Bola.com, Jakarta - Setelah Timnas Indonesia melakoni dua kali uji coba internasional melawan Malaysia dan Vietnam, Alfred Riedl belum mau buru-buru menetapkan skuat inti Tim Merah-Putih buat proyeksi tampil di Piala AFF 2016. Ia masih ingin melihat kemampuan sebanyak mungkin pemain sebelum membuat keputusan final.
Alfred Riedl, bakal menyetorkan 40 nama pemain ke PSSI yang kemudian diteruskan ke Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) pada 14 atau 15 Oktober 2016.
Baca Juga
Arsitek asal Austria itu menyetor nama-nama pemain pilihannya setelah menyeleksi lebih dari 50 pemain. Proses seleksi itu sudah dilakukan Alfred sejak seleksi tahap pertama yang melibatkan 47 pemain di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor pada bulan Agustus, hingga terakhir di Yogyakarta saat Tim Garuda beruji coba melawan Vietnam.
"Nantinya hanya 23 nama pemain yang dipilih dari total 40 nama yang saya setorkan ke PSSI," ucap Alfred.
Walau minim persiapan, Timnas Indonesia meraih hasil yang terhitung lumayan di dua uji coba internasional. Pada pertandingan pertama Tim Merah-Putih menang 3-0 atas Malaysia. Selanjutnya mereka bermain imbang 2-2 kontra Vietnam.
Direncanakan anak-asuh Alfred Riedl bakal melakoni dua uji coba lagi, yakni melawan Myanmar (4 November) dan Vietnam (di kandang lawan pada 8 November). Sang mentor melihat masih ada sejumlah kelemahan yang perlu diperbaiki. Para pemain yang diturunkan di dua uji coba, dinilai tidak dalam kondisi fisik prima.
Stamina pemain terkuras jadwal padat kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) presented by IM3 Ooredoo. Standar latihan yang berbeda di tiap klub membuat kondisi kebugaran pemain berbeda satu sama lain. Alfred ingin para pemain yang nantinya masuk skuat inti Tim Garuda standarisasi kebugarannya sama, sesuai ekspektasinya.
"Pertandingan di level internasional intensitasnya lebih cepat daripada liga lokal. Kondisi fisik pemain belum memuaskan dan kami akan memperbaiki hal ini. Semoga kami masih punya waktu yang cukup," ujar Alfred.
Alfred sendiri mengaku sudah sedikit mendapat gambaran, pemain-pemain mana saja yang akan jadi poros kekuatan Timnas Indonesia yang akan berjibaku di Piala AFF 2016 nanti. Tim Garuda berada di Grup A yang terhitung neraka bersama Singapura, Filipina, dan Thailand.
"Akan tetapi saya tentu saya akan membandingkannya dulu dengan pemain-pemain lain. Saya ingin pemain-pemain yang benar dalam kondisi siap tempur," ucap Alfred.
Bongkar pasang pemain masih amat mungkin terjadi dalam pelatnas lanjutan, namun pastinya tidak akan dilakukan secara ekstrem. Ada sejumlah pemain yang posisinya hampir pasti dipatenkan sebagai skuat inti.
Berkaca pada dua pertandingan uji coba terakhir, Bola.com melihat ada sejumlah pemain yang jadi kartu as Alfred Riedl. Siapa-siapa saja mereka?
Andritany Arhiyasa
Sejatinya beberapa tahun terakhir posisi kiper inti Timnas Indonesia dipegang kiper Arema Cronus, Kurnia Meiga. Namun, sang pemain absen di dua uji coba karena cedera. Pilihan dijatuhkan pada sosok Andritany Ardiyasa.
Dipilihnya Andritany bukan sesuatu yang mengherankan. Sang pemain merupakan pelapis Meiga di di level Timnas Indonesia U-23 SEA Games 2011 dan 2013, yang berbuah prestasi medali perak. Rahmad Darmawan, pelatih Timnas Indonesia U-23 saat itu mengaku kesulitan memilih salah satu di antara mereka sebagai penjaga gawang utama.
Hal ini karena kemampuan keduanya bisa dibilang setara. Mereka kerap bergantian mengawal gawang Tim Garuda Muda di pentas SEA Games.
Memang posisi klub tempat Andritany bernaung, Persija Jakarta sedang terpuruk di papan bawah TSC 2016. Namun, jika dilihat rapor individu, performa kiper kelahiran 26 Desember 1991 itu masuk kategori di atas rata-rata.
Ia kerap melakukan penyelamatan krusial bagi klubnya, yang memiliki persoalan di lini belakang. Penampilan Andritany di dua laga uji coba Timnas Indonesia cukup bagus. Ia berhasil memberikan rasa nyaman bagi para bek.
