Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia belum sekali pun meraih kesuksesan dengan membawa pulang trofi Piala AFF. Sepanjang 10 edisi Piala AFF yang sudah dihelat, Indonesia hanya mampu menyabet runner-up dalam empat edisi. Namun, ada sejumlah bintang muda sepak bola Indonesia cemerlang dalam turnamen sepak bola Asia Tenggara itu.
Turnamen yang pertama kali digelar pada 1996 dengan nama Piala Tiger 1996 kini menjadi salah satu target Indonesia untuk meraih kesuksesan. Sepanjang 10 edisi, tak sekalipun Tim Garuda sukses membuat prestasi dengan membawa pulang trofi juara.
Timnas Indonesia hanya meraih posisi keempat di edisi perdana setelah kalah 2-3 dari Vietnam di laga perebutan tempat ketiga. Sementara itu, di edisi kedua yang digelar pada 1998, Indonesia sedikit lebih baik dengan menjadi tim peringkat ketiga dalam turnamen tersebut.
Baca Juga
Tiga kali menjadi runner-up secara berturut-turut menjadi catatan paling bagus bagi Indonesia di Piala AFF. Tim Garuda melakukannya pada 2000, 2002, dan 2004, di mana dua kali Thailand dan satu kali Singapura memupuskan harapan penggemar Indonesia untuk melihat bintang-bintang lapangan hijau kesayangan mereka menjadi juara.
Setelah itu Piala Tiger berubah nama menjadi AFF Suzuki Cup sejak 2008 dan terus disponsori oleh perusahaan otomotif asal Jepang itu hingga saat ini. Namun, prestasi terbaik Timnas Indonesia di era AFF Suzuki Cup hanyalah runner-up pada 2010.
Kendati belum pernah meraih gelar juara di Piala AFF, Timnas Indonesia kerap melahirkan pemain-pemain yang tampil cemerlang dalam turnamen level Asia Tenggara itu.
Bahkan tidak sedikit pemain-pemain yang tampil cemerlang di usia yang sangat muda. Bola.com pun menyajikan kepada Anda bintang-bintang Timnas Indonesia yang cemerlang dalam sejarah Piala AFF dalam usia muda.
Kurniawan Dwi Yulianto (1996)
Kurniawan Dwi Yulianto adalah salah satu striker terbaik yang dimiliki oleh Timnas Indonesia. Pemain depan yang kerap dipanggil Si Kurus ini memperlihatkan permainan luar biasa di edisi perdana Piala AFF pada 1996.
Tampil di Piala AFF 1996 dalam usia 20 tahun, Kurniawan harus bersaing dengan nama-nama yang lebih senior, seperti Widodo C. Putro, Ronny Wabia, dan Peri Sandria. Namun, Si Kurus tidak ragu untuk memperlihatkan kepiawaiannya dalam membantu lini serang Timnas Indonesia.
Kurniawan mencetak tiga gol dalam empat laga di Grup A Piala AFF 1996. Tiga gol itu tercipta di tiga laga berbeda, mulai dari saat menang 5-1 atas Laos, gol pembuka saat menang 3-0 atas Kamboja, dan mencetak satu-satunya gol Indonesia ketika bermain imbang 1-1 dengan Vietnam pada laga terakhir babak grup.
Kurniawan akhirnya membukukan gol keempatnya di Piala AFF perdana itu saat Indonesia melakukan laga perebutan tempat ketiga dengan Vietnam. Namun, gol yang dicetak Kurniawan dan Aples Tecuari saat itu tak bisa menyelamatkan Indonesia dari kekalahan 2-3.
Sejak saat itu Kurniawan pun menjadi salah satu penyerang terbaik yang dimiliki Timnas Indonesia. Ia bahkan terus mencetak gol di Piala AFF edisi berikutnya, satu gol dicatatkan pada edisi 1998, tiga gol pada edisi 2000, dan lima gol di Piala AFF 2004. Dengan demikian, Kurniawan sukses mencetak 13 gol total di sepanjang gelaran Piala AFF.
Bambang Pamungkas (2002)
Bambang Pamungkas adalah bintang muda Timnas Indonesia berikutnya yang tampil cemerlang di Piala AFF. Memulai debut Piala Tiger (nama lawas turnamen) pada edisi 2000, Bambang Pamungkas baru berusia 19 tahun saat itu.
Ia pun belum mendapatkan begitu banyak kesempatan untuk tampil karena bersaing dengan sejumlah nama seperti Kurniawan Rochi Putiray, Gendut Doni, dan Miro Baldo Bento.
Namun, pada Piala AFF 2002, di mana ia baru berusia 21 tahun, Bambang Pamungkas membuat kejutan dengan menjadi top scorer dalam turnamen sepak bola Asia Tenggara kala itu. Tidak tanggung-tanggung, delapan gol diciptakan oleh Bambang Pamungkas sepanjang Piala AFF 2002.
Indonesia saat itu lolos dari Grup A sebagai runner-up karena kalah dua poin dari Vietnam. Namun, 19 gol berhasil diciptakan oleh Timnas Indonesia, sama persis dengan jumlah yang dicetak oleh sang juara grup.
