Timnas Indonesia Disarankan Hindari Pola Umpan Panjang

oleh Ronald Seger Prabowo diperbarui 25 Nov 2016, 13:00 WIB

Bola.com, Solo - Misi wajib menang harus dijalani Timnas Indonesia saat menghadapi Singapura di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Jumat (25/11/2016). Berbagai pembenahan harus dilakukan pelatih Alfred Riedl dengan berkaca dua hasil di partai sebelumnya melawan Thailand dan Filipina.

Mantan kapten Piala Asia 2004, Agung Setyabudi, mengkritik pedas penampilan lini belakang Timnas Indonesia yang masih mengandalkan pola umpan-umpan panjang. Pola permainan itu dinlai tidak efektif dan juga kuno di era sepak bola modern seperti sekarang. Agung menilai skema long pass layaknya permainan di ajang antarkampung (tarkam).

"Melawan Singapura, jangan sampai menggunakan gaya permainan tarkam lagi dengan long pass. Lini belakang harus sedikit bersabar dengan memaksimalkan umpan-umpan pendek," kata Agung kepada Bola.com.

Mantan pelatih Persis Solo itu menilai salah satu alasan Timnas Garuda gagal meraih kemenangan di dua laga sebelumnya adalah tidak bisa mengatur tempo.

Advertisement

 

Menurut Agung, para pemain sering tergesa-gesa dalam mengambil keputusan termasuk penerapan umpan pendek. Agus menilai pola permainan umpan satu-dua sentuhan yang menjadi ciri khas selama ini harus dilakukan.

"Beny Wahyudi dan Abduh Lestaluhu harus berani keluar menyerang dan tidak fokus di pertahanan saja. Kalau rajin membantu serangan, tentu akan banyak tercipta peluang," ujarnya.

Hal yang sama dikatakan mantan bek kiri Timnas, Aji Santoso. Pelatih Persela Lamongan itu berharap dua wing back berani memberikan bantuan kepada lini tengah saat menyerang.

Menurut Aji, cara tersebut saat ini efektif dalam membangun serangan di era sepak bola modern. Legenda hidup Persebaya Surabaya itu juga menilai stamina Benny maupun Abduh sanggup untuk rajin naik-turun.

"Bek sayap harus aktif baik saat menyerang maupun bertahan. Jika mereka berani naik, tentu berpeluang menciptakan peluang yang berbahaya," tutur mantan bek Timnas Indonesia era 90-an itu.

 

Berita Terkait