Bola.com, Solo - Gelandang jangkar Timnas Indonesia, Dedi Kusnandar, sudah melanglang buana memperkuat sejumlah klub besar Indonesia. Namun, sebagai pemain kelahiran Jawa Barat, kecintaan terhadap Persib Bandung begitu besar.
Dedi Kusnandar saat ini terdaftar sebagai pemain klub Malaysia Premier League, Sabah FA, yang bermarkas di Kinabalu. Namun, dalam beberapa waktu terakhir namanya santer dikait-kaitkan dengan kemungkinan kembali ke Indonesia dan bergabung bersama Persib Bandung. Ya, Tim Pangeran Biru memang telah menyatakan ingin membawa pulang Dedi.
Baca Juga
Dedi mengaku sempat berkomunikasi dengan manajemen Persib dan belum ingin bicara lebih lanjut lantaran masih ingin fokus bersama Sabah FA menyelesaikan kiprah di Malaysia Premier League 2016 yang akan berakhir pada 21 Oktober 2016.
Namun, pemain kelahiran Sumedang, 23 Juli 1991 itu tampaknya memang tak bisa menyembunyikan begitu besar kecintaannya kepada Persib.
"Semua pemain asal Jawa Barat pasti ingin menjadi pemain Persib Bandung. Mimpi itu sudah ada ketika mulai usia kanak-kanak memulai karier sebagai pesepak bola junior," ujar Dedi Kusnandar kepada Bola.com di sela-sela keikutsertaannya dalam pemusatan latihan Timnas Indonesia di Solo.
Menurut pemain yang saat kecil dipanggil Dado itu mayoritas pemain yang lahir di Jawa Barat memang bermimpi bermain bersama Tim Pangeran Biru, tak terkecuali dirinya yang merupakan pemain kelahiran Sumedang.
Namun, Dedi juga mengakui bahwa ada tantangan yang tidak mudah bagi pemain lokal asal tanah sangkuriang untuk bisa membela klub tersebut.
"Tidak mudah bagi pemain Bandung untuk bisa masuk ke skuat utama Persib. Itu sangat sulit. Klub tersebut klub elite bertabur bintang. Banyak pemain berbagai daerah berkiprah di sana. Jadi bisa bermain bersama Persib, apalagi tampil secara reguler, itu tentu menjadi sebuah kebanggaan," ujar Dedi.
Jangan heran sang pemain justru mengawali karier profesional di luar daerah. Seperti apa ceritanya?
Dibesarkan Pelita Jaya
Dedi Kusnandar memang salah satu pemain yang beruntung. Pemain berusia 25 tahun itu memulai kariernya di level junior dengan tekun bersama SSB Uni Bandung. Ia kemudian bergabung bersama Persib U-21 pada 2007 sebelum akhirnya dipinang Pelita Jaya U-21 pada 2008.
Dedi sukses mengantar Pelita Jaya menjadi juara ISL U-21 musim perdana pada 2009. Setelah menjadi juara ISL U-21 pada musim perdana, Dedi Kusnandar mengantar Pelita Jaya U-21 menjadi runner-up di musim berikutnya. Ia bahkan didaulat menjadi pemain terbaik ISL U-21 2010. Bintang cemerlang pun mulai menaungi Dado.
Saat Pelita Jayaya merger dengan Bandung Raya pada tahun 2012, ia yang terikat kontrak dengan Cronus kemudian diboyong ke Arema Indonesia yang pengelolaannya diambil oleh Cronus yang notabene perusahaan milik pengusaha gila bola, Nirwan Dermawan Bakrie.
Namun ia hanya semusim di Tim Singo Edan. Saat pelatih kepala, Rahmad Darmawan, hengkang ke Persebaya Surabaya versi ISL (kini bernama Bhayangkara FC) pada musim 2014 ia ikut boyongan.
Rahmad figur penting dalam perjalanan karier Dedi. Selain memberi kepercayaan besar sebagai pemain inti di Pelita Jaya, walau berusia belia, sang mentor juga memilih Dedi masuk jajaran skuat Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013.
"Coach Rahmad berjasa besar pada saya. Saya banyak belajar dari dia untuk mengembangkan diri sebagai seorang gelandang bertahan," ungkap Dedi Kusnandar.
Penampilan memesona bersama Persebaya ISL mengantar Dedi ke klub kampung halamannya, Persib. Di klub tersebut Dedi merasakan madu gelar juara, yakni lewat gelar Piala Presiden 2015.
