Apa Itu Kepemilikan Pihak Ketiga dalam Transfer Pemain?

oleh Ary Wibowo diperbarui 27 Sep 2016, 19:13 WIB
Ekspresi pelatih Sunderland, Sam Allardyce saat timnya gagal mencetak gol ke gawang West Ham United pada lanjutan Liga Inggris di Stadion Upton Park, Sabtu (27/2/2016). (Reuters / Tony O'Brien)

Bola.com — Kepemilikan pihak ketiga (Third-Party Ownership) dalam dunia transfer pesepak bola kembali mengemuka setelah pelatih tim nasional Inggris, Sam Allardyce, menjadi "sasaran" investigasi salah satu media Inggris terkait masalah tersebut. 

Advertisement

Allardyce dikabarkan masih memberikan lampu hijau kepada beberapa pebisnis yang ingin bermain dalam urusan transfer pemain. Padahal,Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) sudah melarang sistem tersebut sejak musim 2008-2009.

Lantas, apa itu Third-Party Ownership (TPO) dan mengapa dilarang? Berikut ini Bola.com mencoba merangkum penjelasannya:

TPO melibatkan pihak ketiga, bisa berupa perusahaan, agen, atau investor perorangan, yang dapat mengambil alih seluruh kepemilikan hak ekonomi seorang pemain.

Ini artinya, pihak ketiga tersebut memiliki peran lebih besar ketimbang klub tempat pemain bersangkutan berkarier. Pihak ketiga pun tentu saja akan mendapat keuntungan besar ketika sang pemain itu pindah ke klub lain.

Ilustrasi sederhananya seperti ini: Ada klub A yang memiliki 100 persen hak pemain Z. Kemudian, ada klub B yang ingin membeli pemain Z. Namun, karena tidak dapat membayar seluruh biaya yang diajukan klub A, klub B kemudian menggunakan pihak ketiga. 

Pihak ketiga, yang biasanya merupakan perusahaan atau pebisnis dengan dana melimpah, lalu membeli seluruh hak ekonomi pemain Z dari klub A. Setelah itu, klub B dan pihak ketiga merekrut sang pemain dengan setengah harga dari biaya transfer. 

Ilustrasi cara kerja Third-Party Ownership dalam dunia sepak bola. (The Telegraph).

Klub B dan pihak ketiga pun memiliki saham masing-masing 50 persen dari hak ekonomi pemain bersangkutan. Setelah itu, pihak ketiga biasanya bakal bergerak cepat mencari klub yang bersedia menampung pemain Z agar mendapatkan keuntungan. 

Pemain Z kemudian bergabung dengan klub C—yang bersedia membayar penuh hak ekonomi pemain—bersama klub B, sedangkan pihak ketiga akan mendapatkan keuntungan dari upah (biasanya 20-30 persen) dari biaya transfer.

West Ham United pernah mendapat sanksi sebesar 5,5 juta pounds ketika merekrut Carlos Tevez dan Javier Mascherano pada musim 2006-2007. Dua pemain Argentina itu merapat ke West Ham dari klub Brasil, Corinthians. 

Ketika itu, hak ekonomi Tevez dan Masherano dimiliki perusahaan asal London yang dipimpin agen bernama Kia Joorabchian. Meski TPO belum dilarang, West Ham dikabarkan sempat menyalahkan gunakan dokumen kepemilikan kedua pemain tersebut pada musim berikutnya. 

Javier Mascherano dan Carlos Tevez saat bergabung dengan West Ham United pada musim 2007. (Mirror).

FA mencoret aturan kepemilikan pihak ketiga pada musim 2008-2009, kemudian diikuti FIFA pada Mei 2015. Peraturan tersebut dianggap mereka mencederai integritas persaingan klub dalam memperebutkan pemain-pemain potensial. 

Sumber: Sky Sports, BBC, Mirror

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini