Kurniawan Dwi Yulianto: Merasa Paham Masalah Sepak Bola Indonesia

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 06 Okt 2016, 06:00 WIB
Wawancara Eksklusif Kurniawan Dwi Yulianto

Bola.com, Jakarta - Kurniawan Dwi Yulianto maju dalam pencalonan Ketua Umum PSSI setelah diusung oleh klub anggota PSSI asal Sumatera, PS Kwarta Deli Serdang. Sebagai mantan pemain, Kurus merasa tahu benar akar persoalan sepak bola nasional. Ia mengaku siap untuk melakukan pembenahan organisasi PSSI.

Sang mantan striker Timnas Indonesia tersebut mengaku sejak lama memperhatikan masalah-masalah yang mendera dunia sepak bola Tanah Air, terutama berkaitan dengan kesejakteraan pemain serta pembinaan usia dini yang ia nilai stagnan.

Kurniawan pun ingin mencoba untuk masuk ke dalam federasi untuk bisa ikut membantu secara langsung benang kusut persoalan.

Advertisement

Pria kelahiran Magelang, 13 Juli 1976 itu menegaskan dirinya tidak membuat kesepakatan atau pun menjanjikan sesuatu kepada semua pihak-pihak yang mengusungnya.

Kurniawan menegaskan bahwa jika memang ada orang-orang yang memiliki visi yang sama, dirinya siap untuk mendengarkan dan bekerja sama demi sepak bola Indonesia yang lebih baik.

Program pembinaan usia dini pun menjadi pokok dari program yang diusung oleh Kurniawan dalam bursa calon Ketua Umum PSSI. Merasa begitu mengetahui seluk beluk permasalahan yang dihadapi pemain sepak bola di Indonesia, Kurniawan tampaknya ingin berangkat dari level paling bawah agar semua program berjalan dengan benar.

Kurniawan yang namanya meroket saat ikut program mercusuar PSSI Primavera pada pertengahan 1990-an pun mendapatkan dukungan besar dari netizen pecinta sepak bola di tanah air.

Para penggiat sosial media pun terus menyebarkan hastag #KDY10forPSSI1 sebagai bentuk dukungan terhadap Kurniawan yang dinilai jauh dari kepentingan politik dan kelompok dalam misinya memperbaiki sepak bola di Indonesia.

Berikut petikan wawancara Bola.com dengan Kurus di sela-sela acara Debat Calon Ketua Umum yang digelar oleh forum wartawan peliput sepak bola Indonesia PSSI Pers di SCTV Tower, Jakarta Selatan, Selasa (4/10/2016) sore:

Apa latar belakang Anda maju dalam pencalonan Ketua Umum PSSI kali ini?

Saya maju dalam pencalonan sebagai calon Ketua Umum PSSI karena sebagai mantan pemain saya mengetahui betul permasalahan-permasalahan yang ada di dalam sepak bola Indonesia.

Perlu saya tekankan bahwa saya sama sekali tidak ambisius untuk menjadi orang nomor satu di PSSI. Namun, ini bentuk dari kegelisahan saya dan rekan-rekan mantan pemain. Ada yang perlu dibenahi dalam sepak bola Indonesia. Itu awalnya.

Selama ini suara mantan pemain dan pemain hanya terdengar di luar sana dan melalui media, tapi tidak bisa melakukan apa-apa. Oleh karena itu saya memberanikan diri masuk ke dalam federasi. Saya juga berharap ke depannya semakin banyak mantan pemain yang tidak hanya bersuara tapi memberikan kerja nyata lewat federasi.

Sebagai mantan pemain sepak bola, apa yang ingin Anda perjuangkan untuk para pemain sehingga Anda memberanikan diri untuk maju dalam pencalonan sebagai nakhoda PSSI?

Value  dari pemain sebak bola yang sebenarnya tinggi. Namun, yang terjadi di negara kita adalah para pemain di sini hanya seperti wayang, dan ini paradigma yang ingin saya ubah ketika saya berada di federasi. Value pemain harus benar-benar dihargai dengan tinggi, itu harapan saya.