Namun kebersamaannya dengan Tim Pangeran Biru berakhir pada awal tahun 2016. Berhentinya kompetisi sepak bola Indonesia dipicu konflik berkepanjangan antara PSSI dengan Kemenpora membuat Dedi Kusnandar realistis. Ia memilih mengembara ke Malaysia.
"Keputusan yang amat berat terpaksa saya ambil. Meninggalkan Persib, klub impian saya sejak kecil tidaklah mudah. Namun, saya harus menyambung hidup, karena mata pencarian hanya lewat sepak bola. Kondisi sepak bola Indonesia sedang tidak stabil, untuk menjaga level permainan saya harus tampil di sebuah kompetisi reguler," ucap pemain bertinggi badan 175 cm itu.
Ia digaet Sabah FA, klub dengan ambisi tinggi promosi ke kompetisi elite Negeri Jiran, Malaysia Super League.
Walau berstatus pemain asing berdarah melayu, Dedi tanpa kesulitan berarti memenangi persaingan posisi inti di klubnya. Padahal, amat jarang klub Malaysia mau menggaet pemain asing di posisi gelandang bertahan.
"Bermain di negara orang tentu beda dengan negara sendiri. Sebagai pemain asing saya harus memberi contoh kepada pemain lokal Malaysia. Yang lakukan hanya latihan sekeras mungkin dan selalu berjuang memberikan yang terbaik saat diberi kesempatan berlaga di lapangan," kata sang pemain.
Sabah FC sendiri gagal promosi ke kasta elite, namun Dedi disodori perpanjangan kontrak. "Saya masih pikir-pikir soal perpanjangan kontrak. Saya pribadi berterimakasih kepada manajemen Sabah, perpanjangan kontrak menunjukkan kalau mereka puas pada kinerja saya," ungkap Dedi.
Dedi Kusnandar sendiri mengaku amat betah tinggal di Sabah. Masyarakat di sana amat ramah. Dado punya banyak teman sesama orang Indonesia yang merantau di Sabah. "Kalau sedang tidak tidak bertanding kami sesama warga Indonesia rajin bertemu. Kalau tidak jalan-jalan bareng ke sejumlah objek wisata di Sabah, kami biasanya makan-makan dengan menu utama Indonesia."
Lantas apakah ia tidak berniat kembalii ke Persib? "Hhhm, kita lihat saja nanti ya. Tidak etis kalau saya bicara soal kontrak dengan klub lain. Saya masih berstatus pemain Sabah," katanya diplomatis.
Mengidolakan Yaris Riyadi
Seperti halnya pemain-pemain asal Jawa Barat lainnya, Dedi Kusnandar memang menaruh hati kepada Persib sejak masih kecil. Pengaruh besar Persib terhadap keluarganya juga menular ke Dado sejak kanak-kanak.
Ia amat rajin menyaksikan langsung aksi Persib di stadion. Atmosfer dukungan Bobotoh yang luar biasa langsung tergambar dalam benak Dedi bagaimana rasanya bermain sebagai salah satu pilar Persib Bandung.
"Sejak kecil saya sering diajak oleh keluarga saya untuk ke Bandung dan menyaksikan Persib secara langsung di stadion. Kebiasaan menyaksikan secara langsung itulah yang membuat saya pada akhirnya ingin merasakan bermain bersama Persib Bandung," ujar Dedi.
"Cita-cita terbesar saya saat itu adalah bisa bermain untuk Persib. Saya melihat bagaimana dukungan suporter yang luar biasa kepada para pemain Persib. Saya juga ingin merasakannya ketika bermain di lapangan," lanjutnya.
Sebagai anak yang begitu menaruh rasa cinta terhadap Persib, Dedi pun memiliki pemain idola di skuat Maung Bandung. Nama Yaris Riyadi pun terucap dari mulut pemain Sabah FA ini saat berbincang bersama Bola.com.
"Untuk pemain idola di Persib, saya mengidolakan Yaris Riyadi," ujarnya.
Yaris Riyadi atau yang akrab disapa "Ucing" adalah pemain bertubuh mungil dan lincah yang pernah dimiliki oleh Persib Bandung. Ucing merupakan salah satu ikon Persib Bandung pada Liga Indonesia musim 2002/2003. Yaris memulai karier bersama Persib pada Liga Indonesia 1995.
Sosok gelandang lincah nan mungil yang menjadi ikon Persib Bandung itu tampaknya cukup menginspirasi seorang Dedi untuk kemudian juga bermain sebagai gelandang. Apalagi ternyata Dedi dan Yaris merupakan jebolan SSB yang sama, SSB Uni Bandung.