Bola.com, Jakarta - Melalui perjuangan hebat dan pertarungan dramatis, Timnas Indonesia akhirnya mampu melaju ke partai puncak Piala AFF 2016. Di final, Tim Garuda akan bertemu tim favorit yang juga berstatus sebagai juara bertahan, Thailand. Kedua tim sudah pernah bertemu di babak penyisihan grup A, di mana Boaz Solossa dkk. takluk 2-4.
Thailand sangat perkasa di ajang ini. Mereka melaju ke final dengan rekor 5 kemenangan beruntun dan 4 kali clean sheet. Secara permainan, Thailand dapat dikatakan lebih baik dari Timnas Indonesia.
Baca Juga
Pelatih Alfred Riedl tentu tidak ingin hasil yang sama terulang di babak final, terlebih jika mengingat leg pertama akan dimainkan di kandang. Oleh karena itu, pelatih asal Austria yang akan pensiun selepas Piala AFF 2016 itu perlu menerapkan strategi yang tepat.
Pelatih Thailand, Kiatisuk “Zico” Senamuang, kerap menggunakan pola dasar 3-4-1-2, atau 3-4-2-1. Basis permainan tim berjuluk War Elephants ini adalah quick passing and movement, yang sepintas mirip gaya tiqui taca ala Barcelona.
Di lini tengah, ada tiga pemain yang menjadi motor serangan Thailand. Ketiga pemain tersebut perlu diwaspadai oleh para pemain Timnas Indonesia guna meredam agresivitas Thailand. Trio tersebut adalah Theerathon Bunmathan, Sarach Yooyen, dan Chatanthip Songkrasin, yang bisa disingkat TSC.
Tulang Punggung Tim
Kekompakkan trio TSC di Timnas Thailand tetap terjaga karena mereka sama-sama bermain di Muangthong United. Bersama mereka, tim asal Muang Thong Thani tersebut berhasil menjuarai Liga Thailand 2016. Tidak heran jika ketiganya diandalkan coach Zico sebagai tulang punggung tim.
Theerathon merupakan gelandang atau bek sayap yang memiliki kemampuan bola mati yang mumpuni. Sarach menjadi penyeimbang di lini tengah dengan mobilitas dan kepemimpinannya. Sementara Chanathip adalah playmaker handal dengan kreativitas dan kemampuan kontrol bola yang tinggi.
Sepanjang Piala AFF 2016, ketiganya bermain bersama dalm 4 pertandingan. Hanya di laga terakhir ppenyisihan grup A melawan Filipina, di mana ketiga pemain ini diistirahatkan setelah tiket ke semifinal sudah di tangan.
Dalam empat laga tersebut, ketiganya tercatat melakukan 216 kombinasi operan. Sarach dan Chanathip yang bermain di wilayah sentral lapangan tercatat 91 kali berbagi operan. Jika ditotal, ketiga pemain ini sudah memproduksi 2 gol, 7 assist, dan 731 operan sukses untuk Thailand jelang final leg pertama.
Multifungsi dan Teknik Individu
Selain kerja sama yang sudah sangat padu, trio TSC memiliki keunggulan dalam hal multifungsi dan teknik individu. Ketiganya mampu membuat kesebelasan Thailand bermain sebagai satu unit yang disiplin dan agresif.
Theerathon yang biasanya ditempatkan sebagai wing back kiri, juga bisa bermain di sektor gelandang. Kapten Thailand U-23 kala menjuarai SEA Games 2013 ini kerap menutup lubang yang ditinggalkan Sarach ketika serangan Thailand ditransisikan oleh lawan. Dalam empat laga sebelumnya, ia sudah mencatat 1 gol dan 3 assist.
Sarach tidak hanya piawai dalam mengatur ritme permainan, tapi juga disiplin dalam bertahan. Pemain bernomor punggung 6 ini punya catatan 15 tekel sukses dengan persentase sukses 62.5%, serta 8 kali intersep. Ia juga menjadi pemain dengan jumlah operan sukses terbanyak di Piala AFF dengan total operan sukses sebanyak 346.
Sementara Chanathip menjadi pengatur serangan dengan teknik individu dan kreativitas tinggi. Ia menjadikan postur tubuhnya yang mungil sebagai keunggulan, di mana lawan sangat sulit merebut bola dari dirinya. Tidak heran jika di Thailand, ia memiliki julukan “Messi Jay.” Di Piala AFF edisi 2014, pemain bernomor punggung 18 ini dinobatkan sebagai Pemain Terbaik.
Tendangan Bebas dan Kecepatan Chanathip
Di pertemuan sebelumnya, keunggulan 2-0 Thailand pada babak pertama mampu disamakan oleh Timnas Indonesia saat awal babak kedua. Baru ketika Theerathon masuk dan trio TSC terbentuk, Thailand mampu menambah 2 gol dan menang 4-2. Alfred harus memberi perhatian khusus kepada trio TSC jika ingin meraih hasil positif, khususnya di leg pertama.
Barisan pertahanan Indonesia harus bermain sabar dan menghindari pelanggaran-pelanggaran di sekitar kotak penalti. Empat dari sembilan gol yang bersarang ke gawang Kurnia Meiga berasal dari situasi set-piece, yang termasuk skema lemparan ke dalam saat melawan Singapura. Bahaya jika Theerathon diberi kesempatan untuk mengeksekusi bola mati, baik untuk ditembak langsung atau dijadikan umpan silang.
Satu pemain di lini tengah Indonesia harus diplot untuk melakukan man marking terhadap Chanathip. Pergerakan pemain mungil ini perlu dibatasi jika tidak ingin kecolongan oleh permainan cepat yang ia susun. Pemain Indonesia yang cocok untuk tugas ini adalah Manahati Lestusen.