Romansa Alessandro Del Piero: Antara Cinta, Setia, dan Air Mata

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 09 Nov 2016, 13:08 WIB
Alessandro Del Piero saat menjalani sesi foto bersama Adidas, di London, 30 Maret 1997. (Adidas).

"Cinta tak memberikan apapun, kecuali keseluruhan dirinya, utuh dan penuh. Cinta pun tak akan mengambil apa-apa, kecuali dirinya sendiri. Cinta tak memiliki ataupun dimiliki, karena cinta telah cukup untuk cinta" — Kahlil Gibran

Bola.com — Hampir 100 tahun, defenisi cinta yang dijabarkan penyair tersohor asal Lebanon bernama Kahlil Gibran sudah melekat dalam romansa manusia. Namun, jika ditelaah secara universal makna yang terkandung dalam cinta ternyata tak melulu soal asmara. Penjabaran maknanya pun berdampingan erat, beriringan, serta tak terpisahkan dalam dunia sepak bola.

Advertisement

Dalam unsur cinta pun melekat makna kesetiaan yang selama itu menjadi ukuran kesakralannya. Makna tersebut pun sudah terlahir secara alami ketika seorang pria Italia bernama Alessandro Del Piero memilih Juventus sebagai ‘wanitanya’.

Padahal, Del Piero sama sekali tak punya kedekatan khusus dengan Turin, kota asal Juventus. Dia dilahirkan di Conegliano yang bila ditarik garis lurus terpisah jarak 371 kilometer dari Turin.

Kesetiaan milik Del Piero kepada Juventus tak perlu diragukan. Pada penghujung musim 2005-2006, tersiar kabar soal adanya aksi ‘main belakang’ dalam sepak bola Italia. Juventus menjadi salah satu klub yang diduga terlibat setelah terungkapnya transkip rekaman pembicaraan antara pejabat sepak bola Italia dengan Direktur Umum klub, Luciano Moggi.

Dalam pembicaaan itu, diketahui adanya upaya untuk memengaruhi penunjukkan wasit dalam laga yang melibatkan Juventus pada di musim 2004-2005. Publik Italia kemudian mengenal skandal tersebut dengan istilah Calciopoli.

Pemberitaan media mulai mengganggu Si Nyonya Tua. Sebab, jika terbukti bersalah ancamannya pun tak main-main yakni berupa pengurangan poin, denda uang, hingga yang terberat turun kasta ke liga yang lebih rendah dari Serie B.

Konsentrasi para pemain mulai terpecah. Padahal, mereka tinggal selangkah mengunci gelar Serie A 2005-2006. Hingga pada akhirnya usai salah satu laga Serie A, ruang ganti Juventus mendadak hening.

Tahun 1993, Juventus membeli Alessandro Del Piero. Secara bertahap, ia berkembang menjadi sebuah ikon klub Juventus dan dipuja oleh pendukung klub asal Turin tersebut. Ia telah mengemas 290 gol. (AFP Photo).

Tak ada kritikan atau pujian Fabio Capello soal penampilan Juventus di lapangan. Tak ada ungkapan kegembiraan atau komunikasi yang wajar terjalin usai pertandingan. Semuanya datar-datar saja karena para pemain cenderung terdiam dengan tatapan kosong entah ke mana.

Bahkan, nafas terengah dari 11 pemain yang baru berjuang di lapangan pun mendadak tak berbunyi. Dengan nada pelan, dua belah bibir Del Piero bergetar dan mengeluarkan suara lirih.

“Silahkan mengambil keputusan, namun aku akan tetap di sini meski bermain tanpa gaji sekalipun. Juventus telah membawaku saat muda, kini saatnya aku membawa Juventus kembali.

Kalian semua tetaplah temanku. Aku akan menyayangi kalian semua. Aku akan menghormati kalian dan semua staf yang ada di sini karena kalian pernah membela seragam kebesaran ini, seragam hitam putih.”

