Bola.com, Banjarmasin - Kursi pelatih Barito Putera yang diduduki Mundari Karya terus digoyang. Kali ini guncangannya semakin kuat setelah Hansamu Yama dkk. kalah 1-2 di kandang sendiri dari PSM Makassar (1/10/2016). Namun, Mundari tetap tenang. Bahkan dia menganggap isu pelengserannya dari jabatan pelatih kepala Barito Putera sebagai ujian dalam proses regenerasi tim.
"Isu pencopotan saya sebagai pelatih Barito Putera memang sangat santer di media-media Kalsel. Sebelum ada pernyataan resmi dari manajemen, terutama dari manajer Hasnuryadi Sulaiman, saya tetap tenang dan bekerja seperti biasa," ucap Mundari.
Sejak dipercaya menangani program peremajaan di skuat Laskar Antasari, Mundari Karya sadar betul risiko yang bakal diterimanya dalam perjalanan tim di pentas Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 presented by IM3 Ooredoo.
"Jadi, sebelum menerima amanah ini (melatih Barito Putera), saya sudah siap mental untuk menerima celaan dan hujatan dari publik Banjarmasin. Terutama cemoohan dari kelompok suporter. Kalau sekarang goyangan itu makin keras, saya juga tak kaget karena tanggung jawab saya kepada manajemen," jelasnya.
Baca Juga
Mantan arsitek Pelita Jaya ini juga mengungkapkan sebenarnya tuntutan dari suporter agar manajemen tidak memilih Mundari Karya telah merebak sejak dia ditunjuk memoles Adam Alis dkk. pada persiapan tim berkiprah di TSC.
"Jadi sikap antipati kepada saya telah lama muncul. Sejak persiapan tim hingga sekarang terus menggema. Alasan saya bergeming karena saya harus mengemban amanah pendiri Barito Putera, almarhum HA Sulaiman HB. Putra-putra almarhum juga menghormati wasiat beliau," ungkapnya.
Mundari Karya menilai para penuntut agar dirinya mundur dari Barito Putera kurang paham program yang sedang digadang-gadang manajemen.
"Barito ini murni dibiayai dari bisnis keluarga. Jadi keluarga besar HA Sulaiman HB berhitung dengan cermat bagaimana membentuk tim tangguh dengan biaya seminim mungkin. Regenerasi solusi terbaiknya. Barito Putera bisa saja membeli pemain bagus untuk meraih prestasi instan, tapi risikonya manajemen akan kolaps seperti dialami beberapa tahun lalu," katanya.