Bola.com, Jakarta - Laga pembuka penyisihan Grup A Piala AFF 2016 menjadi milik Thailand sepenuhnya. Timnas Indonesia yang sempat mengimbangi Thailand di awal babak ke-2 harus mengakui keungulan Thailand dengan skor 4-2. Kiatisuk Senamuang kembali memperpanjang rekor sempurnanya sebagai pelatih dengan selalu memang atas Tim Garuda.
Teka-teki apakah Riedl kembali mainkan 1-4-4-2 atau beralih ke 1-4-4-1-1 terjawab sudah. Pelatih asal Austria itu memutuskan untuk setia dengan gim model yang telah dibangunnya sejak pertama kembali menukangi timnas.
Baca Juga
Alfred Riedl hanya menyesuaikan komposisi pemainnya. Kurnia Meiga mengawal gawang di belakang kuartet Abduh Lestaluhu-Fachrudin Aryanto-Yanto Basna-Beny Wahyudi. Lini tengah diisi oleh duet Bayu Pradana dan Stefano Lilipaly. Rizky Pora dan Andik Vermansah menjadi andalan di sector sayap menopang duet Boaz Solossa dan Lerby Eliandry di depan.
Sempat mengaku lebih suka tampilkan 1-4-3-3, Kiatisuk Senamuang kembali mainkan formasi 1-3-4-1-2 seperti kontra Australia. Kawin sebagai penjaga gawang, mendukung kinerja trio Adison Promrak-Prathum Chuthong-Tanaboon Kesarat.
Trio lini tengah diisi Sarach Yooyen-Pokklaw Anan yang berdiri di belakang Chanathip Songkrasin. Wingback kiri diisi oleh Peerapat Notchaiya, sedang Tristan Do mengisi pos wingback kanan. Chatton berduet dengan Teerasil Dangda sebagai ujung tombak di depan.
Menang Jumlah Pemain
1. Menang Jumlah Pemain
Dari tumbukan formasi 1-4-4-2 vs 1-3-4-1-2, secara natural terjadi overload di beberapa sektor lapangan. Thailand unggul jumlah pemain 3 Vs 2 di belakang dan di tengah. Sedangkan Indonesia unggul jumlah pemain 2v1 di pinggir kiri dan kanan lapangan.
Berdasarkan situasi tersebut, kemenangan amat ditentukan pada sejauh mana kedua tim mampu memanfaatkan sebaik mungkin area dimana mereka menang jumlah pemain.
Thailand mengejutkan Indonesia dengan gol cepat di menit awal manfaatkan sapuan angin Yanto Basna. Entah ini penyebabnya atau bukan, setelah itu bangunan serangan Tim Gajah Putih berlangsung nyaman. Thailand selalu memulai serangan secara konstruktif dari bawah. Stoper kiri dan kanan mereka melebar maksimal untuk menciptakan situasi 3 Vs 2 kontra Boaz Solossa dan Lerby Eliandry.
Situasi menang jumlah ini dimanfaatkan dengan baik untuk progresi bola ke depan. Kesarat dan Adison adalah bek tengah yang memiliki kemampuan menyerang prima.
Sirkulasi diantara ketiga bek plus kiper membuat Thailand selalu membuat Boaz dan Lerby menjadi out of play. Hal ini makin dipermudah karena tak satupun gelandang Thailand yang turun jemput bola. Mereka selalu berdiri di belakang Lerby dan Boaz.
Selain itu, Rizki Pora dan Andik juga berorientasi pada Peerapat dan Tristan, wingback Thailand.
Memang melakukan pressing pada lawan back three bukan pekerjaan mudah. Andik dan Rizky Pora menghadapi dilema. Jika mereka beorientasi pada wingback Thailand, maka terjadi situasi 2 Vs 3 di depan.
Jika mereka naik tinggi untuk mem-pressing centerback kiri dan kanan Thailand, maka Peerapat dan Tristan akan free. Jika Abduh atau Benny harus naik tinggi pressing wingback lawan, maka aka nada ruang besar di belakang fullback yang mudah dieksploitasi Songkrasin, Dangda dan Chattong.
Setelah build up fase pertama sukses, Thailand makin menggila dalam progresi seranganlanjutan. Situasi 3 Vs 2 sukses diutilisasi dengan baik. Salah satu dari Yooyen, Anan atau Songkrasin selalu free dan terakses umpan vertikal.
Bayu dan Fano umumnya berorientasi pada Yooyen dan Anan, sehingga seringkali Songkrasin benar-benar bebas. Songkrasin adalah pemain yang cerdik berdiri di antar lini. Ia selalu berdiri di lubang jalur passing, serta di belakang Bayu dan Fano.
