Bola.com, Makassar - Rasyid Assyahid Bakri sudah bergabung di PSM Makassar sejak 2011. Gelandang kelahiran 17 Januari 1991 ini sudah pernah membela pada semua level usia di timnas junior. Terakhir, Rasyid tercatat sebagai anggota skuat timnas Indonesia di Asian Games 2014.
Pada usianya yang kini 25 tahun, penampilan Rasyid kian matang. Di Torabika Soccer Champioship (TSC) 2016 presented by IM Ooredoo, dia menjadi salah satu pemain penting di PSM.
Sebagai gelandang, Rasyid sudah membuat enam assist dan empat gol buat Juku Eja sampai pekan ke-25. Penampilan militan, spartan, dan teknik olah bola yang prima membuat Rasyid digadang-gadang bakal menggantikan peran seniornya, Syamsul Chaeruddin di PSM.
Baca Juga
Pelatih PSM, Robert Alberts, tetap mempercayakan satu tempat di skuat starter meski di lini tengah ada Wiljan Pluim, Rizky Pellu, Syamsul, Ronald Hikspoors, dan Ardan Aras. Dua nama terakhir, akhirnya di dorong ke belakang, bergantian jadi bek tengah.
Sebagai putra asli Makassar, Rasyid tentu menyimpan banyak asa bersama PSM. Seperti pemain lainnya, dia pun memendam asa kembali berkostum timnas.
Dia juga sudah merenda rencana bila tidak lagi berstatus pemain. Apa saja? Berikut petikan wawancara Bola.com dengan Rasyid.
Anda dinilai tampil apik bersama PSM di TSC 2016. Bagaimana Anda menanggapinya?
Alhamdulillah, kalau kerja keras saya bersama PSM dinilai positif. Saya punya prinsip, berusaha tampil lebih baik dari sebelumnya.
Saya beruntung masuk dalam skuat PSM yang dilatih Robert Alberts. Dia pelatih yang tegas dan disiplin. Di sisi lain, Robert juga piawai dalam memotivasi pemain dan tim. Bersama PSM dan Robert, saya merasa penampilan dan fisik saya jauh lebih baik dari sebelumnya.
Sejak PSM ditangani Robert, Anda sudah dimainkan pada semua posisi di lini tengah. Sebenarnya, posisi apa yang Anda sukai?
Sebagai pemain, saya harus tunduk dan mengikuti apapun instruksi pelatih. Saya tidak masalah dipasang di sisi tengah atau sayap. Tapi secara pribadi, saya lebih nyaman bermain sebagai gelandang tengah. Bertahan atau menyerang.
Empat gol dan enam assist buat PSM di TSC 2016 membuat Anda kian diyakini sebagai penerus Syamsul Chaeruddin di Juku Eja. Anda merasa terbebani?
Tidak juga. Saya malah semakin termotivasi. Tapi, terlalu dini kalau saya dibandingkan dengan Syamsul. Saya belum ada apa-apanya dibandingkan dia.
Saat ini, Syamsul di mata saya tetap lebih baik. Dia adalah ikon PSM. Saya mendapat banyak masukan dari Syamsul, idola saya sejak kecil. Saya bangga bisa satu tim dan bermain bersamanya.
Di putaran kedua TSC 2016, PSM menjelma jadi tim yang solid dan sulit dikalahkan. Apa target Anda bersama PSM di TSC 2016 dan musim depan?
Saya ingin membawa PSM minimal bertengger di peringkat lima klasemen akhir TSC 2016. Ini akan jadi modal PSM bersaing di liga resmi musim depan. Saya ingin membawa PSM juara di liga resmi. Ini adalah impian semua pemain asli Makassar.
Ada keinginan yang lain?
Sebagai pemain, saya tentu ingin kembali berkostum tim nasional. Memang tidak mudah mewujudkannya. Tapi, saya yakin, saatnya akan tiba di lain waktu. Yang penting, saat ini saya fokus dulu membawa PSM meraih prestasi dengan tampil optimal di setiap partai.
Sebagai putra asli Makassar, saya berharap PSM terus memakai jasa saya. Saya ingin mengakhiri karier bersama PSM. Saya berencana pensiun pada usia kepala tiga. Setelah itu, saya mungkin membuka usaha kecil-kecilan bersama keluarga atau jadi orang kantoran.