Bola.com, Jakarta - Laga debutnya bersama Timnas Indonesia baru didapatkannya pada usia 25 tahun. Namanya pun tidak meroket seperti pemain-pemain Tim Merah-Putih lainnya yang mulai dikenal dari level junior. Bayu Pradana Andriatmo berjuang dari titik nol hingga akhirnya bisa merasakan bermain membela negara, yang menjadi mimpi semua pemain sepak bola di negeri ini.
Masuknya Bayu ke Timnas Indonesia proyeksi Piala AFF 2016 bak kisah dongeng Cinderella. Tak terduga serta terpikirkan bagi sang pemain dan banyak pengamat sepak bola Tanah Air.
Pertandingan perdana Bayu bersama tim asuhan Alfred Riedl itu baru didapatkan ketika Tim Garuda melakukan uji coba menghadapi Timnas Malaysia pada 6 September 2016 di Stadion Manahan, Solo.
Baca Juga
Pertandingan debut itu didapatkannya saat sudah berusia 25 tahun 4 bulan 18 hari, usia yang sebenarnya tidak aneh bagi pemain sepak bola untuk mendapatkan panggilan ke timnas. Namun, pemanggilan Bayu terasa istimewa mengingat sang gelandang bertahan tidak pernah masuk dalam timnas level junior.
Beda halnya dengan pemain semacam Evan Dimas Darmono, Rudolf Yanto Basna, atau Septian David Maulana, yang sebelum naik kelas ke meretas karier di Timnas Indonesia sempat mencicipi kesempatan unjuk kemampuan di level Tim Garuda Muda U-19.
"Rasanya bangga dan sangat bersyukur karena diberi kenikmatan bisa masuk ke Timnas Indonesia seperti ini. Setelah mendapatkan kesempatan ini, tentu saya harus bisa memberikan performa maksimal karena tidak mudah untuk mendapatkan kesempatan dan dipanggil ke timnas seperti ini," ujar Bayu Pradana yang dijumpai Bola.com sepekan lalu saat menjalani pelatnas di Karawaci, Tangerang.
Laga debut yang didapatkan Bayu Pradana ketika Timnas Indonesia menang 3-0 atas Malaysia pun bukan sekadar coba-coba yang dilakukan oleh Alfred Riedl. Buktinya pemain kelahiran Salatiga itu selalu mendapatkan waktu bermain dalam empat laga uji coba Timnas Indonesia yang menjadi persiapan menuju Piala AFF 2016 meski tidak bermain 90 menit penuh.
Setelah bermain 90 menit penuh dalam laga kontra Malaysia, Bayu Pradana masuk di awal babak kedua dalam pertandingan kontra Vietnam yang dihelat di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Bermain selama 51 menit sejak awal laga saat menghadapi Myanmar, Bayu Pradana dipercaya menjadi pemain pengganti Evan Dimas Darmono dalam laga uji coba terakhir kontra Vietnam di Hanoi.
Rasa canggung pun tidak dirasakan oleh Bayu Pradana ketika pertama kali dipanggil ke Timnas Indonesia. Ia justru merasa kekeluargaan yang tercipta di dalam skuat Tim Garuda membuatnya merasa begitu nyaman karena penuh canda tawa baik saat berlatih maupun ketika bersama di tempat menginap.
"Yang paling sering bercanda itu Ferdinand Sinaga. Dia orangnya kocak dan bisa membuat teman-teman yang lain selalu tertawa. Rasa kekeluargaan di sini sangat bagus. Hampir tidak terasa tim ini diisi oleh gabungan pemain senior dan junior," kisah Bayu.
Tidak bisa dimungkiri Bayu Pradana kini menjadi salah satu pemain yang digadang-gadang akan menjadi tulang punggung lini tengah Timnas Indonesia. Meski ada pemain lebih berpengalaman macam Dedi Kusnandar dan Stefano Lilipaly yang bisa membuatnya harus duduk di bangku cadangan.
Akan tetapi nyatanya tenaga Bayu selalu dipakai oleh Alfred Riedl di empat duel persabatan jelang Piala AFF 2016. Hal itu menunjukkan kalau ia salah satu instrumen penting bagi timnas.
"Saya tidak khawatir dan minder jika harus bersaing. Saya sudah terbiasa bersaing dengan pemain-pemain asing. Bagi saya yang terpenting adalah menunjukkan usaha terbaik dalam setiap pertandingan di mana saya dipercaya untuk tampil," tegas Bayu Pradana.
Merangkak dari Bawah
Seperti sempat diungkapkan di awal, Bayu Pradana memulai sepak bola benar-benar dari titik nol. Ia tidak pernah bergabung dengan Timnas Indonesia level junior untuk kategori usia apa pun sebelum akhirnya dipanggil Alfred Riedl dan menjalani empat laga uji coba menuju Piala AFF 2016.
Hal itu bukanlah sebuah drama biasa. Bayu memang harus memulai karier sepak bolanya dari titik terendah di level klub. Berangkat dari Diklat Apacinti, yang kerap melahirkan nama-nama besar dalam sejarah sepak bola Indonesia, Persis Solo kemudian menjadi klub divisi utama pertama yang merekrutnya pada 2010.
Bayu pun kemudian sempat memperkuat Persipasi Bekasi pada 2011 sebelum akhirnya memperkuat Persepar Palangkaraya yang bermain di kasta bawah Divisi I pada 2013. Persiba Balikpapan menjadi klub kasta tinggi pertama yang diperkuatnya sebelum akhirnya bergabung dengan Mitra Kukar pada 2015 dan tampil di sejumlah turnamen.
