Raina Saumi Grahana Ramdhani, Mencari Eksistensi Lewat Renang

oleh Oka Akhsan diperbarui 04 Nov 2016, 10:05 WIB

Bola.com, Jakarta - Nama Raina Saumi Grahana Ramdhani belum terlalu familier di telinga masyarakat awam di Indonesia. Maklum, Rena, sapaan akrab Raina, menggeluti renang yang bukan termasuk salah satu olahraga populer di Tanah Air.

Padahal, Rena punya dua syarat utama buat jadi idola. Pertama, cewek berusia 21 tahun itu berprestasi. Sebagai perenang nasional, Rena sudah pernah membawa panji Merah Putih di berbagai ajang internasional, mulai dari level SEA Games hingga Kejuaraan Dunia.

Advertisement

Kedua, Rena dikaruniai fisik yang menarik. Dengan kulit hitam eksotis, senyum manis, plus rambut ikal seksi, mojang Bandung itu kerap jadi pusat perhatian di kolam.

Agar semakin dikenal publik, pada awal 2016 Rena memutuskan bergabung dengan agensi manajemen olahraga, Sportinco. Bersama Sportinco, Rena mengaku mendapat banyak keuntungan.

"Benefit utamanya adalah soal eksistensi. Renang itu tak sepopuler sepak bola atau bulutangkis. Jadi, keberadaan agensi bisa membantu saya semakin dikenal oleh masyarakat," kata Rena dalam bincang-bincang santai dengan Bola.com di Kolam Renang Cikini, Senin (31/10/2016).

Selain via agensi, Rena menggunakan media sosial untuk memperkenalkan diri kepada publik. Situs jejaring sosial yang sering dia gunakan adalah Instagram via akun @rainasaumi.

"Buat saya medsos itu penting untuk narsis dan supaya bisa terkenal. Saya juga bisa berinteraksi dengan fans yang penasaran dengan aktivitas saya sehari-hari. Dengan mengunggah foto saat jadi juara, saya juga bisa memberi motivasi kepada perenang junior," ujar Rena.

Perenang Indonesia, Raina Saumi Grahana, mengikuti foto sesi bersama Bola.com di Kolam Renang Cikini, Jakarta, Senin (31/10/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Rena juga seorang Youtube Vlogger. Channel miliknya bernama @MakeupByrainasaumi sudah memiliki 216 subscriber. Tema utama vlog Rena adalah make up tutorial.

"Saya memang hobi dandan. Teman-teman rupanya banyak yang suka dengan gaya make up saya. Mereka penasaran ingin melihat caranya. Akhirnya saya punya ide untuk merekam ketika sedang dandan, hitung-hitung mengisi waktu luang pada sela-sela latihan. Sekarang vlog saya sudah dikenal cukup banyak orang," kata Rena.

Make up memang sudah menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari diri Rena. Dia mengaku ingin jadi make up artist setelah pensiun dari renang.

"Buat jadi make up artist saya butuh tempat. Untuk itu saya sudah mengumpulkan modal mulai dari sekarang. Uangnya berasal dari bonus PON 2016. Saya juga ingin berinvestasi dengan membangun tempat indekos atau ruko," ujar Rena.

Rena kecipratan bonus besar usai meraih sukses pada PON 2016 di Jawa Barat. Dia total mengoleksi 3 emas, 2 perak, dan 4 perunggu dari nomor jarak jauh yang sudah menjadi spesialisasinya, baik di kolam maupun perairan terbuka.

"Saya cukup puas dengan pencapaian saya di PON 2016. Perlahan saya kembali ke performa terbaik setelah sempat menurun dalam beberapa tahun terakhir. Semoga saya bisa mempertahankan penampilan bagus ini pada SEA Games 2017," kata Rena.

Michael Phelps dan Joseph Schooling

Phelps dan Schooling

Rena sadar syarat utama agar tetap eksis adalah dengan menorehkan prestasi. Apalagi sebagai perenang dia masih memiliki banyak impian. Untuk menjaga motivasi, Rena selalu mengingat momen saat pertama kali memutuskan menjadi perenang hingga sukses seperti sekarang.

Kisah hidup Rena mirip dengan perenang legendaris AS sekaligus atlet tersukses di Olimpiade dengan raihan 23 medali emas, Michael Phelps. Phelps merupakan penderita Attention Deficit Disorder sehingga sulit berkonsentrasi. Dia lantas dianjurkan dokter untuk berenang sebagai media buat mengalihkan energinya. Pun demikian dengan Rena.

"Saat masih kecil, saya hiperaktif. Saya tak bisa diam dan bandel. Bahkan, orang tua saya sempat dipanggil guru gara-gara saya sering kabur-kaburan. Saya akhirnya diminta menyalurkan tenaga yang berlebih itu ke hal-hal positif seperti olahraga," kata Rena berkisah.

Perenang Indonesia, Raina Saumi Grahana, mengikuti foto sesi di Kantor Redaksi Bola.com, Jakarta, Senin (31/10/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

"Awalnya saya latihan bulutangkis, tapi cuma tahan tiga bulan karena saya tak suka bau keringat. Akhirnya saya memilih renang. Saya memang senang main air karena setiap akhir pekan selalu berenang untuk terapi asma. Lama-lama saya semakin serius dan fokus ke renang prestasi," ujar Rena.

Rena lalu bergabung dengan perkumpulan renang Elfira Swima Gemilang (ESG) Bandung saat berusia 7 tahun. Ajang tingkat nasional pertamanya adalah Kejurnas Renang 2004 dalam usia 9 tahun. Setelah itu, level ajang yang diikutinya terus meningkat dari PON, SEA Games, AASF (Kejuaraan Kelompok Umur Asia), Kejuaraan Dunia 2013 di Barcelona, Spanyol, serta Universiade 2015 di Guangzhou, China.

"Prestasi terbaik saya di tingkat nasional adalah saat meraih lima medali emas di PON Riau 2008. Untuk level internasional itu SEA Games 2011 di Palembang dengan meraih 1 perak dan 2 perunggu," kata Rena.

Meski sudah tampil di berbagai ajang internasional dan meraih prestasi, Rena belum puas. Dia merasa masih bisa menorehkan prestasi yang lebih baik lagi.

Perenang Indonesia, Raina Saumi Grahana, mengikuti foto sesi bersama Bola.com di Kolam Renang Cikini, Jakarta, Senin (31/10/2016). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

"Untuk jangka pendek, target saya meraih medali di SEA Games 2017. Saya tak peduli warnanya, yang penting saya bisa mengeluarkan penampilan terbaik dan kalau bisa memecahkan rekor nasional. Kalau jangka panjang, saya punya mimpi ikut Olimpiade Tokyo 2020," ujar Rena.

Dalam usaha menggapai mimpi-mimpinya, Rena mengambil inspirasi dari kisah sukses perenang Singapura, Joseph Schooling. Schooling menorehkan prestasi luar biasa pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016 dengan mengalahkan sang idola, Phelps, serta dua mantan juara dunia, Chad Le Clos (Afrika Selatan) dan Laszlo Cseh (Hungaria), untuk merebut medali emas nomor 100 meter gaya kupu-kupu putra.

"Joseph Schooling membuktikan bahwa tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Siapa yang menyangka perenang dari Asia Tenggara bisa meraih medali emas dengan mengalahkan sang idola sekaligus legenda? Intinya semua pasti bisa diraih jika mau berusaha," kata Raina Saumi.