Kalaupun ia kebobolan dua gol saat Indonesia menjajal Vietnam, bisa dibilang bukan kesalahannya. Lemahnya koordinasi antarbek jadi penyebab Tim Negeri Paman Ho mencuri gol saat uji coba yang dihelat di Stadion Maguwohajo, Sleman, Minggu (9/10/2016).
Jika Kurnia Meiga tidak bisa mengembalikan level kebugarannya hingga akhir November, amat mungkin jika Alfred Riedl justru memilih Andritany Ardhiyasa sebagai penjaga gawang utama Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 nanti.
Beny Wahyudi
Sosok Beny Wahyudi tidak asing bagi Alfred Riedl. Nama sang pemain masuk daftar skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2010.
Hanya saja enam tahun silam, Beny yang kala itu baru saja sukses mengantar Arema Indonesia juara Indonesia Super League 2009-2010, diposisikan sebagai pemain pelapis. Di sektor kanan pertahanan, Alfred lebih percaya pada sosok Zulkifli Syukur.
Karier Beny sempat tenggelam karena cedera kambuhan. Posisinya di skuat inti tergerus di Tim Singo Edan.
Namun belakangan performanya kembali terlihat menanjak di Arema Cronus. Posisi inti bek sayap kanan pasukan Kera-kera Ngalam kembali digenggam oleh Beny Wahyudi.
Permainan Beny tipikal bek modern. Ia tak hanya kuat saat bertahan namun juga aktif saat membantu serangan. Ia amat disiplin dan memiliki stamina oke.
Mengusung formasi tradisional 4-4-2, Alfred amat berharap pemain yang bisa berposisi sebagai back four yang tahan banting. Di dua pertandingan uji coba terakhir Tim Merah-Putih, terlihat kalau pemain kelahiran 20 Maret 1986 tersebut, mampu menjalankan tugasnya dengan baik di sektor pertahanan timnas.
Kolaborasinya dengan gelandang sayap saat menggeber permainan ofensif cukup ciamik. Ia terlihat tidak sering lupa daratan meninggalkan sisi pertahanan karena asyik ingin maju ke depan.
Satu hal yang membuat Benny istimewa adalah kemampuannya melakukan crossing akurat ke jantung pertahanan lawan.
Rudolf Yanto Basna
Pada awalnya banyak pengamat sepak bola Tanah Air dibuat terkejut dengan keputusan Alfred Riedl memanggil Rudolf Yanto Basna. Ia dipercaya mengisi pos sebagai bek tengah yang biasanya dihuni pemain matang jam terbang.
Yanto yang baru berusia 21 tahun, baru setahun ini memulai karier profesional. Selepas membela Timnas Indonesia U-19 di Piala AFC U-19 2014, ia baru berkecimpung di kompetisi profesional. Ia dikontrak Mitra Kukar pada tahun 2015.
Ketiadaan kompetisi karena konflik antara PSSI dengan Kemenpora membuat bakat Yanto tidak benar-benar tereksploitasi. Namun dasar Yanto pemain berbakat, pemain yang sempat menempuh pendidikan di SAD Uruguay tersebut, terlihat bersinar kala menjadi pemain terbaik di turnamen Piala Jenderal Sudirman. Ia sukses mengantar klubnya sebagai juara turnamen.
Dengan tinggi badan menembus 183 cm, Yanto menjadi tembok kokoh yang sulit dilewati penyerang-penyerang lawan. Walau usianya masih muda, Rudolf Yanto Basna terlihat tidak minder.
Jangan heran di TSC 2016, bek kelahiran 12 Juni 1995 digaet Persib Bandung. Fleksibelitas posisi menjadi kelebihan Yanto. Ia bisa bermain sebagai bek sayap kanan atau stoper dengan sama baiknya.
Sang pemain bukan bek dengan tipikal main kasar. Jangan heran jika kemudian Afred Riedl kepincut memanggilnya ke Timnas Indonesia. Pelatih asal Austria tersebut bahkan mengesampingkan bek senior, Achmad Jufriyanto, yang dinilai banyak pengamat amat layak membela Tim Merah-Putih.
Namun, Alfred ternyata punya pandangan berbeda. Rudolf Yanto Basna dihadirkan untuk mempermulus peremajaan besar-besaran di skuat Timnas Indonesia. Alfred ingin pemain-pemain muda yang gaya bermainnya belum dihafal para pesaing.
Mendapat kepercayaan besar, Yanto membuktikan kapasitasnya. Saat Indonesia menjajal Malaysia dan Vietnam terlihat kalau sang pemain performanya amat matang. Ia cukup cermat membaca situasi dan amat sigap menutup ruang kosong di sektor pertahanan.