Apa fokus program yang Anda canangkan sebagai calon Ketua Umum PSSI?

Saya ingin semua konkret. Pembinaan usia dini adalah harga mati. Manajemen di PSSI pun harus transparan. Kemudian membuat PSSI bersinergi dengan semua stakeholder, serta mempercepat proses sertifikasi lisensi pelatih-pelatih yang ada di Indonesia.

2 dari 2 halaman

Menekankan Pembinaan Usia Dini

Kurniawan Dwi Yulianto, Calon Ketum PSSI. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Anda begitu menggembar-gemborkan permasalahan usia dini. Bagaimana rencana yang sudah ada dalam benak Anda untuk masalah ini?

Saya tekankan di pembinaan usia dini harus ada modul kurikulum yang tepat dari PSSI dan pelatih yang memenuhi standarisasi dan tidak boleh ada rekayasa yang bersifat negatif, seperti pencurian umur dan match fixing.

Pembinaan usia dini itu tujuannya bukanlah menjadi juara. Banyak pelatih yang melakukan pencurian umur karena keinginan untuk membuat timnya bisa menjadi juara. Bagi saya itu salah, dan kesalahan yang terstruktur dari lingkungan sang pemain. Saya tidak ingin ada konsep instan dalam hal ini.

Bicara soal usia dini, apakah Anda bisa menjelaskan salah satu contoh konkret yang bisa Anda lakukan sebagai Ketua Umum PSSI nantinya?

Saya menginginkan adanya standarisasi jika ada yang ingin membuka Sekolah Sepak Bola (SSB). Saat ini semua orang bisa membuka SSB tanpa standar yang jelas. Jika tidak memenuhi standar maka SSB itu tidak boleh beroperasi.

Saya juga akan menggandeng Kemenpora dan Kemendikbud. Mengapa? Pemain usia dini itu tentu masih harus bersekolah. Saya ingin menerapkan konsep bahwa klub atau SSB bisa bekerja sama dengan sekolah sehingga latihan dan pendidikan itu berjalan beriringan.

Bentuknya bisa macam-macam, termasuk yang saya pikirkan adalah beasiswa bagi anak-anak yang memiliki bakat dan prestasi dalam dunia sepak bola, kita beri beasiswa di satu sekolah yang sama di level Askot atau Asprov PSSI.

Apakah Anda terpikir untuk membentuk Timnas Indonesia dengan program Primavera seperti yang pernah Anda rasakan saat masih muda?

Saya tidak berpikir ke arah sana. Menurut saya lebih baik ada dua atau tiga pemain muda yang akan diberikan program di salah satu klub di luar negeri, dan dua atau tiga pemain lain di klub yang berbeda lagi. Saya rasa itu lebih baik.

Program seperti Primavera itu hanya seperti memindahkan latihan sebuah tim ke tempat lain. Saat itu Anda tetap berlatih bersama teman-teman dari Indonesia, berkomunikasi dengan bahasa yang sama, bukan itu tantangan yang harus dihadapi.

Saya merasakannya saat akhirnya bermain di Swiss selepas program tersebut. Saat itu saya baru merasakan tantangan bagaimana saya harus menghadapi situasi yang benar-benar baru dengan orang-orang yang tidak saya kenal untuk bisa berkembang lebih baik lagi.

Apakah Anda yakin semua program Anda bisa berjalan dengan baik?

Semua itu tentu harus berjalan dengan sikap profesional. Sikap profesional itu sendiri pun harus tanpa kompromi. Sekali ada kompromi maka semua akan menjadi tak ada gunanya.

Bagaimana Anda melihat program-program dari kandidat ketua umum PSSI yang lain?

Sangat luar biasa. Mereka memiliki pemikiran memajukan sepak bola Indonesia. Saya berharap siapa pun yang nanti terpilih benar-benar menjalankan programnya. Seandainya salah satu dari mereka yang menjadi ketua umum, saya akan menitipkan jangan lagi ada rekayasa dalam sepak bola, seperti pencurian umur, match fixing, lalu aturan-aturan sepak bola yang diakali untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Berita Terkait