Rencana Bergulirnya ASEAN Super League Kembali Menggeliat

oleh Aning Jati diperbarui 23 Jan 2017, 11:45 WIB

Bola.com, Singapura - Proyek ASEAN Super League (ASL) yang beberapa tahun terakhir jadi wacana, belakangan menggeliat lagi. Pada Rabu (25/1/2017) diagendakan akan ada pertemuan untuk membahas usulan ASEAN Super League ini yang dihadiri perwakilan Dewan AFF di Singapura.

ASEAN Super League merupakan proyek yang akan mempertemukan perwakilan klub-klub dari wilayah Asia Tenggara dalam sebuah liga. Gagasan ini datang dari mantan Presiden Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS), Zainudin Nordin. Nordin beberapa kali menegaskan bila ide ini mendapat dukungan sepenuhnya dari AFF.

Itulah mengapa, pada Rabu nanti direncanakan Dewan AFF akan membahas kembali proyek ASEAN Super League ini. Kendati, sejauh ini negara-negara anggota AFF belum banyak bersuara terkait ASEAN Super League.

Advertisement

Seperti dilansir dari Today, Sekjen AFF, Datuk Sri Azzuddin Ahmad, membenarkan bila akan ada pertemuan untuk membahas perihal ASEAN Super League pada pekan ini. Namun, ia enggan memberikan detail acara.

"Akan ada pertemuan Dewan AFF dan salah satunya membahas soal ASL. Tapi, saya tidak punya kewenangan bicara soal ASL. Lebih baik Anda mengontak Zainudin," ujar Sekjen AFF.

Saat dikonformasi, Zainudin menolak berkomentar dan hanya berujar bila pembahasan masih terus berjalan.

Today juga mengungkapkan bila gugus tugas ASEAN Super League terus bergerak menemui pemangku kepentingan di negara-negara anggota AFF seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Indonesia demi memuluskan rencana bergulirnya ASEAN Super League.

Semula, ASEAN Super League dijadwalkan berputar perdana pada September 2017. Negara anggota AFF, di luar Australia dan Timor Leste, diharapkan mengirimkan masing-masing satu klub sebagai perwakilan dalam liga ini. Negara-negara itu, yakni Brunei, Kambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Singapura.

Namun, minimnya sosialisasi serta adanya beberapa kendala membuat proyek ini tidak berjalan sesuai rencana. Indonesia, dalam hal ini PSSI, yang juga diharapkan ikut berpartipasi, kemungkinan besar memilih tidak ambil bagian dengan tidak mengirim klub.