Pidato singkat sarat makna itu akhirnya memecah keheningan. Para pemain kemudian secara bergantian menjabat tangan Del Piero. Bola mata pelatih Fabio Capello pun tampak berkaca-kaca sembari memeluk Del Piero.

Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) melalui jaksa Stefano Palazzi per tanggal 4 Juli 2006 akhirnya memutuskan Juventus, dan empat klub lainnya seperti AC Milan, Fiorentina, Lazio, dan Reggina terlibat kasus Calciopoli.

Upaya banding pun dilakukan demi meringankan sanksi terberat yakni turun ke Serie C. Banding Juventus diterima dan dinyatakan turun ke Serie B untuk musim 2006-2007. Sedangkan klub lainnya terhindar dari sanksi turun kasta, hanya pengurangan poin untuk tabel klasemen 2005-2006.

Mahkota Serie A 2005-2006 yang sejatinya milik Juventus akhirnya beralih untuk Inter Milan. Juventus pun harus merelakan gelar pada musim 2004-2005 turut dicoret oleh FIGC. Meski pada akhirnya tifosi Juventus bersikeras mengakui gelar tersebut, walau hanya dalam hati.

Keputusan turun ke Serie B pun membuat Juventus ditinggalkan para pemainnya. Fabio Cannavaro, Lilian Thuram, Zlatan Ibrahimovic, Patrick Vieira, hingga Adrian Mutu memilih untuk hengkang.

Sedangkan Del Piero tetap pada pendiriannya untuk setia bersama Juventus. Jejak itu diikuti oleh pentolan Juventus lainnya seperti Pavel Nedved, David Trezeguet, Gianluigi Buffon, Mauro Camoranesi, hingga Giorgio Chiellini.

Sementara itu, Capello memilih untuk mengundurkan diri dan melanjutkan karier sebagai pelatih Real Madrid. Perannya di turin digantikan Didier Deschamps yang akhirnya sukses membantu Juventus kembali ke Serie A setelah dengan menjadi kampiun Seri B 2006-2007 dengan koleksi 85 poin hasil 28 kemenangan, 10 kali imbang, dan empat kali kalah.

Kecintaan Del Piero terhadap Juventus pun dibuktikannya dengan torehan gol pada musim tersebut yang mencapai 20 gol. Jumlah tersebut membuatnya meraih sepatu emas Serie B 2006-2007.

Sikap kesatria yang ditunjukkan Del Piero sebagai Il Capitano Juventus sudah tertulis dalam sejarah. Bukti nyata dari cinta tulus yang tak hanya dalam keadaan bahagia, namun dalam keadaan tersulit sekalipun.

2 dari 3 halaman

Mimpi Sang Supir Truk

Reaksi kekecewaan striker dan kapten Juventus Alessandro Del Piero di laga lanjutan Serie A lawan Parma di Olympic Stadium, Turin, 6 Januari 2011. Juve kalah 0-1. (AFP)

Mimpi Sang Supir Truk

Jauh sebelum Italia digemparkan skandal Calciopoli, tepat hari ini, 9 November, 42 tahun silam, tangisan bayi laki-laki memecah keheningan Conegliano. Pekikan teriakan pertama dari bayi hasil cinta dari ibu bernama Bruna dan ayah bernama Gino itu bahkan nyaris meruntuhkan kastil-kastil kuno Conegliano yang sudah berdiri sejak abad ke XII.

Bayi itu akhirnya diberi nama Alessandro Del Piero. Setelah beranjak dewasa, keluarga kecil itu akhirnya bermigrasi ke dusun Saccon. Del Piero ketika itu tinggal di rumah pedesaan di San Vendemiano.

Di situ, Del Piero kecil menghabiskan masa kecilnya hingga beranjak remaja. Bersama kedua temannya, Nelso dan Pierpaolo, yang sama-sama memiliki mimpi untuk menjadi pesepak bola. Mereka rutin memainkan sepak bola di halaman belakang mulai terik hingga matahari terbenam.