Kalaupun ada pekerjaan rumah yang perlu dibereskan adalah ia dituntut aktif berkomunikasi dengan rekan-rekannya. Hal yang amat krusial untuk mempermulus koordinasi di blok pertahanan.
Evan Dimas Darmono
Pemilihan Evan Dimas sebagai jenderal lapangan tengah tidak menciptakan polemik. Tiga tahun terakhir Evan adalah figur pemain yang amat diidolai publik sepak bola nasional.
Ia jadi satu-satunya pemain Timnas Indonesia U-19 besutan Indra Sjafri yang naik kelas secara cepat di level Timnas U-23 dan Senior. Pemain kelahiran Surabaya, 13 Maret 1995 itu dinilai sebagai sosok yang tepat menggantikan Firman Utina.
Sejak 2007 hingga 2014, figur Firman Utina bisa dibilang tak tergantikan sebagai playmaker Tim Merah-Putih. Usia sang pemain kini sudah 36 tahun, sudah menjadi hukum alam kalau ada pemain muda lain yang menggantikan.
Evan Dimas dinilai pantas menggantikan Firman. Gelandang serang binaan SSB Mitra Surabaya tersebut diposisikan sebagai motor permainan lini tengah oleh Alfred Riedl. Dengan skill individu di atas rata-rata dan visi bermain yang matang, ia berperan besar mendukung skenario passing games yang diinginkan sang pelatih.
Evan jadi penyambung lini tengah dan depan. Dengan mengandalkan pola 4-4-2, peran Evan amat sentral. Kerjanya akan lebih berat, karena ia dituntut tidak hanya membantu serangan, tapi juga kudu bersiap membendung serangan.
Peran membantu pertahanan ini yang terhitung baru bagi Evan. Selama ini ia terbiasa bermain dengan patron 4-3-3 di mana ia kerap muncul sebagai pemain pemecah kebuntuan. Torehan golnya yang terhitung banyak di Timnas U-19 dan U-23 menegaskan naluri ofensif Evan yang telah mendarah daging.
Di dua uji coba Timnas Indonesia terlihat kalau Alfred Riedl masih mencari rekan duet Evan. Terutama untuk menutupi kelemahan Evan di sisi bertahan. Saat duel kontra Malaysia, pelatih asal Austria itu memilih Bayu Pradana. Selanjutnya kala pertandingan melawan Vietnam, ia menempatkan Dedi Kusnandar.
Andik Vermansah
Andik Vermansah sejatinya bukan pemain yang disukai Alfred Riedl. Gaya bermain yang cenderung individualis tak sejalan dengan tipe permainan kolektif yang disukai oleh mentor asal Austria tersebut.
Tapi itu dulu, sekarang gaya bermain Andik jauh berubah. Semenjak bergabung di klub Malaysia, Selangor FA, selama dua musim terakhir pemain jebolan Persebaya Surabaya tersebut menunjukkan kalau ia adalah pemain tim yang jempolan.
Tidak ada cerita Andik Vermansah kerap memaksakan diri menerobos lini pertahanan lawan dengan aksi individu. Ia bermain sangat efektif, kerapkali bersedia mengalah menyodorkan umpan ke rekannya yang punya posisi menguntungkan di lini pertahanan lawan. Andik yang dulu dikenal punya kelemahan dalam akurasi passing dan crossing, kemampuannya sudah jauh berkembang.
Dua musim terakhir ia jadi raja assist bagi klubnya. Perkembangan positif tersebut membuat Alfred Riedl tak ragu-ragu memanggil sang pemain.
Andik yang tak bisa leluasa kembali ke Tanah Air karena aktivitas padat bersama Selangor FA di pentas kompetisi Negeri Jiran diberi dispensasi. Namanya tak langsung dipinggirkan hanya karena ia tak bisa ikut latihan pelatnas.
Alfred Riedl amat realistis. Pemain kelahiran Jember, 23 November 1991 adalah sayap kanan terbaik yang dimiliki Indonesia saat ini. Ia tak hanya cepat, tapi juga jadi momok menakutkan kala melakukan tusukan ke area kotak penalti lawan. Kemampuan Andik kian lengkap karena ia juga bisa jadi pelayan bagi para striker.
Saat Timnas Indonesia menjajal Malaysia, Andik kerap membuat lini pertahanan lawan pontang panting menjaga pergerakannya. Demikian juga di laga melawan Vietnam. Ia kerap jadi pemain korban kekasaran lawan. Tenaganya amat dibutuhkan Tim Merah-Putih untuk memperkuat sisi penyerangan.
Zulham Zamrun
Zulham Zamrun adalah tipikal penyerang di era sepak bola modern saat ini. Ia berposisi sebagai winger namun punya produktivitas yang tak kalah dibanding striker yang jadi target man.
