Bola.com, Jakarta - Berwajah cantik dan bertubuh lumayan tinggi, banyak orang yang mengatakan Helena Tumbelaka cocok jadi model. Namun, cewek berdarah Manado kelahiran Jakarta itu lebih memilih profesi sebagai pebasket profesional.
"Saya sudah menyukai olahraga sejak masih TK. Selain itu, saya orangnya aktif, suka lari-lari, dan agak tomboi. Tak pernah terlintas dalam pikiran saya buat jadi model," kata Hele, sapaan akrab Helena, dalam wawancara dengan Bola.com, Minggu (22/1/2017).
Baca Juga
Awalnya, olahraga pertama yang dimainkan Hele bukan basket, melainkan bulutangkis. Itu ketika masih duduk di kelas 1 SD. Namun, kecintaan Hele terhadap olahraga sempat terbentur restu orangtua.
"Mama melarang saya ikut olahraga karena saya punya gejala leukimia sehingga mudah capek dan gampang sakit. Saya sempat diarahkan ke seni tari, tapi gerakan saya kaku. Akhirnya mama mengizinkan saya main bulutangkis," ujar Hele yang punya darah seni dari sang bunda, yaitu pemain harpa kenamaan Indonesia, Heidi Awuy.
Hele mengenal basket saat kelas 4 SD lewat pelajaran olahraga dan langsung jatuh cinta. Dia pun memutuskan ikut kegiatan ekstrakurikuler bakset. Akan tetapi, orangtuanya lagi-lagi tak memberikan lampu hijau.
"Saat kelas 5 SD saya sempat berhenti main basket. Mama melarang karena katanya saya terlalu kecil. Apalagi basket kan olahraga keras yang penuh kontak fisik. Tapi saya tetap curi-curi waktu buat main. Karena melihat saya sepertinya suka banget sama basket, mama akhirnya luluh," kata Hele yang piawai memainkan beragam alat musik.
Hele kembali aktif bermain basket saat kelas 6 SD. Ketika sudah SMP, dia mulai lebih serius menggeluti basket dengan masuk klub Aliansi Jakarta. Saat berusia 14 tahun, Hele tampil dalam pertandingan resmi pertamanya pada kejuaraan nasional antarklub.
"Saya tak tahu kalau kejuaraan itu level nasional. Karena masih kecil, saya main-main saja padahal lawannya se-Indonesia. Tak disangka kami juara. Saya juga jadi top scorer dan pemain terbaik. Dari situ saya semakin yakin dengan pilihan saya buat jadi pebasket profesional. Orangtua pun semakin mendukung," ujar anak kedua dari empat bersaudara itu.
Titik Balik Karier Basket Helena
Dari titik itu, karier Hele terus melesat. Sampai saat ini, dia sudah mencicipi seluruh ajang basket nasional, mulai dari tingkat pelajar (Popnas), mahasiswa (Pomnas) hingga Pekan Olahraga Nasional (PON) bersama DKI.
"Popnas 2009 jadi momen terbaik dalam karier saya. Saat itu kami mampu jadi juara meski sama sekali tak diunggulkan dengan mengalahkan Papua di final," tutur pemain yang berposisi sebagai shooting guard itu.
Di level profesional, Hele sudah malang melintang di kompetisi WNBL dan WIBL bareng tim Merah Putih Predators dengan pencapaian tertinggi masuk Championship Series alias empat besar.
Akan tetapi, perjalanan karier Hele tak selalu mulus. Dia mengaku sempat berada di titik terendah ketika mengalami cedera putus anterior cruciate ligament (ACL) lutut dalam laga Championship Series WNBL melawan Tomang Sakti pada 2013.
"Saya langsung menangis karena tak pernah terbayang bisa kena cedera lutut. Lebih pahit lagi, saya kena cedera itu pada 22 Mei atau tiga hari setelah hari ulang tahun saya. Mama juga tak bisa menyaksikan saya bertanding pada laga berikutnya. Akibat cedera itu saya harus naik meja operasi dan absen selama enam bulan. Jujur momen itu membuat saya merasa impian masuk tim nasional Indonesia telah pupus," kata Hele.
Hele bisa bangkit dari keterpurukan karena selalu berpikir positif dan merasa mendapat pertolongan Tuhan. Selama masa pemulihan, dia mengaku mendapat banyak semangat dari orang terdekat maupun orang yang baru dikenalnya.
"Selama sakit, saya mendapat banyak kenalan dan belajar tentang hal-hal baru yang bisa jadi bekal buat masa depan. Kini saya jadi lebih paham cara menjaga kekuatan kaki dan tahu kapan waktunya untuk mengistirahatkan lutut," ujar penggemar Stephen Curry itu.
Impian Membela Timnas
Setelah pulih dari cedera, Hele kembali mengejar cita-cita masa kecilnya, yaitu membela tim nasional Indonesia. Sejak awal karier, dia memang belum pernah mengenakan seragam Merah-Putih, baik di level junior maupun senior. Dia pernah empat kali mendapat kesempatan buat masuk timnas, tapi selalu gagal dengan alasan berbeda.
"Pas SMA, saya sempat akan dipanggil tim 3x3 untuk turnamen di Singapura, tapi terbentur faktor usia. Lalu saat mau seleksi SEA Games 2013, saya cedera lutut. Ketika dilirik masuk tim POM ASEAN 2015, saya harus wisuda. Tahun lalu saya kembali mau seleksi buat Asian Beach Games, tapi akhirnya tim putri batal berangkat karena dana tak keluar," kata Hele.
Hele berpeluang mewujudkan impian membela tim nasional pada 2017. Bersama 23 pemain lain, pemain berusia 24 tahun itu terpilih untuk ikut seleksi pelatnas basket putri proyeksi SEA Games 2017 tahap pertama di Cirebon, Jawa Barat, 12-14 Februari mendatang.
Hele punya kesempatan mencuri perhatian tim pelatih saat memperkuat timnya saat ini Merpati Bali pada turnamen Bali Merpati Challenge di Bali pada 2-7 Februari 2017. Kebetulan ajang tersebut menjadi momen tim pelatih untuk memonitor perkembangan pemain yang ikut seleknas.
"Baru terpilih ikut seleksi tahap awal saja saya sudah senang sekali. Pas kemarin menerima panggilan saya benar-benar terharu. Kini saya harus menjaga kondisi agar tak cedera," kata Helena Tumbelaka.