Penghasilan Gino sebagai tukang listrik dan Bruna sebagai pembantu rumah tangga, dirasa kurang untuk memenuhi kebutuhan Del Piero dan kakaknya, Stefano. Situasi itulah yang membuat Del Piero harus menjajal pekerjaan menjadi supir truk.

Pekerjaan itu dilakoninya agar bisa membantu roda perekonomian keluar dan melihat lebih dekat dunia. Sesekali Del Piero harus mengantarkan barang berupa sembako dan kebutuhan konstruksi dari satu kota ke kota lainnya.

Meski disibukkan dengan pekerjaannya sebagai pengemudi, Del Piero tetap menyempatkan diri untuk melatih permainan sepak bolanya. Del Piero akhirnya diterima bermain untuk tim muda dari klub lokal San Vendemiano.

Bukan sebagai penyerang, ketika itu Del Piero diplot sebagai penjaga gawang. Hal itu terjadi setelah ibunya beranggapan jika Del Piero bermain sebagai kiper maka lebih lama bermain ketimbang posisi lainnya.

Selain itu, Bruna juga beranggapan posisi penjaga gawang lebih sedikit mengeluarkan keringat. Sehingga putera kesayangannya tak perlu banyak bergerak sekaligus meminimalisir potensi cedera. Namun, pemikiran tersebut lambat laun ditentang oleh Stefano. Kakak Del Piero menilai adiknya itu tampak lebih baik bermain sebagai penyerang.

Selama tujuh tahun membela San Vendemiano, bakat Del Piero akhirnya terendus oleh klub Serie B, Padova. Tiga musim bermain di level junior, karier Del Piero kemudian dilanjutkan ke tim senior dan berhasil mencatatkan 14 pertandingan serta tujuh gol rentang 1991-1993.

Penampilan apik Del Piero ternyata terdengar ke telinga pencari bakat Juventus. Pada 1993, Del Piero kemudian harus terpisah dengan keluarganya karena bergabung dengan Juventus, klub yang berdomisi di Turin

Pelatih Juventus ketika itu, Giovanni Trapattoni, menginginkan Del Piero langsung masuk skuat senior. Namun, pada akhirnya Ale, sapaan akrab Del Piero, lebih dulu membela Juventus Primavera di bawah kendali pelatih Antonello Cuccureddu.

Pada masa singkatnya bersama skuat Zebra Muda, Del Piero berhasil membantu timnya meraih trofi Torneo di Viareggio 1994 dan Scudetto U-21 1992-1993. Titik inilah yang menjadi awal kesuksesan Del Piero bersama Juventus.

Del Piero kemudian memulai debutnya bersama tim senior Juventus pada 12 September 1993. Ketika itu, Juventus ditahan imbang 1-1 oleh Foggia. Gol pertama Del Piero untuk Juventus tercipta ketika dalam laga melawan Reggiana.

Selebrasi striker Juventus Alessandro Del Piero di laga lanjutan Serie A melawan Lecce di Olimpico Turin, 17 Oktober 2010. Juve unggul 4-0. Del Piero menyamai rekor 178 gol Giampiero Boniperti. (AFP PHOTO / OLIVIER MORIN)

Masuk sebagai pemain pengganti, Del Piero menegaskan kemenangan 4-0 Juventus setelah mencetak gol pada menit ke-81. Pada musim tersebut, Juventus finis di posisi kedua dan Del Piero tampil dalam 11 laga serta mencetak lima gol.

Scudetto perdana yang dipersembahkan Del Piero untuk Juventus terjadi pada musim selanjutnya. Juventus ketika itu finis diurutan perdana dengan koleksi 73 poin dan dinobatkan sebagai kampiun Serie A 1994-1995.

Del Piero mendapatkan kepercayaan Lippi untuk bermain dalam 29 laga Serie A. Kepercayaan mahal itu dibayar dengan torehan delapan gol dari 2016 menit bermain.

