Firman Utina Dkk Berbagi Cerita Mengejar Lisensi Pelatih AFC

oleh Gatot Susetyo diperbarui 23 Okt 2016, 15:30 WIB
Para mantan pemain dan pelatih yang mengikuti kursus lisensi AFC C di Pusat Latihan Usia Muda di Sawangan, Depok, awal Oktober 2016. (Bola.com/Robby Firly)

Bola.com, Depok - Pencabutan sanksi pembekuan FIFA terhadap sepak bola Indonesia juga jadi berkah bagi para pelatih yang mengikuti kursus lisensi AFC C di Pusat Latihan Usia Muda di Sawangan, Depok, 25 September-8 Oktober.

Sebanyak 20 peserta yang berasal dari latar belakang mantan pemain dan pelatih aktif sangat antusias semua program pelatihan yang diawasi langsung tim penguji dari AFC. Sebenarnya, mereka sudah menjalani kursus tahun lalu, bila Indonesia tak disanksi AFC dan FIFA akibat kisruh di sepak bola Indonesia.

Saat itu, Firman Utina dkk. sudah berada di dalam kelas dan siap mengikuti materi hari pertamanya. Namun, tiba-tiba surat pembekuan Indonesia dijatuhkan FIFA. Alhasil, kursus pun terpaksa dibatalkan dan seluruh peserta harus kembali ke daerah masing-masing. Berikut kisah perjuangan para peserta berangkat ke Sawangan. 

Advertisement

 

Kurnia Patmedi, mantan arsitek Perseta Tulungagung dan PSBK Kota Blitar, mengungkapkan dirinya harus cari pinjaman dana dari temannya agar tak kehilangan kesempatan emas itu.

"Biaya kursus naik seratus persen. Sebelum Indonesia disanksi FIFA, kami hanya membayar lima juta rupiah. Tapi sekarang 10 juta. Karena saat itu, peserta dapat subsidi dari PSSI. Saya terpaksa harus utang dari teman. Jika saya tak ikut kursus tahun ini sangat rugi, karena pelatih lain yang sudah antre akan menggantikan," tutur Kurnia Patmedi.

Bagi mantan pemain Mitra Surabaya itu, biaya Rp 10 juta sangat besar. "Karena saya tak pegang tim. Jadi saya tak punya pemasukan. Saya terpaksa pinjam uang, daripada saya harus menunggu kursus tahun depan. Apalagi, situasi sepak bola kita hingga kini belum jelas," katanya.

Kondisi Kurnia Patmedi berbeda dengan Redi Suprianto. Dia tak merasa terbebani, karena tahun ini dia dapat penghasilan dari melatih tim PS Mojokerto Putra. Sementara M. Hasan, juru racik Persinga Ngawi yang timnya didiskualifikasi Komdis akibat kerusuhan pemain Ngawi dengan wasit di Sleman lalu mengaku bersyukur.

"Saya ambil hikmah dari kasus Persinga lalu. Jika Persinga tak didiskualifikasi, kami mungkin saat ini berlaga di babak 16 besar ISC B. Jika itu terjadi, saya tak bisa ikut kursus ini," ujar M. Hasan.

Pengorbanan juga dilakukan pemain yang saat ini masih terikat kontrak di klub-klub Torabika Soccer Championship presented by IM3 Ooredoo, seperti Firman Utina, M. Ridwan, dan Rudi Widodo. Karena ikut kursus, mereka terpaksa izin meninggalkan klubnya.

"Rencana saya setelah gantung sepatu, selanjutnya ingin jadi pelatih. Jika tahun lalu PSSI tak dibekukan FIFA, saya tak perlu meninggalkan klub seperti saat ini. Tapi kami ke Sawangan seiZin manajemen Sriwijaya FC," kata Firman Utina.

 

Berita Terkait