Bola.com, Jakarta - Bayern Munchen menuai sorotan usai tampil melempem pada laga akhir pekan kontra Eintracht Frankfurt. Hasil imbang 2-2 membuat posisi puncak terancam. FC Koln dan Hertha Berlin menjadi dua tim yang siap mengambil alih status pemimpin klasemen sementara Bundesliga 2016-2017, dari FC Hollywood.
Pada sisi lain, performa Bayern Munchen terlihat melorot. Setidaknya bisa terlihat dari hasil akhir pada tiga partai terakhir, termasuk satu kekalahan di ajang Liga Champions.
Selain hasil imbang 2-2 kontra Eintracht Frankfurt, Bayern Munchen menuai hasil seri versus FC Koln dan takluk 0-1 kala bertemu Atletico Madrid. Penampilan tersebut kontradiktif dengan tiga laga pembuka musim ini, yang berujung kemenangan.
Die Roten menggulung Werder Bremen dengan skor 6-0 pada laga pembuka musim (27/8/2016), menang saat tandang ke markas Schalke (2-0) dan menuai tiga poin kala menjamu Ingolstadt (3-1). Sayang, konsistensi menjadi barang mahal bagi Bayern Munchen, sehingga terpuruk pada 3 partai terakhir.
Berikut ini 5 faktor yang membuat Bayern Munchen terpuruk.
Kebiasaan Buruk
1. Kebiasaan Buruk
Pelatih Bayern Munchen, Carlo Ancelotti mengungkapkan, timnya melakukan beberapa hal buruk yang terus terulang. Alhasil, Eintracht Frankfurt mampu memanfaatkan itu untuk menyamakan kedudukan menjadi 2-2.
Carletto menyoroti tindak tanduk anak asuhnya, terutama pada babak pertama, yang dianggap tak biasa. "Kami seperti tertidur pada 45 menit pertama, dan memang tak layak untuk menang," tegasnya.
Kapten Bayern Munchen, Philipp Lahm menyadari hal tersebut. Ia mengaku pada tiga laga terakhir, termasuk versus Eintracht Frankfurt, rekan-rekannya kurang maksimal. "Kami kehilangan patron yang sebenarnya, dan itu membuat permainan tak maksimal," cetusnya.
Kebebasan Ancelotti
2. Kebebasan Ancelotti
Karakter Carlo Ancelotti menyumbang kegagalan Bayern Munchen pada tiga laga terakhir. Khusus saat bersua Eintracht Frankfurt, terlihat perbedaan mencolok Carletto dengan Josep Guardiola.
Guardiola identik dengan berdiri di pinggir lapangan sembari memberi instruksi dengan ekspresi 'maksimal'. Hal itu berbeda dengan Carletto, yang cenderung memberi kebebasan pada para pemain untuk berkreasi.
Sayang, kebebasan tersebut justru tak terarah. Saat skor berubah menjadi 2-2, Carletto teteap kalem. Hal itu bakal berbeda jika Guardiola ada di sisi lapangan. "Saya pikir setiap orang harus mengerti kalau kebebasan berarti kepercayaan. Tapi kami harus bisa mengikuti situasi ini sekarang," ucap Lahm.
Sistem Berubah
3. Ubah Sistem
Pada era Carlo Ancelotti, pola pertahanan Bayern Munchen lebih dalam. Hal itu berbeda dengan Josep Guardiola. Pep lebih senang para pemain bertahan keluar dari zona pertahanan tradisional, sehingga membuat lawan tak bisa menguasai bola di area penalti.
Pada era Guardiola, Bayern menikmati penguasaan bola sampai 70 persen. Selain itu, rata-rata ada 700 umpan per pertandingan.
Carlo Ancelotti mengubah pakem, yang membuat saling umpan para pemain mnejadi 665 per pertandingan. Penguasaan bola juga menurun sampai ke angka 62 persen, dan itu terjadi saat bersua Eintracht Frankfurt.
Catatan tersebut terjadi untuk kali pertama sejak Oktober 2008. Saat ditangani Guardiola, umpan gagal Bayern Munchen ada di angka 12 persen, berbanding 20 persen di bawah Ancelotti.
Tempo Penyerangan Lambat
4. Tempo Penyerangan Lambat
Bayern Munchen membuka musim ini dengan beberapa kemenangan besar. Mereka menekuk Carl-Zeiss Jena (5-0), Werder Bremen (6-0) dan Rostov (5-0). Sejak saat itu, penampilan mereka semakin menurun, terutama kala bersua Eintracht Frankfurt dan FC koln.
Fakta pendukung sudah terlihat. Thomas Muller belum mencetak gol pada tujuh laga Bundesliga. Sementara Robert Lewandowksi tak merobek jala lawan sebanyak lima pertandingan.
Sekarang, tempo permainan Bayern Munchen semakin melambat. Hal itu terpengaruh komposisi dan prilaku area tengah, yang kembali melorot. "Apa yang kita lihat sekarang bukan Bayern Munchen. Kami tak boleh bermain seperti ini lagi," tegas Arjen Robben.
Kehilangan Efek Sammer
5. Kehilangan Efek Sammer
Pada saat Josep Guardiola menangani Bayern Munchen, setiap ada krisis, penanganan selalu cepat. Hal itu terjadi berkat keberadaan Direktur Olah Raga, Matthias Sammer. Ia mampu bergerak cepat mencari solusi.
Sammer mengundurkan diri pada April, dan belum tergantikan. Kapasitas eks bek timnas Jerman tersebut tak bisa dijalankan orang lain.
Chairman Bayern Munchen, Karl-Heinz Rummenigge mengakui ada yang hilang dari sisi pengeloaan. Ketiadaan posisi yang ditinggal Sammer, membuat Carletto akan susah bergerak, dan itu diakui sang legenda.
Sumber: citizentv.co.ke, Bild.de