Bola.com, Jakarta - Sepak bola Indonesia berduka. Salah satu pesepak bola legendaris, Maulwi Saelan, meninggal dunia di RS Pertamina, Jakarta, Senin (10/10/2016) malam. Sang mantan Ketua Umum PSSI menghembuskan nafas terakhir tepat pukul 18.30 WIB.
Sudah tiga pekan Malwi Saelan itu terbaring sakit di ruang ICU RS Pertamina. "Sudah hampir dua pekan Bapak masuk ruang ICU dan kesehatannya terus menurun," ungkap Asha Saelan putra keempat Malwi Saelan.
Sebelumnya ia sempat dirawat di RS Pondok Indah, Jakarta Selatan, selama tiga pekan. "Bapak sempat keluar dari rumah sakit dan kemudian kembali di rumah. Hanya selang seminggu kesehatan beliau kembali menurun dan akhirnya masuk ICU lagi," kata Asha.
"Bapak masuk rumah masuk rumah sakit bertepatan pada hari raya Idul Adha. Awalnya beliau tidak langsung masuk ke ruang ICU, tapi di kamar biasa. Tapi belakangan tim dokter memindahkannya ke ICU untuk keperluan pengambilan cairan di paru-paru," cerita Asha Saelan putra keempat Maulwi Saelan saat dikontak Bola.com pada Senin (10/10/2016) malam.
Sang mantan Ketua Umum PSSI di era Orde Lama itu selama ini dikenal sebagai sosok periang yang jarang sakit. Ia masih aktif menjalani aktivitas sebagai pembina sekolah Al-Azhar Kemang.
Baca Juga
Asha menyebut kondisi ayahnya saat ini pun tergolong cukup sehat untuk orang berumur 90 tahun (kelahiran Makassar, 8 Agustus 1926). "Karena dulu bapak mantan atlet dan pernah di militer, maka ia amat menjaga kondisi kesehatannya. Tidak mengherankan jika bapak tetap terlihat bugar untuk pria seusianya yang terhitung sepuh," kata Asha.
Saat terbaring sakit di RS Pondok Indah, Maulwi Saelan sempat dikunjungi Sekjen PSSI, Azwan Karim dan pengurus PSSI, Chandra Solechan. "Semoga beliau cepat sembuh dan bisa beraktivitas dengan normal lagi," ungkap Azwan.
“Beliau adalah salah satu pahlawan Indonesia. Jasa-jasanya sudah tak terhitung. Di lapangan hijau, dia adalah salah satu pemain terbaik yang pernah dilahirkan negara ini,” ujar calon Ketua Umum PSSI, Moeldoko, juga berkesempatan menjenguk Maulwi pada Kamis (22/9/2016) siang
Jenasah rencananya akan disemayamkan di kediaman Maulwi Saelan di kawasan Benhill, Jakarta Pusat. "Kami keluarga sedang rembukan, untuk persiapan penguburan Bapak saya," ungkap Asha.
Aksi Ciamik di Olimpiade 1956
Lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 8 Agustus 1926, Maulwi Saelan adalah salah satu pesepak bola legendaris Tanah Air. Ia adalah salah satu saksi hidup saat Timnas Indonesia berlaga di Olimpiade 1956 Melbourne, Australia.
Langkah Tim Merah-Putih terhenti di perempat final melawan tim raksasa, Uni Soviet. Pertandingan ini berjalan dramatis. Skor 0-0, meski sudah ada perpanjangan waktu 2X15 menit.
Kala itu aturannya jika pertandingan berakhir seri, maka duel harus diulang sehari sesudahnya. Pada laga ulangan Indonesia menyerah 0-4.
"Saat itu sama sekali tidak ada yang menghitung Indonesia akan bisa merepotkan Uni Soviet. Kami dianggap tim kemarin sore. Nyatanya kami membuat mata publik terbelalak. Harus diakui tingginya jam terbanguji coba internasional yang dijalani Timnas Indonesia ikut mendongkrak kepercayaan diri para pemain. Sebelum tampil di Olimpiade kami sempat menggelar tur Eropa Timur," cerita Maulwi Saelan saat dikunjungi Bola.com beberapa tahun silam.
Kiprah mempesona Maulwi Saelan terdengar hingga telinga Presiden RI, Soekarno. Bersama skuat Tim Merah-Putih, sang kiper diundang ke Istana Negara. “Bung Karno tanya siapa ayah saya,” cerita Saelan. Saya kemudian menjawab dengan tegas, “Amin Saelan, seorang pendiri Taman Siswa di Makassar.”
Tahun 1962, Resimen Tjakrabirawa dibentuk. Saelan dipanggil Bung Karno untuk mengisi jabatan sebagai staf, dan kemudian menjadi wakil komandan menjelang peristiwa G30 S/PKI meletus. Lalu, pada tahun 1966, Maulwi Saelan menjadi ajudan Bung Karno.
Saelan menjadi penjaga Bung Karno yang paling setia. Ia menemani Bung Karno hingga akhir hidupnya. “Bung Karno meninggalkan Istana memakai kaus oblong, piyama, serta sandal usang. Bajunya disampirkan ke pundak,” katanya.
Tidak mengherankan, ketika Bung Karno sudah meninggal dan Soeharto naik ke tampuk kekuasaan, Maulwi Saelan sempat dipenjara beberapa tahun tanpa pengadilan. Ia, sebagaimana tahanan yang dianggap terlibat G30 S/PKI, mendapatkan diskriminasi politik ketika orba berkuasa.
"Jujur saya merasa kecewa saat itu karena diperlakukan layaknya musuh negara. Padahal saya telah berjuang membela negara sebagai pemain Timnas Indonesia serta prajurit. Namun, karena saya dekat dengan Bung Karno, maka saya ikut disingkirkan oleh rezim penguasa baru," ungkap almarhum Maulwi Saelan yang di hari tua sehari-hari menggunakan tongkat saat berjalan.
Selain, menjadi pemain Tim Merah-Putih, Maulwi juga sempat menjadi Ketua Umum PSSI periode tahun 1964-1968.
Selamat jalan Pak Maulwi Saelan, jasa-jasa Anda pada sepak bola Indonesia tidak akan kami lupakan.
Baca Juga
Erick Thohir Siap Mundur, Akan Evaluasi Besar-besaran setelah Timnas Indonesia Vs Arab Saudi, Termasuk soal Shin Tae-yong
Erick Thohir tentang Cedera Kevin Diks dan Terancam Absen Bela Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: Usaha Recovery, FC Copenhagen Kehilangan
Ole Romeny Tetap Yakin Dinaturalisasi ketika Ditanya Erick Thohir Setelah Timnas Indonesia Kalah 0-4 dari Jepang: Anak Medan