Keperkasaan Juventus semakin terlihat pada musim berikutnya. Berlatar Stadion Olimpico Roma, 22 Mei 1996, ketika itu penuh sesak. Maklum, publik Italia bersatu padu mendukung Juventus yang tengah berjuang meraih trofi Liga Champions di tanahnya sendiri.

Hari itu terasa spesial bagi Del Piero yang belum genap berusia 22 tahun. Sebab, ia dipercaya bermain sebagai starter untuk panggung elit sekelas final Liga Champions melawan raksasa Belanda, Ajax Amsterdam.

Dengan skema 4-3-3, Lippi mempercayakan Del Piero untuk menemani Fabrizio Ravanelli dan Gianluca Vialli di lini depan. Sedangkan Louis van Gaal memainkan skema 3-4-3 dengan trisula Kiki Musampa, Finidi George dan Nwankwo Kanu.

Publik Olimpico yang ketika itu dipadati 67.000 penonton kemudian bergemuruh. Ravanelli sukses mencetak gol pembuka pada laga yang masih berusia 13 menit. Namun, keunggulan tersebut hanya berlangsung sampai menit ke-41 setelah Ajax mencetak gol penyama melalui Jari Litmanen.

Pada babak kedua, Lippi mulai melakukan bongkar pasang pemain. Namun, Del Piero tak tersentuh pergantian. Perubahan pemain tak mengubah hasil pertandingan hingga 120 menit. Wasit Manuel Diaz Vega asal Spanyol kemudian memutuskan pemenang harus ditentukan melalui drama adu penalti.

Del Piero ketika itu diplot sebagai penendang kelima. Namun, eksekusi tersebut urung terlaksana setelah empat penendang awal yakni Ciro Ferrara, Gianluca Pessotto, Michele Padovano, dan Vladimir Jugovic sukses melakukan tugasnya.

Sementara itu, di kubu lawan hanya Litmanen dan Arnold Scholten yang sukses. Edgar Davids dan Sonny Silooy gagal membobol gawang Juventus kawalan Angelo Peruzzi. Juventus mengunci gelar Liga Champions dengan skor 4-2.

Gelar tersebut terasa spesial bagi Juventus karena menjadi yang kedua setelah terakhir diraih pada 1984-1985. Demikian halnya dengan Del Piero yang baru dua musim berseragam Hitam-Putih sudah menyabet dua trofi bergengsi, Scudetto dan Liga Champions.

Kebahagiaan itu tak dapat dibendung oleh Del Piero. Berstatus pemuda dari desa terpencil yang pernah menjadi supir truk demi menyambung hidup, kini mewujudkan mimpinya dan mencatatkan nama dalam buku sejarah kesuksesan Juventus.

3 dari 3 halaman

Air Mata dan Perpisahan

Kapten Juventus, Alessandro Del Piero memberi salut buat tifosi setelah mencatat penampilan ke-600 untuk Juventus pada 10 Mei 2009 di San Siro, Milan. (AFP).

Air Mata dan Perpisahan

Sama seperti musim sebelumnya, Del Piero selalu menatap percaya diri musim barunya bersama Juventus. Kali ini pada edisi 2011-2012 musimnya sedikit terasa spesial karena Juventus kedatangan pelatih baru bernama Antonio Conte, sosok yang pernah menjadi rekan setim.

Namun, ketika itu di lubuk hati yang paling dalam miliknya juga terselip kekhawatiran. Ia sadar usianya sudah tak lagi muda yakni 37 tahun dan kontraknya akan berakhir pada penghujung musim.

Apa yang dikhawatirkan Del Piero ternyata menjadi kenyataan. Perannya di lini depan mulai tergeser Alessandro Matri dan sang kapten lebih sering memulai pertandingan dari bangku cadangan.

Masa depannya semakin jelas setelah Presiden Juventus Andrea Agnelli memutuskan tak memperpanjang kontrak Del Piero. Laga emosional Del Piero bersama Juventus akhirnya terjadi pada pekan terakhir Serie A 2011-2012.

