top. Beny Wahyudi adalah salah satu pemain yang sukses melewatinya dengan penuh kesabaran. Awal bergabung Arema, Beny ditangani pelatih Bambang Nurdiansyah dan Gusnul Yakin. 

Pada musim 2009-2010, karier Beny di Arema semakin bagus dan merasakan gelar juara. Di bawah asuhan Robert Alberts, Beny tampil 29 kali dan hanya dua kali dia masuk sebagai pemain cadangan.

Musim ini bisa dibilang sebagai masa jaya Beny di Tim Singo Edan karena mendapat kesempatan main lebih banyak dibanding musim 2010-2011, 2013, dan 2014. 

Pada musim 2013, Beny mengalami fase sulit, yaitu jarang diturunkan lalu diincar klub lain. Beny jarang diturunkan setelah mengalami cedera saat melawan Persebaya pada ISL 2013. Lalu posisi bek kanan Arema paten dimainkan Hasim Kipuw dan Alfarizi. Sementara itu di posisi bek kiri, Arema mengandalkan pemain asing Thierry Gathuessi. 

Beny Wahyudi bersama Cristian Gonzales. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Beny diminati Persija Jakarta pada waktu itu. Selain Beny, dua pemain yang diincar adalah I Gede Sukadana dan Keith Kayamba Gumbs. Akan tetapi, Beny tetap memilih bertahan di Arema. Dia tak mau mengambil risiko lain dan memilih berjuang mendapatkan tempat utama.

Pada ISL 2013, almarhum Suharno memang hanya menurunkan Beny dalam 16 laga dan dia hanya tampil 90 menit dalam tiga pertandingan.

"Ya, memang sudah sulit meninggalkan Arema sebab Arema memiliki arti lebih dalam hidup saya. Arema mengubah kehidupan saya dan keluarga," tegas Beny.

Musim berikutnya, Beny juga masih berkutat dengan persaingan. Tampil dalam 22 laga, Beny menghiasi bangku cadangan 11 kali dan tak pernah tampil selama 90 menit. 

Fase sulit selanjutnya yang dihadapi Beny adalah ketika kompetisi vakum akibat kisruh PSSI dengan Kemenpora. Seperti kebanyakan pesepakbola, Beny menganggur beberapa saat sebelum ada turnamen karena dia hanya memiliki penghasilan dari sepak bola. Beruntung, istrinya, Erma Apriliana memiliki pekerjaan tetap sebagai bidan.

Beny termasuk pemain yang enggan mengikuti tarkam yang pada waktu itu marak diikuti pemain bintang untuk menyambung hidup. Beny bersabar dengan tetap berlatih sambil menunggu klub aktif. 

Akhirnya mulai pertengahan 2015, Arema kembali aktif dengan mengikuti turnamen. Memang, bayaran yang didapat tidak penuh seperti saat kompetisi berjalan. Namun, turnamen demi turnamen menghidupkan kembali semangat Beny untuk tetap bertahan sebagai pesepakbola profesional.

Pada musim ini lewat ajang Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo, Beny menemukan performa terbaiknya di Arema. Penampilan konsisten membuatnya kembali merasakan persaingan di Timnas Indonesia.

3 dari 3 halaman

Kembali ke Timnas Indonesia

Lebih Dekat Beny Wahyudi, bek sayap Arema Cronus. (Bola.com/ Foto: Vitalis Yogi Trisna-Grafis Adreanus Titus).

Penampilan konsisten Beny Wahyudi selama ajang Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo membawanya kembali ke Timnas Indonesia. Beny dipanggil bersama 21 pemain lain untuk mengikuti uji coba melawan Malaysia, 6 September di Stadion Manahan, Solo.

Tim pelatih Timnas Indonesia mengatakan, Beny masuk dalam daftar karena penampilannya yang konsisten selama TSC. Beny memang selalu menjadi pilihan utama Milomir Seslija setelah Hasim Kipuw hijrah ke Bali United.

 

 

"Beny salah satu bek yang tampil konsisten selama TSC. Itu sebabnya kami membutuhkan dia untuk mengisi posisi itu dalam laga uji coba. Tapi, persaingan tetap ada karena skuat timnas belum final. Kami harap semua pemain bisa memberikan kontribusi maksimal," kata asisten pelatih Timnas Indonesia, Wolfgang Pikal.

Beny tampil dalam 15 pertandingan. Dia hanya absen dua pertandingan saat mengalami cedera. Posisinya digantikan bek muda Arema, Syaiful Indra Cahya. Selama 15 penampilan, Beny menciptakan satu assist kepada untuk cantik Cristian Gonzales saat Arema menghadapi Sriwijaya FC, 14 Agustus lalu.

Sepak terjang Beny di Skuat Garuda dimulai pada 2010. Dia termasuk 25 pemain pilihan Alfred Riedl pada Piala AFF 2010. Namun, dalam ajang itu, Beny harus bersaing dengan Zulkifli Syukur menjadi pilihan utama Alfred.

Beny lalu kembali ke Timnas Indonesia pada 2013, saat Indonesia ditangani Jacksen F. Tiago sebagai pelatih caretaker pada Kualifikasi Piala Asia 2015. "Saya agak kaget ketika tahu masuk daftar timnas karena sudah cukup lama," cetusnya.

Pemain Arema Cronus, Beny Wahyudi (kanan), dilanggar oleh pemain Persiba Balikpapan dalam laga Torabika Soccer Championship 2016 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (1/5/2016). (Bola.com/Iwan Setiawan)

Memang, posisi di tim nasional bukanlah permanen. Beny bisa saja digeser oleh pemain lain sesuai dengan kebutuhan tim pelatih. Namun, dipanggilnya Beny ke skuat Garuda memberikan semangat bahwa kerja keras dalam bentuk apa pun akan menghasilkan.

Namun, perjuangan belum usai karena pertarungan yang akan dihadapi Beny adalah fase ketika usianya semakin menua, sementara pemain baru mulai bermunculan. "Kalau bagi saya hidup di sepak bola itu simpel. Latihan, main, fokus. Saya pun bukan orang yang ngoyo tapi tetap berusaha keras dalam pekerjaan," tegas pemain yang suka bergurau ini.

Dalam skuat Timnas Indonesia melawan Malaysia, Beny bukan satu-satunya pemain berusia 30 tahun dipanggil Alfred Riedl. Ada kakak Andritany Ardhiyasa, Indra Kahfi dan Dedi Gusmawan. Bedanya, Beny buka pertama kali dipanggil, tapi sudah pernah mencicipi manis dan pahit menjadi skuat Indonesia di Piala AFF 2010.

Berita Terkait