"Perjuangan saya dalam bermain sepak bola bisa dibilang benar-benar dimulai dari nol. Saya memulainya sejak masih sekolah dasar dan saya bermain bersama Diklat Salatiga," ujar Bayu mengawali kisahnya dalam menekuni sepak bola sebagai hobi yang akan menjadi awal dari perjalanan hidupnya.
"Setelah saya lulus dari diklat, kemudian saya pernah bermain di Divisi I, Divisi Utama, lalu akhirnya bisa bermain di Indonesia Super League, dan akhirnya kini memperkuat Mitra Kukar sebelum mendapatkan panggilan dari Timnas Indonesia," kisah Bayu mengenang perjalanannya itu.
Perjalanannya dari Divisi I hingga akhirnya kini bisa berseragam Timnas Indonesia tidak dirasakan banyak pemain, terutama para pemain muda saat ini yang sudah terekspos mulai dari Timnas U-17 hingga Timnas U-21. Sebut saja Evan Dimas Darmono, Rudolof Yanto Basna, Septian David Maulana, dan Hansamu Yama Pranata, yang sudah lebih dulu mengibarkan namanya sejak di Timnas Indonesia U-19 kala memenangi Piala AFF U-19 2013 silam.
Bayu Pradana bisa disebut kurang beruntung dan harus bekerja lebih keras dari rekan-rekannya itu untuk bisa mencapai titik saat ini.
Kini ia berada satu lapangan atau menjadi pengganti Evan Dimas, sang bintang muda Timnas Indonesia yang amat populer, yang dielu-elukan sebagai next Firman Utina playmaker ulung Tim Merah-Putih 10 tahun terakhir.
Bayu Pradana kini merasa bahagia bisa merasakan bermain dengan salah satu seniman sepak bola asal Papua, Boaz Solossa, atau mendapatkan pengalaman berharga bisa belajar dari Irfan Bachdim dan Andik Vermansah yang mengenyam pengalaman di luar negeri.
Namun, empat laga uji coba dan Piala AFF 2016 nanti bukanlah akhir dari perjalanan seorang Bayu Pradana. Justru ini akan menjadi lembaran baru hidup gelandang kelahiran 19 April 1991 tersebut dalam mengejar mimpi selanjutnya. Apa mimpi itu?
Mengejar Bima Sakti
Nama gelandang bertahan Timnas Indonesia era 1995 hingga 2001 ini hampir selalu terucap dari mulut Bayu Pradana. Tidak aneh memang, karena idolanya adalah pemain Timnas Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan dan pelatihan bersama Sampdoria Primavera di Italia itu.
Bima Sakti Tukiman adalah salah satu pemain tengah kebanggaan Timnas Indonesia. Tak hanya enam tahun membela Timnas Indonesia, hingga saat ini Bima Sakti tercatat masih menjadi pemain sekaligus asisten pelatih di Persiba Balikpapan yang tengah mengikuti turnamen Torabika Soccer Championship 2016 presented by IM3 Ooredoo.
Begitu besarnya rasa kagum Bayu Pradana terhadap Bima Sakti, sang pemain pun menyebut nama idolanya itu ketika menjawab pertanyaan mengenai mimpi yang ingin dikejarnya di masa depan. Dalam secarik kertas, kapten Mitra Kukar ini pun menuliskan, "Ingin seperti sang idola Bima Sakti" lengkap dengan tanda tangannya.
Bima Sakti memang merupakan idola Bayu Pradana. Tiga klub yang sama pun pernah dirasakan oleh kedua pemain dalam kariernya masing-masing, yaitu Persepar Palangkaraya, Persiba Balikpapan, dan Mitra Kukar. Namun, sejak awal memang Bayu begitu mengagumi Bima hingga dirinya terus mengasah diri menjadi seorang gelandang bertahan seperti halnya sang idola.
"Bima Sakti memiliki kepribadian yang sangat bagus di dalam dunia sepak bola Indonesia. Satu hal yang sangat mengagumkan darinya adalah tendangan yang luar biasa keras," kisah Bayu soal sang idola.
"Bima Sakti adalah sosok panutan saya. Siapa tidak mengenal Bima? Selain pemain dengan kemampuan komplet di lapangan, Bima juga bersahaja di luar lapangan. Ia benar-benar telah menginspirasi saya untuk menjadi pesepak bola yang baik," ujarnya.
Bima Sakti memang hanya enam tahun berada di Timnas Indonesia. Namun, kiprahnya di level klub profesional luar biasa. Sejak 1994 hingga saat ini ia masih berstatus sebagai pemain, meski saat ini ia juga menjadi asisten pelatih merangkap pemain Persiba Balikpapan. Berkarier selama 22 tahun memang kiprah yang luar biasa.
Namun, mengejar dan menyamai catatan sang idola tentu bukan menjadi target akhir seorang Bayu Pradana. Berusaha untuk melebihi sang idola tentu akan menjadi motivasinya. Bermain lebih dari 22 tahun di dunia sepak bola dan bermain bersama Timnas Indonesia lebih dari enam tahun yang dilakukan Bima Sakti tentu akan lebih elegan bagi seorang bintang baru yang kini sudah mulai mendapatkan kesempatan untuk unjuk kebolehan dengan Garuda di dada.