Bebasnya Songkrasin membuat barisan bek Indonesia perlu mengkompensasi situasi ini. Beberapa kali situasi dikompensasi dengan Abduh atau Beny harus masuk ke tengah menjaga Songkrasin. Atau Fachrudin/Yanto harus naik keluar dari lininya untuk memarking Songkrasin.
Kompensasi yang dilakukan 4 bek timnas untuk menutup Songkrasin di ruang antar lini membuat lini belakang jadi keriting. Konsekuensi dari kompensasi ini adalah adanya ruang yang bisa dieksploitasi Chattong-Dangda dan Peerapat-Tristan.
Gol kedua adalah contoh kecerdikan Songkrasin menciptakan jumlah lebih di sisi kanan Indonesia. Penetrasinya kemudian berbuah cutback untuk Teerasil Dangda.
Permainan di Pinggir
2. Permainan di Pinggir
Di sepak bola, jika terjadi situasi menang jumlah pemain di suatu area, maka pasti di area yang lain akan terjadi situasi kalah jumlah pemain. Hal yang sama terjadi di pertandingan tadi. Thailand boleh unggul di tengah, tetapi Indonesia sebenarnya unggul jumlah pemain 2 Vs 1 di pinggir. Praktis fullback dan winger Tim Merah-Putih yang beroperasi di pinggir hanya memiliki satu lawan, yaitu wingback Thailand.
Sayangnya, situasi ini tidak terutilisasi dengan baik. Abduh Lestaluhu ataupun Beny Wahyudi terlihat pasif dalam naik menciptakan situasi 2 Vs 1 kontra wingback Thailand.
Padahal, tingginya posisi Rizky Pora dan Andik memberikan ruang besar bagi Abduh atau Beny untuk naik dan ciptakan kebingungan bagi Peerapat dan Tristan.
Meski tidak mendapat bantuan memadai dari fullback, Indonesia tetap merepotkan pertahanan lawan lewat permainan dari pinggir ini. Terutama di sektor sebelah kanan (kiri Thailand), dimana Boaz sering bergerak melebar dan ciptakan 2v1 dengan Andik kontra Peerapat.
Kondisi ini memaksa back three Thailand merenggang. Atau back three Thailand harus bergeser terlalu ekstrim ke bola dan meninggalkan ruang besar untuk sayap sisi jauh Indonesia.
Situasi serangan sayap ini menghasilkan dua gol penyama bagi Indonesia. Gol pertama murni hasil permainan solo Rizky Pora dan Boaz. Dengan trengginas, Boaz Solossa mampu mencetak goal sundulan telak, meski dikeroyok oleh trio bek tengah Thailand.
Sedangkan kedua, Indonesia mendapat keuntungan dari merenggangnya back three Thailand akibat Kesarat harus tertarik jauh ke pinggir. Situasi yang membuat Lerby dengan mudah menyelinap di belakang dua center back Thailand tersisa.
Perubahan Strategi
3. Perubahan Strategi
Kiatisuk Senamuang adalah pelatih pembaca permainan jitu. Melihat gelagat dipermaknya sektor kiri mereka, ia masukkan Bunmathan gantikan Peerapat. Wingback kiri yang lebih segar dan berpengalaman sedikit meredam kecepatan Andik dan Boaz di area tersebut. Kinerja Kesarat amat terbantu dengan masuknya Bunmathan.
Untuk penyerangan, Kiatisuk dorong Yooyen lebih ke depan. Dimana selain Songkrasin, kini Yooyen turut berdiri di belakang Bayu-Fano. Dua gol penentu Thailand berawal dari kontribusi Yooyen.
Pada gol ke-3, gerakan Bunmathan merengsek ke area kotak penalti sukses menarik Bayu dan Fano ke pinggir. Yooyen lalu menggeber layoff akurat untuk Dangda hujamkan tendangan keras tanpa kawalan siapapun.
Pada gol nterakhir, posisi Yooyen berada di gap antara Yanto dan Benny Wahyudi. Sedangkan Songkrasin berdiri di antar lini di depan Yanto. Situasi 2 Vs 1 ditujukkan pada Yanto Basna. Pada situasi tersebut, Yanto harus menjaga dua pemain sekaligus. Dalam rekaman, terlihat Yanto sedikit melangkah untuk pressing Songkrasin.
Boom! Bunmathan pun passing ke Yooyen yang kosong dan diteruskannya ke Dangda. Selamat untuk Thailand dan Kiatisuk Senamuang!
Ganesha Putera
@ganeshaputera
Co Founder kickoffindonesia.com
Pusat Kepelatihan Sepak Bola