4 Cerita Menarik di Balik Sosok Jenson Button

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 04 Sep 2016, 16:30 WIB
Pebalap Inggris, Jenson Button, memutuskan cuti sementara dari balapan di F1. (EPA/SRDJAN SUKI)

Bola.com, London - Jenson Button merupakan salah satu superstar di ajang Formula 1 (F1) dalam satu dekade terakhir. Bersama Fernando Alonso, Lewis Hamilton, dan Sebastian Vettel, dia bakal diingat sebagai bagian generasi emas talenta F1.

Advertisement

Seusai kualifikasi F1 GP Italia, Sabtu (3/9/2016), Button mengumumkan bakal cuti balapan untuk musim depan. Namun, dia menyatakan belum berniat pensiun. Pernyataan ini dikuatkan oleh Bos McLaren, Ron Dennis. Button diberi peran baru sebagai  bagian tim kreatif pengembangan mobil dan tim McLaren.   

Button diberi opsi bisa kembali membalap pada 2018. Namun, ada juga kemungkinan dia tak akan membalap lagi di lintasan F1. Yang jelas, absennya Button pada musim depan bakal menjadi sebuah kehilangan bagi para pencinta F1. Kehadiran pria Inggris tersebut telah menjadi cerita tersendiri di lintasan.  

Inilah 4 cerita menarik di balik sosok Jenson Button dan F1:  

2 dari 5 halaman

1

Jenson Button merayakan kemenangan pada GP Kanada 2011. (BBC.co.uk)

Kemenangan Klasik di Kanada 

Salah satu kemenangan Jenson Button yang paling diingat adalah di GP Kanada 2011. Balapan berlangsung dramatis dan penuh insiden. GP Kanada 2011 bahkan dianggap sebagai salah satu yang paling menegangkan dalam sejarah F1.  

Drama di Sirkuit Gilles Villeneuve tersebut dimulai ketika mobil Button bersenggolan dengan rekan setimnya, Lewis Hamilton, yang kemudian menabrak dinding pembatas sirkuit dan tak bisa melanjutkan balapan. 

Setelah itu, balapan diinterupsi hujan dan harus dihentikan selama dua jam. Button juga dijatuhi penalti karena melanggar batas kecepatan saat balapan di bawah safety car. Button juga harus menjalani lima kali pit stop. Setelah itu dia harus berduel dengan Michael Schumacher dan Vettel. 

Setelah balapan kembali dilanjutkan, pria Inggris itu harus start dari posisi ke-21. Hebatnya, Button berhasil merangsek ke depan dengan menyalip para rivalnya. Puncak dari drama tersebut adalah saat Button berhasil menyalip pemimpin lomba, Sebastian Vettel. Kemenangan itu sangat dramatis karena dia menyalip Vettel di lap terakhir! 

3 dari 5 halaman

2

Jenson Button dan sang ayah, John. (Telegraph.co.uk)

Jalan Panjang Menuju Arena F1

Balap selalu mengalir dalam darah Button, tapi jalan yang harus dilaluinya untuk menjadi juara dunia F1 pada 2009 sangat panjang dan kadang penuh tantangan. 

Kedua orang tua Button bercerai saat dirinya masih muda. Setelah itu, dia tinggal bersama ibunya. Sang ayah John, yang merupakan seorang pereli sukses pada era 1970, membelikan Button gokart saat sang anak berusia 8 tahun. Dasarnya memang berbakat, Button tak butuh waktu lama untuk bersinar di level junior.  

Ayah dan anak itu dikenal sangat dekat. Sang ayah selalu mendampingi Button sepanjang kariernya dan menjadi figur populer di paddock F1. Saat John meninggal pada 2014, Button patah hati dan mengakui balapan pertamanya tanpa sang ayah merupakan masa yang sulit. 

