Bola.com, Jakarta - Piala AFF 2016 bakal menjadi ajang internasional terakhir bagi Alfred Riedl. Pelatih asal Austria tersebut sudah memberi sinyal bakal pensiun dari dunia sepak bola. Jika sukses mengantar Timnas Indonesia jadi juara Piala AFF 2016, ini bakal jadi gelar pertama bagi sang mentor, sekaligus perpisahan manis baginya.
Semenjak menekuni dunia kepelatihan pada 1990, Alfred Riedl belum pernah merasakan madu gelar juara. Pelatih kelahiran Wina, 2 November 1949 itu memulai petualangan di kawasan Asia Tenggara pada 1998, saat ia menerima pinangan Vietnam.
Baca Juga
Di tahun perdananya ia langsung mengantar Tim Negeri Paman Ho ke final Piala AFF. Sayang di partai final Vietnam digasak Singapura 0-1. Setahun berselang, ia nyaris mempersembahkan gelar buat negara tersebut di ajang SEA Games 1999.
Namun, apesnya mereka kandas di laga final melawan Thailand 0-2. Di Vietnam Alfred jadi spesialis nyaris juara. Gagal dua kali beruntun di SEA Games 2003 dan 2005. Walau begitu ia amat dicinta publik sepak bola negara penganut paham sosialis tersebut.
Alfred dinilai mengangkat kualitas sepak bola Vietnam, yang sebelumnya spesialis penggembira di persaingan elite Asia Tenggara. Ia dielu-elukan saat mengantar Vietnam menembus perempat final Piala Asia 2007.
Negara itu mencatat prestasi membanggakan, satu-satunya negara Asia Tenggara yang jadi tuan rumah yang lolos dari fase penyisihan. Sempat berkelana di Laos pada SEA Games 2009.
Di negara ini, Alfred jadi tukang sulap dengan mengantar Laos yang ke semifinal. Pencapaian sensasional yang dilakukannya saat itu adalah mengalahkan Timnas Indonesia U-23 0-2 di babak penyisihan.
Pada akhir 2010 ia mengiyakan tawaran PSSI untuk menukangi Tim Merah-Putih di Piala AFF 2010. "Indonesia negara kuat di persaingan Asia Tenggara. Banyak pemain berbakat di sini, namun entah mengapa seperti dijauhi keberuntungan. Buat saya ini sebuah tantangan," ungkap Alfred Riedl.
Sang mentor langsung unjuk gigi, melesatkan Timnas Indonesia ke final Piala AFF 2010. Sayang begitu bersua Malaysia di duel final, keberuntungan seperti kembali menjauh. Tim asuhannya kalah dengan agregat 4-2.
Sekalipun gagal ia tetap banjir pujian. Ia dianggap berhasil melakukan regenerasi pemain. Di era perdana kedatangannya Alfred Riedl banyak mempromosikan pemain muka baru berusia muda.
Comeback Pahit
Sempat dipecat tanpa alasan yang jelas oleh PSSI pada tahun 2011, pelatih yang saat jadi pemain sempat membela Timnas Austria sebanyak empat kali pada periode 1975–1978 tersebut comeback pada Piala AFF edisi 2014.
Sayang, jangankan menyentuh final, kali ini ia gagal total. Timnas Indonesia terkapar di penyisihan. Dari dicinta ia kemudian dicaci.
Publik sepak bola nasional pada awalnya merespons negatif keputusan PSSI menunjuk Alfred sebagai nakhoda Tim Garuda buat kepentingan Piala AFF 2016. Ia dianggap tidak siap menjalankan tugasnya karena lama menganggur.
Sempat menangani PSM Makassar di awal 2015, Alfred mudik ke negaranya karena alasan kesehatan.
Kenapa kemudian ia mau kembali? "Saya penasaran. Ada tugas yang belum selesai di Indonesia," ujarnya.
Alfred Riedl kemudian mengungkapkan rencananya pensiun pasca Piala AFF 2016. "Saya sudah tua. Tidak mungkin lagi ada tim yang mau menggunakan jasa saya. Saya akan pensiun," ucap striker top klub Belgia, Standard Liege era 1978-1980 itu.
Alfred sadar perjuangannya kali ini amat berat. Timnas Indonesia absen dari dunia internasional setahun lebih karena hukuman FIFA imbas konflik antara PSSI dengan Kemenpora. Ia hanya punya waktu sekitar tiga bulan buat membangun kekuatan Timnas Indonesia.
Di tengah keterbatasan ia dengan berani melakukan revolusi. Timnas Indonesia Piala AFF 2016 dihuni banyak pemain muka baru dan berusia belia. Praktis hanya Benny Wahyudi dan Boaz Solossa saja, pemain dengan usia 30 tahun.
Krikil menghadang perjuangan Timnas Indonesia. Di dua laga awal penyisihan Grup A Piala AFF 2016, Tim Garuda menghuni posisi buncit klasemen. Andik Vermansah cs. kalah 2-4 dan hanya bermain imbang 2-2 kontra Filipina.
Banyak pengamat pesimistis, tak yakin Tim Merah-Putih bakal lolos ke semifinal. Tapi, siapa sangka justru anak-asuh Alfred Riedl keluar dari kemelut. Mereka melaju ke semifinal setelah mengalahkan Singapura 2-1.
"Ini kemenangan yang luar biasa karena Indonesia baru saja melewati masa-masa paling sulit dalam sepak bola setelah menjalani hukuman tahun lalu. Selain itu kami hanya mendapatkan dua pemain dari setiap klub. Kemenangan ini pun sangat manis untuk kami, sangat manis," ujar Alfred Riedl dalam wawancara usai pertandingan.
Bisa jadi di dalam hatinya Alfred menyimpan sebuah harapan. Ia ingin menutup kariernya dengan sebuah gelar juara. Hal yang tidak pernah ia rasakan selama 26 tahun.