Meniru Totalitas ala Valentino Rossi dan Cristian Gonzales

oleh Erwin Fitriansyah diperbarui 04 Nov 2016, 07:15 WIB
Meniru Totalitas ala Valentino Rossi dan Cristian Gonzales. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Pebalap motor asal Italia, Valentino Rossi, pekan lalu memastikan meraih posisi runner-up MotoGP 2016 di sirkuit Sepang, Malaysia. Meski hanya masuk finis kedua di belakang Andrea Dovizioso, perolehan poin Rossi di klasemen sudah tak bisa dikejar lagi oleh para pesaingnya seperti Jorge Lorenzo dan Maverick Vinales.

Advertisement

Rossi memang gagal menjadi juara dunia MotoGP 2016. Ia kalah dari pebalap Honda, Marc Marquez. Musim lalu, Rossi juga hanya menjadi runner-up karena kalah dari Lorenzo. Begitu juga dua musim yang lalu, ketika ia kalah dari Marquez.

Meski hanya menduduki posisi kedua selama tiga musim beruntun, Rossi dinilai masih merupakan pebalap yang jenius. Setidaknya hal itu yang diucapkan Guido Meda, seorang pengamat MotoGP dari stasiun TV Sky Sports.

Suka atau tidak suka, penilaian Meda itu ada benarnya. Rossi adalah pebalap tertua di trek MotoGP saat ini. Tahun ini, usianya sudah mencapai 37 tahun.

Ketika pria kelahiran 16 Februari 1979 itu meraih gelar juara dunia pertamanya di kelas 125 cc tahun 1997, usia Marquez baru empat tahun, sementara itu Lorenzo berumur 10 tahun. Secara pengalaman, Rossi jelas menang dibanding dua rival terberatnya saat ini. Namun tak dapat dimungkiri, fisik Rossi tak bisa berbohong.

Selama satu musim, Rossi harus mengarungi 18 seri. Jelas bukan hal yang mudah bagi atlet di usia Rossi untuk menjaga kondisi.

Pada beberapa seri, jarak antar balapan hanya dipisahkan dalam waktu sepekan saja alias back to back. Toh dengan tantangan seperti itu, Rossi akhinya hanya kalah dari Marquez dalam kejuaraan.

Keceriaan Valentino Rossi, pembalap Movistar Yamaha, usai mengamankan podium kedua MotoGP Malaysia 2016. (AP Photo/Vincent Thian)

Dalam sebuah wawancara yang dimuat di crash.net, Rossi pernah menceritakan latihan macam apa yang dilakukan supaya bisa siap menghadapi persaingan di ajang MotoGP.

"Jika saya punya waktu sebanyak 100, saya akan memakai 50 bagian diantaranya untuk latihan. Melakukan latihan adalah hal yang sangat penting, karena motor MotoGP semakin sulit dikendarai dan butuh kekuatan untuk bisa tahan selama 45 menit dalam lomba," kata The Doctor.

2 dari 2 halaman

Cristian Gonzales, Usia 40 dan Ketajaman

Cristian Gonzales, tetap tajam di usia senja. (Bola.com/Iwan Setiawan)

Hal yang kurang lebih serupa ditunjukkan oleh Cristian Gonzales, striker yang memperkuat Arema Cronus di kompetisi Torabika Soccer Championship 2016. Pemain naturalisasi Indonesia asal Uruguay itu sudah berumur 40 tahun.

Dua tahun lalu, Gonzales masih dipakai di Timnas Indonesia yang berlaga di Piala AFF 2014. Usai pertandingan Indonesia Vs Laos yang berakhir dengan skor 5-1 di Stadion Hang Day, Hanoi, Cristian sudah berujar ia akan tetap bermain, untuk batas waktu yang ia sendiri belum bisa menentukan.

"Saya belum tahu kapan akan pensiun. Selama saya masih kuat dan masih ada klub yang mau pakai, saya akan tetap bermain," ujar pemain berjuluk El Loco alias si Gila ini.

Gonzales tak asal ingin tetap bermain. Ia menjaga betul kondisinya, sehingga tetap bisa tampil di level terbaik. Buktinya, hingga kini ia masih dipercaya untuk jadi striker utama Arema Cronus.

Gonzales sekarang menjadi top scorer sementara buat Tim Singo Edan dengan koleksi 11 gol. Klub tersebut  dibawanya menempati urutan dua klasemen sementara.

Pemain yang mengawali karier di Indonesia di klub PSM Makassar pada tahun 2003 itu tak peduli, apakah ia bakal dipanggil ke Timnas Indonesia lagi atau tidak. Nyatanya, pelatih timnas Alfred Riedl memang tak lagi memanggil striker yang jadi anak asuhnya pada Piala AFF 2010 dan 2014. Toh Gonzales tetap tampil menggila pada setiap laga yang dilakoni di kompetisi bersama Arema.

Timnas Indonesia saat ini lebih banyak mengandalkan pemain muda. Alfred mengubah wajah timnas dengan memanggil sejumlah pemain muda seperti Evan Dimas, Rudolf Yanto Basna, dan Septian David Maulana. Mereka diramu dengan pemain yang lebih senior seperti Boaz Solossa, Andik Vermansah, dan Irfan Bachdim.

Boaz dkk. akan menghadapi Myanmar dalam laga uji coba yang digelar di Yangoon, Jumat (3/11/2016). Laga ini adalah uji coba ketiga yang dilakoni Tim Merah-Putih dalam persiapan menuju Piala AFF 2016 yang akan dimulai 19 November.

Sebelumnya, timnas menang 3-0 lawan Malaysia dan ditahan Vietnam 2-2 dalam laga uji coba. Laga tandang ke Myanmar ini merupakan ujian selanjutnya buat Tim Merah-Putih yang berada di Grup A bersama dengan tuan rumah Filipina, Thailand, dan Singapura.

Pada laga apapun, sudah selayaknya para pemain yang dipilih Alfred tampil maksimal. Mereka patut mencontoh semangat, dedikasi, dan totalitas ala Valentino Rossi serta Cristian Gonzales. Sudah veteran namun tetap bisa tampil semaksimal mungkin kala memiliki kesempatan. Kalau yang tua saja bisa, kenapa yang masih muda tidak bisa?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berita Terkait