Bola.com, Jakarta - Beberapa event besar menghiasi kalender bulutangkis 2016. Salah satu yang terbesar tentu saja perhelatan Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Seperti pada olimpiade sebelumnya, bulutangkis selalu menjadi tumpuan dan harapan Tim Merah Putih meraih medali emas.
Baca Juga
Setelah gagal mempersembahkan medali emas di Olimpiade London 2012, tim bulutangkis Indonesia akhirnya berhasil mengembalikan tradisi emas di Olimpiade. Medali prestisius tersebut dipersembahkan oleh ganda campuran terbaik Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Selain olimpiade, tahun 2016 juga dihiasi dengan perhelatan turnamen bergengsi Piala Thomas dan Piala Uber. Seperti apa prestasi Indonesia kali ini?
Ada lagi momen mundurnya salah satu pemain terbaik Indonesia, Hendra Setiawan, dan keberhasilan merebut satu gelar di ajang All England, serta pergantian tampuk pimpinan di tubuh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Berikut ini tujuh momen penting bagi bulutangkis Indonesia sepanjang 2016:
1
13 Maret -- Praveen Jordan/Debby Susanto Juara All England
Ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto, membuat kejutan besar dengan menjuarai turnamen bergengsi, All England 2016. Titel prestisius tersebut direbut Praveen/Debby seusai mengalahkan unggulan kelima asal Denmark, Fischer Nielsen/Pedersen, dengans skor 21-12, 21-17. Ini merupakan gelar All England untuk kali pertama bagi mereka.
Tampilnya Praveen/Debby sebagai kampiun sebenarnya di luar prediksi. Ganda campuran nomor dua Indonesia ini hanya menempati unggulan kedelapan sehingga sempat tak masuk radar juara. Publik Indonesia lebih berharap pada pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang merupakan juara All England 2012, 2013, dan 2014. Namun, Praveen/Debby membuktikan bukan ganda campuran sembarangan.
Mereka tampil hampir sempurna sepanjang turnamen, dengan hanya kehilangan satu gim sejak awal hingga babak final, tepatnya pada babak kedua melawan ganda Jepang, Kenta Kazuno/Ayake Kurihara. Pada laga itu Praveen/Debby menang 13-21, 21-14, 21-18.
Tanda-tanda Praveen/Debby bakal juara sudah terlihat ketika mengalahkan juara bertahan nomor ganda campuran, Zhan Nan/Zhao Yunlei, dua gim langsung 19-21, 16-21. Setelah itu, partai final pun bisa dilalui dengan mulus oleh Praveen Jordan/Debby Susanto.
2
22 Mei -- Indonesia Gagal Rebut Piala Thomas
Impian Indonesia mengakhiri puasa gelar juara sejak 2002 gagal dituntaskan pada tahun ini. Tim Merah Putih bisa masuk ke final, namun kemudian kandas di kaki Denmark.
Pada babak final yang berlangsung ketat, Indonesia kalah 2-3 dari Denmark di Stadion Bulutangkis Khunsan, China. Tim Merah Putih gagal mewujudkan misi memenangi titel Piala Thomas untuk kali ke-14. Penantian masih harus diperpanjang lagi. Adapun bagi Denmark, ini merupakan titel pertama sepanjang sejarah.
Tommy Sugiarto yang tampil sebagai tunggal pertama Indonesia gagal menyumbang poin setelah takluk dari Viktor Axelsen 17-21, 18-21. Indonesia kemudian mampu menyamakan skor jadi 1-1 berkat kemenangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan atas Mads Pieler-Kolding/Mads Conrad-Petersen, 21-18 dan 21-13.
Denmark kembali unggul setelah Jan O Jorgensen mengakahkan Anthony Sinisuka Ginting 21-17, 21-12. Namun, skor kembali sama kuat setelah Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi menyumbang poin seusai melibas Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, 21-17, 21-14.
Sayangnya, pada partai penentuan Indonesia kembali gagal menang. Tunggal ketiga Indonesia, Ihsan Maulana Mustofa, menyerah dari Hans-Kristian Vittinghus, dengan skor 15-21 dan 7-21.
Sementara itu, di ajang Piala Uber, langkah Indonesia terhenti di babak perempat final. Fitriani dkk takluk dari tim Korea Selatan.
3
5 Juni -- Rekor Terburuk di Indonesia Open
Indonesia menorehkan rekor terburuk di ajang Indonesia Open 2016, setelah gagal mengirimkan wakil ke babak ke babak final di Istora Senayan, Jakarta. Hasil buruk serupa belum pernah dialami tuan rumah sejak turnamen tersebut mulai digelar pada 1982.
Ihsan Maulana Mustofa yang menjadi asa terakhir Indonesia kandas dari Lee Chong Wei di babak semifinal. Hasil itu sekaligus memperpanjang catatan buruk tuan rumah yang tanpa gelar di Indonesia Open sejak 2014.
Gelar di Indonesia Terbuka pada tahun ini jatuh ke lima negara berbeda. Titel tunggal putri dimenangi oleh pasangan Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (JPN/1), sedangkan gelar di nomor ganda campuran direbut oleh pasangan China, Xu Chen/Ma Jin.
Tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, melanjutkan dominasinya di Indonesia Open dengan membukukan gelar keenam di ajang ini. Nomor ganda putra dimenangi pasangan Korea, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong, sedangkan trofi tunggal putri diraih pemain Taiwan, Tai Tzu Ying.
4
17 Agustus -- Tontowi/Liliyana Kembalikan Tradisi Emas Olimpiade
Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, memberikan kado indah pada Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2016 dengan merebut medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Pada partai final, Tontowi/Liliyana menundukkan ganda Malaysia, Chen Peng Soon/Goh Liu Ying 21-14, 21-12.
Kemenangan ini bukan hanya menjadi kado ulang tahun Indonesia, tapi juga mengembalikan tradisi emas bulutangkis di ajang olimpiade. Tradisi tersebut dimulai sejak bulutangkis kali pertama dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, melalui keberhasilan Susy Susanti dan Alan Budikusuma yang meraih emas di nomor tunggal putri dan putri.
Tradisi tersebut sempat terhenti di Olimpiade London 2012 saat tak ada satu pun pemain Indonesia yang menyumbang emas. Penantian publik Indonesia untuk kembali menggenggam emas Olimpiade akhirnya dituntaskan oleh Tontowi / Liliyana.
Rekor baru juga diciptakan pasangan yang akrab disapa Owi/Butet tersebut. Mereka menjadi ganda campuran Indonesia yang kali pertama meraih medali emas olimpiade. Sebelumnya medali emas disumbangkan dari nomor ganda putra, tunggal putra, dan tunggal putri. Dengan demikian, satu-satunya sektor yang belum menorehkan emas olimpiade adalah ganda putri.
Berkat raihan emas di Olimpiade Rio, Tontowi dan Liliyana masing-masing mendapat bonus senilai Rp 5 miliar dari pemerintah.
5
31 Oktober -- Wiranto Terpilih Jadi Ketua Umum PBSI
Menko Pulhukam, Wiranto, terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PB PBSI 2016-2020, Senin (31/1/10/2016). Laju Wiranto menduduki kursi nomor satu PBSI berjalan mulus setelah Gita Wirjawan menyatakan mundur dari proses pemilihan.
Pengumuman pengunduran diri Gita dilakukan saat sidang pleno pemilihan ketua umum PBSI yang digelar di Hotel Bumi, Surabaya. Setelah Gita mundur, tinggal ada calon tunggal untuk ketua umum. Alhasil, Wiranto pun terpilih secara aklamasi.
Wiranto mengaku siap meneruskan sejumlah program kepengurusan lama, termasuk konsep pembinaan. Dia berjanji akan melakukan berbagai hal untuk membawa bulutangkis Indonesia kembali berjaya.
"Saya punya konsep soal pembinaan dan beberapa program kepengurusan lama yang akan kami teruskan. Kami akan meneruskan program apa saja yang baik dan membenahi apa saja yang kurang," tutur Wiranto.
Sementara itu Wiranto mengaku bersepakat dengan Gita Wirjawan bahwa kursi nomor satu di PBSI bukan untuk diperebutkan, apalagi sampai berujung perpecahan. Sebab Wiranto dan Gita mempunyai cara pandang yang sama. Gita memilih mundur dari pemilihan di saat-saat akhir dengan alasan untuk menjaga persaudaraan dan memberi kesempatan kepada sang senior, Wiranto.