Dari ke-19 gol yang dicetak Timnas Indonesia di babak grup, tujuh di antaranya diborong oleh pemain yang akrab disapa Bepe itu.
Setelah Indonesia bermain imbang tanpa gol dengan Myanmar di laga perdana, kemenangan 4-2 atas Kamboja di pertandingan kedua menjadi bukti kehebatan Bambang Pamungkas. Predator dengan ciri khas nomor punggung 20 itu sukses mencetak hattrick dalam pertandingan tersebut, melengkapi gol pertama yang dicetak oleh Zaenal Arif.
Empat gol tersisa di babak grup pun dicetak Bepe dalam satu pertandingan, yaitu ketika Timnas Indonesia menjalani laga terakhir babak grup menghadapi Filipina. Bepe mencetak empat gol, jumlah yang sama dengan yang dicetak Zaenal Arif dalam laga tersebut. Indonesia pun menang telak 13-1 dalam pertandingan tersebut.
Tak berbeda dengan Kurniawan, Bambang pun akhirnya menjadi salah satu pemain yang sangat populer di Timnas Indonesia. Untuk level Piala AFF, Bepe bersama legenda Thailand, Kiatisuk Senamuang, tercatat berada di posisi kelima untuk urusan mencetak gol dengan jumlah 12 gol sepanjang sejarah Piala AFF.
Boaz Solossa (2004)
Bicara soal Piala AFF 2004 mungkin orang-orang akan teringat bagaimana hebatnya Ilham Jaya Kesuma sebagai ujung tombak Timnas Indonesia. Namun, jangan lupakan kehebatan pemain muda asal Papua yang baru berusia 18 tahun saat itu, Boaz Solossa.
Boaz Solossa, yang saat itu bergabung dengan Timnas Indonesia bersama kakaknya, Ortizan Solossa, mampu memukau. Ia sukses bersaing dengan sejumlah penyerang yang lebih senior seperti Ilham, Kurniawan Dwi Yulianto, dan Saktiawan Sinaga. Meski saat itu Ilham dan Kurniawan begitu cemerlang menjadi bintang bagi Timnas Indonesia, sinar kecemerlangan Boaz sebagai seorang rising star pun tak bisa terbendung.
Sepanjang pergelaran Piala AFF 2004, Boaz sukses mencetak empat gol, jumlah yang sama seperti yang dicetak oleh Elie Aiboy dalam turnamen tersebut, atau satu gol di bawah Kurniawan, dan tiga gol lebih sedikit dari Ilham Jaya Kesuma yang menjadi pencetak gol terbanyak di turnamen edisi itu.
Namun, empat gol dicetak oleh seorang pemuda asal Papua dalam usia 18 tahun, semua orang saat itu pun mengidolakan namanya.
Yang sangat menarik, Boaz langsung menggebrak sejak pertandingan pertama Timnas Indonesia di Piala AFF 2004 itu. Dalam laga perdana kontra Laos, Boaz mencetak gol pembuka dan gol keempat dalam laga yang berakhir dengan skor 6-0 untuk kemenangan
Timnas Indonesia. Boaz dan Ilham pun disebut-sebut sebagai tandem yang luar biasa di lini depan Tim Garuda.
Boaz kemudian menambah pundi golnya ketika Indonesia meraih kemenangan kedua di laga ketiga, yaitu ketika menghadapi Vietnam. Boaz mencetak gol kedua dalam pertandingan yang berakhir dengan skor 3-0 itu.
Persaingan di lini depan Timnas Indonesia memang luar biasa saat itu. Sang pelatih, Peter Withe, kerap melakukan rotasi yang berhasil dengan kecemerlangan yang juga diperlihatkan Ilham, Kurniawan, dan Elie Aiboy.
Namun, Boaz mampu membuktikan kualitasnya dengan mencetak satu gol lagi di leg kedua semifinal kontra Malaysia. Boaz mencetak gol keempat Indonesia dalam kemenangan 4-1 di Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, dan memastikan Tim Garuda ke babak final. Namun, sayangnya Indonesia gagal menjadi juara lantaran kalah di dua leg pertandingan final dari Singapura.
Boaz Solossa sendiri mengalami cedera pada pertandingan kedua, setelah mendapat tekel horor dari bek Singapura, Bhaihaki Khaizan. Banyak orang beranggapan jika Boaz tetap bermain hasil akhir duel final bisa berbalik.
Oktovianus Maniani (2010)
Satu lagi pemain asal Papua yang sukses mendapatkan sorotan mata ketika tampil di Piala AFF 2010. Oktovianus Maniani, pemain muda bertubuh mungil dan berkaki cepat ini tampil luar biasa dalam turnamen tersebut.
Okto, panggilan akrabnya, bahkan mendapatkan kepercayaan mengenakan jersey No. 10 yang biasa dikenakan oleh pemain bintang saat Timnas Indonesia berlaga di Piala AFF 2010.
