Bola.com, Jakarta - Jack Miller tumbuh di sebuah peternakan milik keluarganya di Australia. Di sanalah dia mengasah kemampuan balap di dirt track alias di trek tanah.
Kemampuan istimewa Miller dalam menggeber motor sudah terlihat sejak masih bocah. Pada usia 12 tahun dia sangat mendominasi lomba balap di Negeri Kanguru, dengan mengikuti lima kelas berbeda dan hampir selalu juara.
Baca Juga
Untuk mengembangkan karier sang anak, keluarga Miller rela menjual peternakan kecil mereka biaya boyongan ke Inggris pada 1999. Keputusan pindah diambil supaya Miller bisa mengikuti kejuaraan di Inggris dan Spanyol.
Perjudian keluarga Miller berbuah manis tujuh tahun berselang. Pada 26 Juni 2016, Miller berhasil memenangi seri MotoGP untuk kali pertama, tepatnya di Sirkuit Assen, Belanda. Kemenangan penting tersebut diraih pebalap Marc VDS Honda tersebut saat berusia 21 tahun.
Proses kemenangan itu juga spesial. Dia melintasi garis finis tercepat di balapan yang diwarnai hujan deras. Miller tampil tenang sehingga mampu memenangi persaingan melawan juara dunia MotoGP 2013 dan 2014, Marc Marquez. Adapun Valentino Rossi gagal finis dalam balapan itu karena terjatuh.
Emosi, kerja kerja, dan determinasi tinggi telah menandai karier Miller, yang saat ini sedang berusaha memulihkan diri dari cedera akibat mengalami crash pada sesi pemanasan GP Austria. Jadi, apa titik tertinggi dan terendah karier Miller dan resepnya agar menjadi juara?
Berikut hasil wawancara dengan Jack Miller seperti dilansir situs Red Bull, Jumat (7/10/2016):
Apa pencapaian tertinggi dalam karier Anda?
Saya pikir hampir semua orang tahun bahwa balapan Assen (2016) mungkin paling spesial, karena itu pencapaian besar, kepuasan yang dirasakan setelah itu dan kerja keras yang mengiringinya.
Semua itu membuat saya merasa luar biasa, membuat semuanya terasa layak, semua pengorbanan yang telah dilakukan. Kemenangan tersebut jelas menjadi momen terbaik dalam karier saya sejauh ini. Tapi, saya ingin mennikmati lebih banyak momen seperti itu.
Apa momen terberat bagi Anda?
Momen terberat? Ada beberapa. Tapi tentu saja momen terberat saya adalah musim pertama di Moto3, ketika saya pertama kali melangkah ke Kejuaraan Dunia.
Saat itu merupakan tahun yang sangat sulit. Saya sangat kesulitan dengan tim, dengan motor, dan saya selalu berusaha keras, terus mendorong diri, dan itu sama sekali tak bekerja dengan baik. Jadi, itu jelas salah satu titik terberat dalam karier saya.
Pengorbanan terbesar dalam hidup Anda?
Saat meninggalkan Australia saat baru berusia 15 tahun. Saya harus pindah ke negera yang berbeda, tempat di mana Anda mungkin tak tahu bahasanya atau apapun. Itu jelas merupakan pengorbanan terbesar.
Tapi, sebagai bocah yang sedang tumbuh, dengan karier di dalam pikirannya, Anda harus matang di usia yang masih sangat muda, dan saya tak pernah menyesalinya.
Nasihat apa yang Anda berikan kepada anak-anak muda untuk bisa menuju puncak?
Ini yang terberat. Hal terbesar adalah tetap menjaga kaki menjejak bumi dan terus bekerja serta berusaha mencapai target Anda.
Kami semua memberi target kecil untuk diri sendiri. Tapi, untuk mencapai sesuatu yang lebih besar anda tetap perlu rendah hati dan harus terus bekerja hingga Anda berada di posisi mencapai tujuan tertinggi.
Gambarkan karier Anda dalam tiga kata!
Perjalanan yang luar biasa. Saya tidak tahu, itu empat kata, tapi ini memang perjalanan yang luar biasa. Ini seperti rollercoaster.