Sebelum berusia 20 tahun, Button telah dua kali menjalani tes F1, yaitu untuk tim Prost dan Williams. Williams sangat terkesan dengan kemampuan Button dan memberikannya jatah satu kursi pada 2000. Button  tampil impresif pada tahun pertama itu, namun kursinya diambil alih oleh pebalap Kolumbia, Juan Pablo Montoya pada 2001. Benetton pun bergerak cepat menggaet Button.   

Button kesulitan pada musim pertamanya di Benneton dan sang bos, Flavio Briatore, tak terkesan. Sang bos bahkan menjulukinya playboy.  

Namun, setelah bergabung dengan tim BAR pada 2003, Button mulai dikenal sebagai sosok yang pantas diwaspadai. Dia membalap dengan sangat baik pada 2004, sehingga menjadi pebalap yang mengantongi poin paling tinggi di belakang tim Ferrari yang sangat dominan. Akhirnya, dia memenangi Grand Prix pertama pada 2006 setelah BAR dibeli oleh Honda. 

4 dari 5 halaman

3

Jenson Button juara dunia bersama Brawn GP pada 2009. (Telegraph.co.uk)

Juara Dunia Berkat Keberuntungan? 

Button hampir tak punya kesempatan untuk membuktikan kegemilangannya di arena F1. Ketika Honda hengkang dari F1 pada 2008, karier Button terancam. 

Beruntung, bos tim Ross Brawn berkorban untuk menyelamatkan tim sekaligus pebalap Honda. Tim tersebut direkontruksi dan diberi nama Brawn GP, seperti nama sang bos. Ross Brawn juga membujuk Mercedes untuk memberikan mesin kepadanya dan mendapat keuntungan berkat double diffuser. Brawn GP pun memulai musim 2009 sebagai kekuatan yang dominan.  

Button mendapat kritikan dan disebut sedikit beruntung karena mendapatkan mobil terbaik pada paruh pertama musim. Dia hampir membuat gelar yang sudah di depan mata melayang pada paruh kedua musim, ketika kekalahan mulai menghampiri dan mengalami banyak akhir pekan yang buruk. 

Namun, tak ada "keberuntungan" dalam enam kemenangan dalam tujuh balapannya di awal musim. Rekan setimnya, Ruben Barrichello, merupakan pebalap yang sangat bagus, dan pria Brasil tersebut tak mampu menekan Button dalam periode awal musim tersebut. 

Momen paling krusial terjadi pada balapan terakhir di GP Brasil. Tekanan sangat besar dirasakan Button setelah hanya berada di posisi ke-14. Button pun balik ke hotel dengan wajah tegang. Namun, keesokan harinya dia mampu tampil gemilang, berhasil finis di posisi kelima, dan menyegel titel juara dunia F1 dengan penuh gaya.

5 dari 5 halaman

4

Jenson Button (kiri) dan Lewis Hamilton saat jadi rekan setim di Mclaren. (Mirror.co.uk)

Pada Performa Terbaiknya, Button Brilian 

Kemampuan Button sangat kompleks dan tak ada seorang pun yang punya kelemahan. Tapi, pada performa terbaiknya, yaitu saat kondisinya tepat, dia merupakan pebalap yang bagus.  

Banyak orang yang meremehkan kemampuan pria Inggris tersebut, bahkan setelah dia meraih gelar juara dunia dan 15 kemenangan. 

Tetapi, siapapun pebalap yang menghabiskan tiga musim sebagai rekan setim Hamilton dan mampu membukukan rekor seperti Button, jelas itu sangat spesial. Persaingan terpanas keduanya terjadi pada musim 2011. 

Pada periode tersebut, Button mengungguli Hamilton dalam delapan seri, sedangkan 10 seri sisanya sang rekan setim yang unggul. Catatan rata-rata waktu Button pada kualifikasi hanya kalah 0,2 detik dari Hamilton. Button benar-benar sangat merepotkan sang kompatriot pada periode itu.  

Rekornya saat berpartner dengan Alonso juga tak terlalu jauh. Dalam beberapa kesempatan, dia sukses mengalahkan salah satu pebalap terbaik dalam sejarah F1 tersebut. 

Sumber: BBC