Bola.com, Semarang - Perjalanan Timnas Indonesia di Piala AFF 2016 telah usai. Tim Garuda harus puas kembali meraih posisi runner-up usai kalah agregat 2-3 dari sang raja ASEAN, Thailand. Meski gagal meraih gelar, perjuangan para pemain banyak mendapat apresiasi dari pencinta sepak bola Tanah Air, termasuk Presiden Joko Widodo.
Setelah bertemu dengan Presiden di Istana Negara, Senin (19/12/2016), para pemain kembali ke kampung halaman masing-masing untuk bertemu keluarga, termasuk gelandang Bayu Pradana. Pemain Mitra Kukar itu tiba di Bandara Adi Soemarmo, Selasa (20/12/2016) sekitar pukul 07.00 WIB.
Baca Juga
Dijemput kedua orangtuanya, Toha Supari dan Puji Rahayu serta istri, Suryani, Bayu melanjutkan perjalanan pulang ke Desa Patemon, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Bola.com berkesempatan berbincang dengan pemain 25 tahun itu di kediamannya. Berikut petikan wawancara dengan Bayu Pradana:
Kesan apa yang Anda dapatkan di Piala AFF 2016?
Banyak ilmu yang saya dapat selama di Piala AFF juga teman baru, baik pemain Timnas maupun tim lain. Apalagi ini Piala AFF pertama saya sepanjang karier, tentu sangat berkesan karena mendapat kesempatan bermain. Suasana di Timnas Indonesia juga benar-benar guyub karena tidak ada perbedaan pemain senior dan junior. Benar-benar bersatu.
Melihat hasil runner-up di Piala AFF?
Kecewa pasti ada karena kesempatan jadi juara setelah masuk final lagi. Tetapi tetap harus bersyukur karena ini hasil yang terbaik. Terlebih, dari awal Indonesia diprediksi tidak bisa berbuat banyak melihat mepetnya persiapan. Yang penting seluruh pemain sudah mengeluarkan kemampuan terbaik.
Setelah selesai dari Piala AFF, perbedaan apa yang Anda rasakan saat berkostum Timnas maupun klub?
Banyak perbedaanya. Kalau di klub masih bisa sedikit santai setelah berlatih atau bertanding untuk sekedar jalan-jalan, di Timnas tidak bisa karena program benar-benar tersusun rapi dan sangat ketat. Namun memang harus demikian karena jadwal pertandingan padat.
Siapa pemain rival yang Anda nilai paling bagus?
Chanathip dan Songkrasin dan Teerasil Dangda. Mereka berdua pemain dengan kemampuan komplet, terutama Chanathip.
Lalu, apa yang Anda lihat dari sosok Alfred Riedl?
Coach Alfred orangnya sangat disiplin dan pekerja keras. Dia hanya ingin melihat pemain yang disiplin dan punya kemauan keras untuk bertanding. Coach Alfred juga teliti dalam setiap penyusunan strategi dan banyak sekali skenario yang disiapkan. Dia pelatih hebat.
Apa kata-kata yang paling berkesan yang pernah diungkapkan Alfred Riedl?
Paling berkesan pasti saat di ruang ganti kalau posisi sedang tertinggal. Coach pasti memberi motivasi dengan mengatakan bahwa tidak ada yang tak mungkin. Jika terus bekerja lebih keras pasti dapat hasil yang lebih baik. Motivasi itu benar-benar terasa bagi kami saat pertandingan.
Seluruh pemain mendapat bonus Rp 200 juta dari pemerintah, sudah ada rencana digunakan untuk apa?
Alhamdulillah perjuangan kami mendapat apresiasi tinggi dari pemerintah. Mungkin uangnya untuk investasi masa depan seperti beli tanah atau rumah. Buat persiapan saat hari tua nanti.
Setelah di rumah, adakah rencana yang telah Anda susun, misalnya liburan?
Mungkin ingin menghabiskan waktu dengan keluarga terutama istri di rumah saja. Apalagi istri saya hamil tujuh bulan dan dari dulu belum sempat mengantarkan periksa ke dokter. Juga silaturahmi dengan saudara-saudara serta masyrakat yang telah mendukung perjuangan Timnas Indonesia.
Setelah masuk Timnas Senior, masih adakah keinginan yang belum tercapai?
Ya kalau keinginan di Timnas tentu ingin membawa juara. Saya juga belum kesampaian berduet dengan Bima Sakti di Timnas Indonesia.