Alfred Riedl memasukkan nama Zulham di jajaran skuat Timnas Indonesia di Piala AFF 2014 lalu. Namun perannya kala itu tak begitu besar. Sinar kebintangannya tertutupi oleh M. Ridwan dan Boaz Solossa.
Kini, permainan pemain kelahiran Ternate, 19 Februari 1988 tersebut lebih matang. Zulham bahkan sekarang terlihat lebih buas dalam urusan mencetak gol. Kesuksesannya menjadi Top Scorer Piala Presiden 2015 bersama Persib Bandung menunjukkan tipikal permainan Zulham mirip-mirip Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi.
Gol tendangan bebas saat uji coba Indonesia vs Vietnam di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Minggu (9/10/2016) menjadi penegas kemampuan Zulham yang serba bisa. Jago melakukan tusukan, penyodor umpan, serta eksekutor bola mati.
Jika berada dalam kondisi fit nama sang pemain hampir pasti menghuni posisi gelandang sayap Tim Merah-Putih di Piala AFF nanti. Ia tidak akan bermain sebagai gelandang sayap tradisional yang cenderung sebagai pelayan, tapi juga disiapkan sebagai pemain pemecah kebuntuan.
Irfan Bachdim
Sejak mendarat di Indonesia di Piala AFF 2010, Alfred Riedl amat suka dengan permainan Irfan Bachdim. Berbekal pengalaman bermain di kompetisi Belanda bersama Utrecht FC, Irfan yang dibina Akademi Ajax Amsterdam merupakan pemain dengan kecerdasan di atas rata-rata.
Seperti kebanyakan pesepak bola yang ditempa di Negeri Kincir Angin lainnya, Irfan tipikal pemain serba bisa. Ia bisa berperan sebagai penyerang tengah, gelandang serang, serta penyerang sayap.
Di Timnas Indonesia, pesepak bola kelahiran Amsterdam, 11 Agustus 1988 tersebut diplot sebagai penyerang tengah. Ia berduet dengan predator lainnya dalam skema 4-4-2.
Alfred Riedl seakan tak mau ambil pusing dengan status Irfan yang spesialis cadangan di klub Jepang, Consadole Sapporo. Terlepas di klubnya ia jarang diturunkan, namun Irfan yang menjalani latihan rutin di Negeri Sakura dinilai dimatangkan standar pembinaan sepak bola level atas.
Menghadapi persaingan level Asia Tenggara, Timnas Indonesia butuh pemain yang terbiasa menghadapi atmosfer persaingan elite. Jepang salah satu negara papan atas Asia di persaingan dunia sepak bola dunia.
Dan benar saja keputusan Alfred tidak keliru. Di dua pertandingan persahabatan Irfan Bachdim selalu mencetak gol. Ia terlihat tidak kesulitan bekerja sama dengan pemain-pemain lain yang mayoritas minim pengalaman membela Tim Merah-Putih senior.
Boaz Solossa
Melakukan peremajaan besar-besaran di skuat Timnas Indonesia, Alfred Riedl butuh sosok pemimpin yang bisa mendongkrak mental bertanding anak-anak muda yang kini jadi bagian dari Tim Garuda.
Boaz Solossa dinilai sebagai sosok yang cocok untuk hal yang satu ini. Ia menunjukkan kesuksesan sebagai kapten Persipura Jayapura, sepeninggal pemain flamboyan Eduard Ivakdalam beberapa tahun silam.
Boaz mengawal proses regenerasi di Tim Mutiara Hitam dengan sukses. Persipura di era Boaz menjadi kapten sukses dua kali menjadi kampiun Indonesia Super League, yakni pada musim 2010-2011 dan 2013.
Patut dicatat Boaz sedikit pemain lokal yang bisa eksis di jajaran atas pencetak gol terbanyak di kompetisi kasta elite. Ia mencatatkan diri sebagai Top Scorer ISL musim 2008-2009 (28 gol), 2010-11 (22 gol), dan 2013 (25 gol). Alfred Riedl butuh penyerang matang pengalaman yang ketajamannya stabil.
Boaz yang terbiasa membimbing pemain-pemain belia di Persipura diharapkan melakukan hal serupa di Timnas Indonesia. Jabatan kapten yang diberikan kepada pemain Sorong, 16 Maret 1986 tersebut menegaskan besarnya peran sang pemain di skuat Timnas Piala AFF 2016.
Boaz terlihat memberi warna pada lini depan timnas. Kolaborasinya dengan Irfan Bachdim tampak membuat lini pertahanan Malaysia dan Vietnam keteteran. Di usia yang menginjak 30 tahun Boaz masih punya kecepatan lari di atas rata-rata.