Okto yang tampil dengan memperlihatkan kecepatan sejak pertandingan pertama, di mana Indonesia menang telak 5-1 atas Malaysia, turut berkontribusi besar bagi gol terakhir Indonesia yang dicetak oleh Irfan Bachdim.
Umpan silang terukur dari sisi kiri ke depan gawang Malaysia gagal diraih oleh Bambang Pamungkas, tapi Irfan Bachdim sukses menyambar bola umpan tersebut dan membuat Indonesia menang telak atas rivalnya itu.
Okto kemudian memperlihatkan kemampuan luar biasa di pertandingan kedua. Saat itu Indonesia sukses menang telak 6-0 atas Laos dan Okto sukses menorehkan namanya di papan skor sebagai pencetak gol terakhir dalam pertandingan tersebut.
Tidak hanya sekadar sebuah gol. Okto sukses memperlihatkan kecepatan dan daya tahan tubuhnya ketika berlari dari tengah lapangan dan mempertahankan bola dari dua pemain bertahan Laos yang mengepungnya sebelum menembak bola yang mengoyak jala gawang lawan.
Oktovianus Maniani terus menjadi andalan Alfred Riedl di sisi kiri. Pemain muda asal Papua itu bahkan sukses memberikan umpan terobosan panjang yang berbuah gol tandukan kepala Cristian Gonzales di leg pertama semifinal kontra Filipina.
Okto pun sukses menjadi pemain muda Indonesia yang cemerlang di Piala AFF 2010, di mana saat itu gairah sepak bola nasional tengah berada di puncaknya. Okto saat itu masih berusia 20 tahun dan menjadi pemain termuda di skuat Indonesia saat itu bersama Kurnia Meiga.
Bakat Oktovianus Maniani sendiri ditemukan Iwan Setiawan dan Aji Santoso, duet pelatih Timnas Indonesia U-17 pada 2005. Di antara rekan-rekannya ia yang paling pertama naik kelas ke Tim Merah-Putih senior.
Evan Dimas Darmono (2014)
Evan Dimas mulai dikenal publik lewat ajang Piala AFF U-19. Pemain asal Jawa Timur ini merupakan kapten Timnas Indonesia U-19 yang sukses meraih gelar juara Piala AFF U-19 2013 di Sidoarjo. Berposisi sebagai gelandang serang ia mencetak lima gol.
Evan Dimas pun kemudian semakin terkenal setelah berhasil membawa Timnas Indonesia U-19 melangkah ke Piala Asia U-19 2014 setelah di babak kualifikasi mencetak empat gol dan membawa Indonesia memuncaki Grup G. Sayangnya ia gagal membawa Timnas Indonesia U-19 mengamankan tempat di Piala Dunia U-20 2015 setelah kalah dalam tiga pertandingan Piala Asia U-19 2014.
Ketenaran dan permainan luar biasa dalam mengatur tempo permainan ketika bersama Timnas Indonesia U-19 membuat Alfred Riedl memanggilnya masuk dalam skuat Timnas Indonesia senior proyeksi Piala AFF 2014.
Masih dalam usia 19 tahun, Evan Dimas diharapkan bisa mengangkat prestasi Timnas Indonesia di Piala AFF yang digelar di Vietnam itu.
Sayang, Alfred tak berani berjudi memasangnya sebagai pemain inti. Tim Garuda menjalani fase penyisihan dengan hasil mengecewakan. Timnas hanya bermain 2-2 kontra Vietnam di laga perdana dan kalah mengejutkan 0-4 dari Filipina. Kritikan deras meluncur, penggila sepak bola Tanah Air menyayangkan pelatih asal Austria itu tidak memberi kesempatan kepada Evan yang tengah dalam kondisi onfire.
AlfredRiedl pun akhirnya memainkan EvanDimas, di pertandingan terakhir babak grup, saat menghadapi Laos.
Keputusan Riedl terbukti tepat dan terbukti pula ia melakukan kesalahan dengan tidak memainkan Evan di dua laga sebelumnya. Evan Dimas sukses mencetak gol pertamanya bersama Timnas Indonesia senior. Ia mencetak gol melalui tendangan keras dari luar kotak penalti yang mengarah ke sudut atas gawang Laos.
Tak hanya mencetak gol atas namanya, Evan Dimas juga berkontribusi besar membawa Indonesia unggul 3-1 dalam pertandingan itu. Evan Dimas melakukan akselerasi membawa bola dari tengah melalui sisi kiri dan mengirimkan umpan yang sangat terukur kepada Ramdani Lestaluhu yang sukses mencetak gol keduanya di pertandingan itu.
Timnas Indonesia akhirnya menang telak 5-1 dalam pertandingan itu dan Evan Dimas menjadi bintang dalam satu laga yang berakhir cemerlang bagi Tim Garuda.
Baca Juga
Mengulas Rapor Buruk Shin Tae-yong di Piala AFF: Belum Bisa Bawa Timnas Indonesia Juara, Edisi Terdekat Bagaimana Peluangnya?
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia
Duel Pelatih Persebaya Vs Persija di BRI Liga 1: Paul Munster Pengalaman, Carlos Pena Memesona