Juventus kala itu kedatangan tamu dari Bergamo yakni Atalanta. Dengan skema 4-3-3, Del Piero bermain starter mendampingi Maro Boriello dan Emanuele Giaccherini di lini depan.

Del Piero berhasil mencetak gol pada menit ke-28 yang membuat Juventus unggul 2-0. Sebab, Luca Marrone sebelumnya telah membuka keunggulan untuk tim tuan rumah pada menit ke-10.

Setelah mencetak gol, seluruh pemain Juventus langsung mengerumuni Del Piero. Selebrasi gol yang seharusnya gegap gempita berubah menjadi haru. Wajah Del Piero menjadi penuh makna, entah bahagia mencetak gol atau sedih karena itu adalah laga terakhirnya bersama Juventus di liga.

Momen emosional kemudian berlanjut pada menit ke-57 setelah Conte memutuskan menarik keluar Del Piero dan memasukkan Simone Pepe. Seluruh stadion bergemuruh, para suporter bertepuk tangan. Kemudian Del Piero memberikan sembah hormatnya untuk para pendukung setia. Tak hanya itu, pemain Atalanta pun silih berganti menyalami sang kapten.

Del Piero dengan spontan memutari lapangan menyapa setiap sudut stadion. Sadar tak akan melihat lagi aksi sang kapten, sejumlah suporter bahkan tak sanggup menitikan air matanya. Juventus ketika itu menang 3-1. Namun, kemenangan yang seharusnya disambut dengan suka dan tawa malah berubah sebaliknya.

"Ini berakhir di sini. Kontrak saya bersama Juventus habis pada hari ini. Para pemain boleh berlalu, tetapi Juventus tetap ada. Rekan-rekanku masih bertahan dan aku berharap yang terbaik dan selalu menyemangati mereka.

Di atas segalanya apa yang bertahan adalah fans. Andalah Juventus. Seragam yang saya cintai dan akan selalu kucintai, kusemangati, dan kuhormati, tanpa jeda sedikitpun atau pengurangan.

Mulai besok, saya bukan lagi pemain Juventus. Namun, saya akan tetap menjadi bagian dari kalian. Sekarang saya akan memulai petualangan baru dan saya bersemangat seperti ketika 19 musim panas yang lalu."

Alessandro Del Piero (AFP/Olivier Morin)

Per tanggal 1 Juli 2012, Del Piero menanggalkan seragam kebanggan hitam putih. Pemuda yang memulai mimpi dari Conegliano menorehkan tinta emas dalam sejarah Juventus dengan koleksi 284 gol dari total 673 pertandingan.

Pria nomor 10 mantan supir truk juga berperan besar membantu Si Nyonya Tua meraih 6 Scudetto Serie A, 4 Piala Super Italia, dan masing-masing 1 trofi untuk Serie B, Coppa Italia, Liga Champions, Super Eropa, Piala Intertoto UEFA, serta Piala Intercontinental.

Sepeninggalan dari Juventus, Del Piero sempat mencicipi Liga Australia dengan memperkuat Sydney FC (2012-2014) sebelum memutuskan gantung sepatu bersama Delhi Dynamos pada 1 Januari 2015.

Bukan Del Piero yang memaksa untuk mengkhianati cintanya pada Juventus. Bukan juga Conte dan Juventus yang memaksa Del Piero untuk mengkhianati kesetiannya.

Namun, inilah sepak bola. Permainan yang selalu bertransformasi baik dari segi aturan, pertandingan, hingga para pemain yang terlibat di dalamnya. Ada perkenalan dan juga perpisahan.

Tak ada yang bisa dihentikan jika waktu sudah membawa takdirnya. Satu hal yang pasti, nama Del Piero akan selalu melekat, berdampingan erat, beriringan, serta tak terpisahkan dalam sejarah Juventus.

Selamat ulang tahun, Il Capitano!

"Laki-laki sejati tak akan pernah meninggalkan wanitanya," -Alessandro Del Piero (Juventus 1993-2012)

Sumber: Berbagai Sumber

Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini