Bola.com, Surabaya - Hasil Kongres Tahunan PSSI yang berkaitan dengan regulasi kompetisi Indonesia Super League 2017 mendapatkan tanggapan positif dari sejumlah klub Divisi Utama di Jawa Timur.
Manajer Persatu Tuban, Fahmi Fikroni menganggap kebijakan PSSI soal tidak adanya kuota pemain asing di level Divisi Utama sudah tepat. Hal ini dikarenakan banyak klub yang kesulitan mendapatkan sponsor di masa transisi, terutama bagi klub-klub daerah.
“Selain itu klub bisa berhemat. Peluang lebih besar juga dimiliki pemain lokal sehingga sebelum tampil di tahapan kompetisi tertinggi mereka sudah ditempa lebih dahulu. Hasilnya, tentu akan banyak bermunculan talenta-talenta muda berkualitas,” tutur pria yang akrab disapa Roni ini.
Baca Juga
Dari kompetisi musim ini pula klub-klub berkesempatan mengembangkan potensi pemain lokal sehingga ke depan mereka tak kesulitan mendapatkan pemain.“Mungkin dari sisi bisnis kurang menarik dan kurang menjual, namun dari sudut pandang pembinaan saya rasa sangat ideal,” katanya.
Roni pun mengungkapkan kebijakan PSSI kali ini sudah tepat untuk musim pertama pascapencabutan sanksi FIFA untuk sepak bola Indonesia. Terlebih, di negara lain, sepak bola kasta kedua kurang menjual.
“Apalagi di kawasan ASEAN. Sejauh pengamatan saya kompetisi yang layak jual adalah kompetisi teratas namun ke depan harus mulai ditata lebih baik. Meski tidak bisa menyamai kompetisi kasta tertinggi, minimal kompetisi ini bisa menjual,” katanya.
Roni juga mendukung kebijakan PSSI terkait komposisi pemain klub Divisi Utama yang mengatur soal batasan usia dan hanya boleh menggunakan lima pemain berusia di atas 25 tahun. “Itu sangat bagus karena bersifat pembinaan. Tidak hanya itu, pemain yang tidak bisa bersaing harus mulai menata karier di bidang lain,” ujarnya.
Hal senada disampaikan PO pembentukan tim Persebaya, Chusnul Faried. “Bagi saya, regulasi-regulasi yang dihasilkan di Kongres kemarin saya rasa cukup tepat, termasuk soal standar pelatih,” sebutnya.
Seperti diketahui, PSSI mengharuskan pelatih Divisi Utama berlisensi A nasional atau B AFC. Menurutnya, standar ini sudah sesuai dengan level kompetisi Divisi Utama. “Lisensi A nasional setara dengan B AFC. Saya rasa sudah pas karena lisensi B AFC setingkat lebih rendah dari A AFC,” katanya.