6
20 November -- Indonesia Berjaya di China Terbuka
Indonesia berjaya dengan membawa pulang dua gelar dari ajang bergengsi China Terbuka Super Series Premier 2016. Pada final di Fuzhou, Minggu (20/11/2016), dua ganda Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon berhasil menang atas lawan masing-masing.
Kevin/Marcus yang tampil di laga ketiga, harus meladeni ganda putra senior asal Denmark, Mathias Boe/Carsten Mogensen. Unggulan ketujuh asal Indonesia tersebut menang dua gim langsung 21-18, 22-20. Bagi Kevin/Marcus, ini merupakan gelar pertama di ajang super series premier.
Gelar kedua Indonesia dipersembahkan ganda campuran peraih medali emas Olimpiade Rio 2016, Tontowi/Liliyana. Mereka dipaksa berjuang keras di final saat menghadapi pasangan baru China, Zhang Nan/Li Yinhui. Pertandingan berlangsung tiga gim, yang dimenangi Tontowi/Liliyana dengan skor 21-13, 22-24, 21-16.
Hasil ini menyudahi rentetan tren buruk Indonesia di ajang super series. Sebelum China Terbuka, Tim Merah Putih tercatat hampa gelar dalam lima turnamen super series beruntun, yaitu di Korea, Jepang, Denmark, dan Prancis.
Sementara itu, tuan rumah China harus gigit jari di kandang sendiri. Mengirimkan empat wakil ke final, yaitu Huang Dongping/Li Yinhui (ganda putri), Sun Yu (ganda putri), Chen Long (tunggal putra), dan Zhang Nan/Li Yinhui (ganda campuran), tim tuan rumah gagal merebut gelar juara.
Ini menjadi sejarah baru bagi China. Untuk kali pertama sepanjang penyelenggaraan China Terbuka, baru kali ini tuan rumah gagal meraih titel juara.
Sementara itu, gelar di nomor tunggal putri menjadi milik pemain India, Pusarla V. Sindhu, adapun nomor tunggal putra dimenangi pebulutangkis Denmar, Jan O Jorgensen. Keberhasilan Jorgensen menang di China juga masuk catatan sejarah. Dia menjadi pemain Eropa pertama yang mampu menjuarai nomor tunggal putra di ajang China Terbuka.
Satu nomor lainnya, yaitu ganda putri, dimenangi oleh pasangan Korea, Chang Ye-na/Lee So-hee. Mereka menang atas ganda China, Huang Dongping/Li Yinhui, 13-21, 21-14, 21-17.
7
1 Desember - Hendra Setiawan Mundur dari Pelatnas PBSI
Hendra Setiawan mundur dari Pelatnas PBSI. Dia ingin memberikan kesempatan kepada pemain muda untuk unjuk gigi. Hendra resmi mundur dari pelatnas per 1 Desember 2016. Setelah itu, Hendra akan berkiprah sebagai pemain profesional, berpasangan dengan pemain Malaysia, Tan Boon Heong.
"Sudah waktunya bagi saya untuk berkarier di dunia bulutangkis profesional. Saya berharap pada adik-adik saya di pelatnas untuk bisa berlatih lebih baik lagi supaya regenerasi di sektor ganda putra bisa berjalan dengan maksimal," ujar Hendra seperti dikutip situs resmi PBSI, Senin (14/11/2016).
Hendra mengatakan keputusan ini sudah didiskusikan dengan pihak keluarga. Mereka pun mendukung keputusan Hendra.
Hendra langsung berduet dengan Markis Kido ketika pertama kali masuk pelatnas PBSI pada 2002. Bersama Kido, Hendra menjadi juara dunia 2007 di Kuala Lumpur, Malaysia, serta meraih medali emas Olimpiade 2008 di Beijing, China, dan Asian Games 2010 di Guangzhou, China.
Hendra sempat keluar pelatnas pada 2009 sebelum masuk lagi pada 2012. Ketika kembali ke pelatnas, Hendra dipasangkan dengan Ahsan.
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan ternyata langsung klik. Selama berduet dengan Ahsan, Hendra dua kali merebut gelar Kejuaraan Dunia pada 2013 di Guangzhou, China, dan 2015 di Jakarta, Juara All England 2014, serta merebut medali emas Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Keduanya berpisah selepas Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, pada Agustus .